H Mutahar Dan Taplak Meja Pinjaman Sang Protokoler Republik
Jumat, 17 Agustus 2012
0:34 WIB · 0 Komentar
Anda kenal H Mutahar? Nama lengkapnya adalah M Husein Mutahar. Beliau dikenal sebagai salah satu komposer lagu-lagu perjuangan bangsa Indonesia. Karyanya antara lain: Himne Syukur, Mars Hari Merdeka, dan Dirgahayu Indonesiaku.
Untuk anda ketahui, Mutahar, yang bekas pelaut itu, ditunjuk Bung Karno sebagai protokol Republik. Itu terjadi kira-kira tahun 1947. Saat itu, Ibukota Republik adalah Jogjakarta. Republik muda itu sedang bersiap-siap menerima kunjungan tamu dari negara-negara lain.
Saat itu, Bung Karno menjamu para tamu negara di Rumah Kepala Negara, sebuah gedung bekas rumah pembesar Jepang. Begitu Jepang kalah, seluruh isi dan perabot rumah itu juga diangkut oleh orang-orang Jepang.
Istana itu tak punya alat makan. Bung Karno hanya punya satu stel cangkir plastik hijau merah dengan tatakannya. Pendek kata, istana negara itu tak punya perabot sama sekali. Namun, dalam waktu dekat, akan menerima kunjungan tamu asing.
Bung Karno pun bertanya pada Mutahar, “Apa akal kita untuk mendapat piring?”
“Mudah saja,” kata Mutahar dengan tenang. “Saya akan pergi ke Toko Oen, restoran Tionghoa itu, dan meminjam barang pecah belah dan sendok peraknya.”
Lantas, untuk taplak meja, Mutahar berkeliling ke rumah-rumah rakyat dan mengetuk pintunya untuk meminjam taplak meja.
Pada hari H, Mutahar pun bertindak sebagai protokoler handal. Ia yang mengatur keseluruhan acara. Termasuk mengatur isyarat kepada Bung Karno mengenai hal-hal yang perlu dilakukan.
Saat itu, sebagai ajudan Bung Karno adalah pejuang preman (mungkin anggota Laskar). Hari itu juga si pejuang diangkat sebagai petugas resmi dan diberi pangkat Mayor oleh Bung Karno.
Acara penyambutan berjalan sukses. Bung Karno puas dengan pekerjaan Mutahar. Republik yang masih muda itu bisa memperlakukan tamu negara dengan cara-cara terhormat dan bermartabat.
Begitulah, pada masa awal Republik, para pemimpin negara menjamu tamunya dengan kesederhanaan dan kemampuannya. Karena tak punya, maka barang-barang pun dipinjam dari rakyat. Ah, aku jadi terenyuh dengan kesederhanaan itu..
Pernah juga kunjungan seorang pejabat Philipina. Namanya Jenderal Romulo. Anda tahu minuman apa yang dihidangkan untuk tamu negara itu? ya, hanya air putih. Sebab, yang dipunyai Republik saat itu hanya air putih.
Lihatlah rezim SBY sekarang. Untuk menyambut kedatangan Presiden AS, Barack Obama, negara menggelontorkan uang rakyat milyaran rupiah. Kemudian Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menyebut anggaran untuk upacara HUT Kemerdekaan mencapai Rp7,8 milyar.
Ulfa Ilyas
http://www.berdikarionline.com/tokoh/20120817/h-mutahar-dan-taplak-meja-pinjaman-sang-protokoler-republik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar