Detik-detik mengerikan di rumah Jenderal Nasution
Minggu, 30 September 2012 14:19:36
Reporter: Mustiana Lestari
G30S PKI. wordpress.com
Keluar jenderal!"
Teriakan dan dobrakkan pintu pasukan Cakrabirawa sontak mengejutkan keluarga Menhankam Jenderal AH Nasution. Penasaran, sang Jendral coba menghadapi mereka namun istri Pak Nas menghalangi dengan alasan firasatnya buruk.
"Kemudian, ibu buka pintu kamar, dua tembakan para cakrabirawa menyasar dan menyerempet daun telinga ibu. Tepat di hari ini pukul 03.45," demikan yang diceritakan Royen Suryanto pemandu museum AH Nasution di Jalan Tengku Umar no 40, Jakarta, Minggu (30/9).
Tak kena, pasukan Cakrabirawa mengejar istri Nasution hingga ke kamarnya. Ade Irma yang saat itu berumur 5 tahun menangis ketakutan. Bak pahlawan bagi suaminya, Johana Sunarti menahan pintu kamar dari serangan pasukan yang dipimpin Kopral Hargiono.
"Lalu, Ade Irma diserahkan ke Mardiyah, adik Pak Nas. Tapi saat itu Mardiyah penasaran mendekati pintu dan tertembaklah Ade Irma di punggung, Mardiyah di tangan," lanjut Royen.
Peristiwa berdarah ditutup dengan larinya Jenderal Nasution. Dia meloncat tembok kedutaan Irak. Gerombolan Cakrabirawa akhirnya menangkap ajudan Nasution, Letnan Pierre Tandean.
Akibat tembakan tersebut, nyawa Ade Irma dan tak tertolong lagi setelah sebelumnya sempat mendapat perawatan selama enam hari. Gadis berumur lima tahun ini meninggalkan pertanyaan.
"Ade salah apa, kenapa ditembak? Ade sayang mama papa...," katanya saat menghembuskan nafas terakhir.
Diorama museum ini dipenuhi banyaknya pasukan Cakrabirawa berbaju coklat dengan raut muka seram. Pasukan ini dibuat tiruannya berdasarkan ingatan dari istri Nasution.
"Wajahnya dibuat dari apa yang dilihat bu Nas, salah satunya Kopral Hargiono yang akhirnya mengaku dan dibuang ke Nusa Kambangan," terang Royen.
Bukan hanya tiruan pasukan Cakrabirawa dan juga ade Irma yang bersimbah darah. Pengunjung juga seakan merasakan tegangnya suasana saat itu dari banyaknya bekas tembakan yang tak berubah.
[ian]Teriakan dan dobrakkan pintu pasukan Cakrabirawa sontak mengejutkan keluarga Menhankam Jenderal AH Nasution. Penasaran, sang Jendral coba menghadapi mereka namun istri Pak Nas menghalangi dengan alasan firasatnya buruk.
"Kemudian, ibu buka pintu kamar, dua tembakan para cakrabirawa menyasar dan menyerempet daun telinga ibu. Tepat di hari ini pukul 03.45," demikan yang diceritakan Royen Suryanto pemandu museum AH Nasution di Jalan Tengku Umar no 40, Jakarta, Minggu (30/9).
Tak kena, pasukan Cakrabirawa mengejar istri Nasution hingga ke kamarnya. Ade Irma yang saat itu berumur 5 tahun menangis ketakutan. Bak pahlawan bagi suaminya, Johana Sunarti menahan pintu kamar dari serangan pasukan yang dipimpin Kopral Hargiono.
"Lalu, Ade Irma diserahkan ke Mardiyah, adik Pak Nas. Tapi saat itu Mardiyah penasaran mendekati pintu dan tertembaklah Ade Irma di punggung, Mardiyah di tangan," lanjut Royen.
Peristiwa berdarah ditutup dengan larinya Jenderal Nasution. Dia meloncat tembok kedutaan Irak. Gerombolan Cakrabirawa akhirnya menangkap ajudan Nasution, Letnan Pierre Tandean.
Akibat tembakan tersebut, nyawa Ade Irma dan tak tertolong lagi setelah sebelumnya sempat mendapat perawatan selama enam hari. Gadis berumur lima tahun ini meninggalkan pertanyaan.
"Ade salah apa, kenapa ditembak? Ade sayang mama papa...," katanya saat menghembuskan nafas terakhir.
Diorama museum ini dipenuhi banyaknya pasukan Cakrabirawa berbaju coklat dengan raut muka seram. Pasukan ini dibuat tiruannya berdasarkan ingatan dari istri Nasution.
"Wajahnya dibuat dari apa yang dilihat bu Nas, salah satunya Kopral Hargiono yang akhirnya mengaku dan dibuang ke Nusa Kambangan," terang Royen.
Bukan hanya tiruan pasukan Cakrabirawa dan juga ade Irma yang bersimbah darah. Pengunjung juga seakan merasakan tegangnya suasana saat itu dari banyaknya bekas tembakan yang tak berubah.
'Darah Itu Merah Jenderal' di rumah AH Nasution
Minggu, 30 September 2012 12:17:51
Reporter: Mustiana Lestari
G30S PKI. wordpress.com
"Hari ini kita cari momentumnya saja. Kita kunjungi satu dari jenderal tinggi, AH Nasution di Menteng. Mencoba membuat program ini pemahaman budaya itu penting salah satu paling besar G30S," kata Ketua KHI, Asep Kambali saat membuka acara di Taman Surapati, Jakarta, Minggu (30/9).
Menurutnya, Jenderal Besar AH Nasution dipilih karena sosoknya yang misterius. Apalagi saat dia muncul pasca-tragedi di Lubang Buaya pada 1965.
"Karena sosok beliau cukup misterius. Dia bisa menyelamatkan diri. Menurut saya justru itu karena hal lain jadi cukup mengherankan, makanya nanti kita mau ngobrol-ngobrol dengan pemandunya," tambah Asep.
Sekitar 30 orang yang berasal dari berbagai kalangan, seperti pelajar, PNS, ahli komputer hingga aktivis mahasiswa, ikut serta dalam acara ini.
Acara dimulai pukul 11.00 WIB. Sebelum berangkat ke kediaman AH Nasution, mereka berkumpul di Taman Surapati.
Mengenang AH Nasution, dari daun pepaya hingga drum air
Minggu, 30 September 2012 17:15:52
Reporter: Mustiana Lestari
AH Nasution. ©2012 Merdeka.com
"Pak Nas lari naik tembok ke kedutaan Irak, di sana dia bersembunyi di tong tatakan air sampai pagi. Dia berusaha berjalan saat itu kakinya luka karena menginjak pot," ujar Royen Suryanto, pemandu museum AH Nasution, di Jalan Tengku Umar no 40, Jakarta, Minggu (30/9).
Pagi menjelang, dari informasi yang diberikan, istri Nasution, Johana Sunarti, menyuruh Kolonel Hidayat, Komandan Paspampres untuk menjemput suaminya di Kedubes Irak.
"Mampir ke Kolonel Hidayat, kasih tahu Pak Nas ada di Kedutaan Irak. Kolonel Hidayat membawa dan menyembunyikan Pak Nas di bagasi mobil sampai ke markas Kostrad," terang Royen.
Bukan hanya soal tempat persembunyian, ada juga fakta menarik yang dituturkan Royen selama pengunjung mengikuti diorama di Museum. Salah satunya tentang koran dan daun pepaya.
"Bapak kalau makan sederhana biasanya ada daun pepaya makanan khas Pak Nas. Dia juga jarang makan bersama ibu. Kalau sarapan ajudannya juga diminta membacakannya koran karena Pak Nas terlalu sibuk," pungkas Royen lagi.
Dalam malam berdarah yang bertepatan pada hari ini, tidak seperti jenderal yang lain, AH Nasution selamat dengan melompat tembok yang berbatasan dengan kantor Kedubes Irak. Namun malam itu ajudannya, Pierre Tandean diculik dan buah hatinya turut tewas dengan luka tembak di punggungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar