"81 Foto Eksekusi Mati Kartosoewirjo"
"Minimnya publikasi foto Kartosoewirjo tidaklah mengherankan."
Rabu, 5 September 2012, 12:46 Aries Setiawan, Oscar Ferri
VIVAnews - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon meluncurkan buku "Hari Terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi Mati Imam DI/TII".
Buku setebal 91 halaman itu menampilkan foto-foto detik terakhir kematian ulama kharismatik yang memiliki nama lengkap, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sebelum dieksekusi mati oleh militer.
"Sebuah cerita yang tidak bisa kita tangkap kecuali dengan melihat arsip foto detik terakhir eksekusi mati Kartosoewirjo," kata Fadli Zon dalam bedah bukunya di Galery Cipta II, TIM, Cikini, Jakarta, Rabu 5 September 2012.
Menurutnya, dalam berbagai karya tulis mengenai Kartosoewirjo yang telah ada, sangat sedikit sekali bukti foto yang ditampilkan. Apalagi detik terakhir tokoh DI/TII itu ketika menjalani eksekusi mati. Padahal, kata Fadli Zon, arsip foto adalah kekayaan yang sangat berharga dalam pengembangan sejarah.
"Minimnya publikasi foto Kartosoewirjo tidaklah mengherankan, karena memang sangat sulit untuk memperolehnya," ujarnya.
Kondisi ini mengakibatkan beberapa informasi penting mengenai kapan dan di mana Kartosoewirjo dieksekusi mati, belum terjawab.
Di dalam buku ini, terangkai secara urut arsip foto prosesi eksekusi mati Kartosoewirjo yang terjadi pada 5 September 1962. Di buku ini juga, kata Fadli Zon, misteri lokasi eksekusi mati sekaligus makam Kartosoewirjo terjawab sudah.
"Foto-foto di buku itu bercerita bahwa Kartosoewirjo dieksekusi mati dan dimakamkan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Bukan di Pulau Onrust atau di pulau-pulau lain," dia menegaskan.
Fadli Zon berharap, buku yang disusunnya berdasar foto-foto otentik ini dapat memberi nilai sejarah baru yang belum diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia tentang detik-detik akhir kematian Kartosoewirjo.
"Buku ini mungkin bisa menyibak kabut misteri selama 50 tahun ini menjadi tanda tanya bagi keluarga, peneliti, dan masyarakat umum," kata dia.
Buku setebal 91 halaman itu menampilkan foto-foto detik terakhir kematian ulama kharismatik yang memiliki nama lengkap, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sebelum dieksekusi mati oleh militer.
"Sebuah cerita yang tidak bisa kita tangkap kecuali dengan melihat arsip foto detik terakhir eksekusi mati Kartosoewirjo," kata Fadli Zon dalam bedah bukunya di Galery Cipta II, TIM, Cikini, Jakarta, Rabu 5 September 2012.
Menurutnya, dalam berbagai karya tulis mengenai Kartosoewirjo yang telah ada, sangat sedikit sekali bukti foto yang ditampilkan. Apalagi detik terakhir tokoh DI/TII itu ketika menjalani eksekusi mati. Padahal, kata Fadli Zon, arsip foto adalah kekayaan yang sangat berharga dalam pengembangan sejarah.
"Minimnya publikasi foto Kartosoewirjo tidaklah mengherankan, karena memang sangat sulit untuk memperolehnya," ujarnya.
Kondisi ini mengakibatkan beberapa informasi penting mengenai kapan dan di mana Kartosoewirjo dieksekusi mati, belum terjawab.
Di dalam buku ini, terangkai secara urut arsip foto prosesi eksekusi mati Kartosoewirjo yang terjadi pada 5 September 1962. Di buku ini juga, kata Fadli Zon, misteri lokasi eksekusi mati sekaligus makam Kartosoewirjo terjawab sudah.
"Foto-foto di buku itu bercerita bahwa Kartosoewirjo dieksekusi mati dan dimakamkan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Bukan di Pulau Onrust atau di pulau-pulau lain," dia menegaskan.
Fadli Zon berharap, buku yang disusunnya berdasar foto-foto otentik ini dapat memberi nilai sejarah baru yang belum diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia tentang detik-detik akhir kematian Kartosoewirjo.
"Buku ini mungkin bisa menyibak kabut misteri selama 50 tahun ini menjadi tanda tanya bagi keluarga, peneliti, dan masyarakat umum," kata dia.
VIVAnews pernah mewawancarai anak kandung Kartosoewirjo setahun lalu. Sardjono Kartosoewirjo, putra bungsu Kartosoewirjo menceritakan kiprah ayahnya, termasuk soal Negara Islam Indonesia yang disebut-sebut bentukan sang ayah. Baca wawancara lengkapnya di sini. (umi)
"Semua Menyedihkan"
Bagi Sardjono Kartosoewiryo gerakan NII Komandemen IX berbeda dengan misi sang ayah.
Rabu, 14 September 2011, 13:29 Ismoko Widjaya, Nila Chrisna Yulika
(VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
Karena pada tahun 1962 saat turun, jumlahnya seluruh termasuk Aceh, Sulawesi dan Jawa jumlahnya mencapai 40 ribu orang, itu catatan dari Kodam. Berbanding rakyat Indonesia yang berjumlah 40 juta. Jadi berbanding 1:1.000 ini tidak mungkin lagi perang.
Bagaimana hubungan pengikut Katosoewiryo?
Setelah tahun 1962 itu semua kembali ke pangkuan Republik Indonesia. Semua melakukan tugas-tugasnya semula. Yang bertani ya bertani, yang dagang kembali dagang. Setelah tahun 1970an mengadakan pertemuan di rumah Danu Muhamad Hasan. Danu Muhamad Hasan itu adalah panglima DI/TII dan salah satu anaknya adalah Ketua Majelis Syuro PKS, Zaenudin Hilmi. Lalu kami berkumpul, kami berkumpul karena keamanannya terjamin oleh Ali Murtopo, pelaksana lapangan Soeharto. Kami mau membentuk Front Anti Komunis tahun 1970, saya hanya ikut-ikutan saja karena masih SD.
Awal mula Komandemen Wilayah?Saat itu, Adang Jaelani tidak kembali ke rumah, soalnya kalau dia pulang ke rumah akan diundang juga ke Kodam dan tidak kembali lagi. Dia kabur, lalu Adang membangun lagi sistem Komandemen Wilayah dengan alasan darurat, karena ada bentrok. Komandemen wilayah ini boleh diaktifkan kalau dalam keadaan darurat cirinya kontak senjata.
Komandan wilayah saat itu tinggal satu-satunya yaitu Adang Jaelani, otomatis gelar Imam diberikan kepada Jaelani saat itu dia menduduki jabatan Komandan Wilayah VII. Orang kedua yaitu Jaja Sujadi, dia Ketua Majelis Keuangan. Jaja mengatakan kita tidak bisa masuk pada kontak militer karena tidak ada tembak menembak mana mungkin kita mengatakan ini darurat. Jadi kita kembali ke sipil saja. Kalau tertib sipil, secara otomatis gelar Imam diberikan kepada Jaja Sujadi karena aturannya Ketua majelis yang ada harus mendapatkan gelar Imam. Nah itulah yang mereka sebut sebagai jihadbillah yang sekarang komandannya Zenzen Komara dari Garut. Lalu kita menjalani tertib sipil yaitu kembali ke pada kegiatan semula. Berdagang dan bertani.
Komando Wilayah itu ada berapa?Sampai tahun 1962 maklumat Imam yang tadi turun ada delapan Komandemen. Komando Wilayah I terdiri atas Priangan Timur: Tasik, Ciamis, Banjar, Kuningan Majalengka. Komando Wilayah II yaitu Jawa Tengah, Komando Wilayah III adalah Jawa Timur, Komando Wilayah IV adalah Sulawesi, Komando Wilayah V adalah Aceh.
Bagaimana hubungan pengikut Katosoewiryo?
Setelah tahun 1962 itu semua kembali ke pangkuan Republik Indonesia. Semua melakukan tugas-tugasnya semula. Yang bertani ya bertani, yang dagang kembali dagang. Setelah tahun 1970an mengadakan pertemuan di rumah Danu Muhamad Hasan. Danu Muhamad Hasan itu adalah panglima DI/TII dan salah satu anaknya adalah Ketua Majelis Syuro PKS, Zaenudin Hilmi. Lalu kami berkumpul, kami berkumpul karena keamanannya terjamin oleh Ali Murtopo, pelaksana lapangan Soeharto. Kami mau membentuk Front Anti Komunis tahun 1970, saya hanya ikut-ikutan saja karena masih SD.
Awal mula Komandemen Wilayah?Saat itu, Adang Jaelani tidak kembali ke rumah, soalnya kalau dia pulang ke rumah akan diundang juga ke Kodam dan tidak kembali lagi. Dia kabur, lalu Adang membangun lagi sistem Komandemen Wilayah dengan alasan darurat, karena ada bentrok. Komandemen wilayah ini boleh diaktifkan kalau dalam keadaan darurat cirinya kontak senjata.
Komandan wilayah saat itu tinggal satu-satunya yaitu Adang Jaelani, otomatis gelar Imam diberikan kepada Jaelani saat itu dia menduduki jabatan Komandan Wilayah VII. Orang kedua yaitu Jaja Sujadi, dia Ketua Majelis Keuangan. Jaja mengatakan kita tidak bisa masuk pada kontak militer karena tidak ada tembak menembak mana mungkin kita mengatakan ini darurat. Jadi kita kembali ke sipil saja. Kalau tertib sipil, secara otomatis gelar Imam diberikan kepada Jaja Sujadi karena aturannya Ketua majelis yang ada harus mendapatkan gelar Imam. Nah itulah yang mereka sebut sebagai jihadbillah yang sekarang komandannya Zenzen Komara dari Garut. Lalu kita menjalani tertib sipil yaitu kembali ke pada kegiatan semula. Berdagang dan bertani.
Komando Wilayah itu ada berapa?Sampai tahun 1962 maklumat Imam yang tadi turun ada delapan Komandemen. Komando Wilayah I terdiri atas Priangan Timur: Tasik, Ciamis, Banjar, Kuningan Majalengka. Komando Wilayah II yaitu Jawa Tengah, Komando Wilayah III adalah Jawa Timur, Komando Wilayah IV adalah Sulawesi, Komando Wilayah V adalah Aceh.
Komando Wilayah VI yaitu Sumatera di luar Aceh, Komando Wilayah VII kembali lagi ke Garut, Bandung, Cianjur, Sukabumi, sampai ke Bogor, Komando Wilayah VIII yaitu Kalimantan. Komando Wilayah ini diatur berdasarkan waktu terbentuknya. Dalam Komandemen Wilayah dibentuk untuk mengatasi darurat perang, itu artinya, seluruh sipil dimiliterisasi.
Bagaimana mengenai Komando Wilayah IX?Mungkin itu adalah Adang Jalani tahun 1980an, bikinlah dia di Jakarta Raya (Jabodetabek) dan Banten karena sudah banyak anggota yang empati. Lalu terbentuklah Komando Wilayah IX. Saya nggak ikut fisabililah, bilillah, saya malah bekerjasama untuk pembangunan bangsa ini termasuk bikin Anak Bangsa. Selain saya ada juga Khira Fandai, bikin pesantren. Anaknya sekarang anggota DPR dari PPP, Asep Mausul dan ada juga ada Hilmi Aminuddin, itu juga tidak ikut fillah dan fisabililiah. Bagaimana dengan Panji Gumilang?Totok Salam atau Panji Gumilang sebenarnya adalah ketua empat di Komandemen Wilayah IX. Seno adalah ketua pertama, yang kedua Bassar dan tiga saya lupa. Susunan ketua dengan sistem itu itu bapak saya yang ciptakan tahun 1949. Masing-masing ketua ada pembagian kerjanya, kalau ketua pertama bermasalah otomatis ketua kedua naik, begitu seterusnya.
Apakah Totok Salam alias Panji Gumilang dilindungi oleh intelijen?Mungkin saja, tapi saya tidak yakin, itu kecurigaan orang karena memang data-datanya sudah jelas. Semua dana ditujukan ke satu titik adalah Totok Salam (Panji Gumilang). Tapi dia sendiri tidak ditangkap, justru anak buahnya yang berbuat kriminal itu yang ditangkap. Dan kenapa Panji Gumilang belum ditangkap, karena dia masih dibutuhkan dan belum waktunya dipanen.
Soal setor duit?Ya saya juga heran itu orang kok mau saja, saya nggak habis pikir. Soal iming-iming surga itu kan orang-orang di sana kan ngerti agama. Hasanah dulu di dunia, baru bisa membeli hasanah di akhirat. Kalau nggak punya duit, nggak bisa infaq bagaimana bisa membeli surga? Tapi memang logikanya sudah mati mereka. Dulu anggotanya sampai 250 ribu kalau tidak salah. Itu tahun 2009an tapi kabarnya kalau ada orang yang mau keluar itu, tidak dikabari biar aja keluar biar ada datanya supaya kelihatan banyak.
Tapi anggota sebenernya cuma 100 ribuan. Ketika itu setoran yang paling besar itu dari Semarang, kira-kira sampai 1 miliar untuk Al Zaitun. Menurut saya Al Zaitun itu dananya sebagian besar itu dari qirod, dalam islam itu semacam jual obligasi. Itukan dana pinjaman, ya kalau operasionalnya sudah jalan ya tolong kembalikan. Kalau tidak bisa dikembalikan secara tunai bisa bertahap, yang jadi masalah itu tidak dikembalikan. Itu janji setelah lima tahun dikembalikan, tapi sampai sekarang belum dikembalikan padahal kan sudah besar.
Kalau Anda bertemu Panji Gumilang apa yang akan disampaikan?
Saya mau menghimbau saja, pertama saya akan bacakan maklumat terakhir itu bahwa kembali ke pangkuan NKRI dan hentikan tembak menembak. Lalu pinjamannya kembalikan, kan Al Zaitun sudah besar. Kalau soal cuci otak sudah sulit itu, tapi kalau komandonya diambil alih bisa diperbaiki. Itu sebenarnya sama dengan orang mencari uang untuk membangun sesuatu, cuma ini modelnya lebih canggih.
Zenzen Komara ada kampung di Garut, apakah itu turunan dari DI/TII?Iya, orang-orang keturunan NII yang mengambil jihad filah. Jalur jihad fillah, itu cuma nama saja tidak ada perbedaan. Jihad fillah itu pasif, kembali ke pangkuan RI, meneruskan dalam bentuk jihad pasif atau jihad yang sangat luas. Bisa di bidang ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
Untuk yang di Garut, informasinya ada susunan pemerintahan sendiri?
Iya, saya dengar-dengar ada. Imamnya Zenzen. Tapi dia dianggap sakit, karena salatnya itu berkiblat ke Malangbong, ke arah Timur. Kata Zenzen, dia pernah mendapat amanat dari bapak bahwa kiblat kita ke Malangbong, ke rumah saya. Mungkin menurut bapaknya, itu kiblat politik, tapi ditafsirkan dia kiblat salat sehingga membelakangi kiblat sebenarnya.
Kalau soal NII saat ini bagaimana?NII sekarang ini keliatannya hanya nyari duit, untuk menyangga pesantren Al Zaitun.
Apakah ada kaitan antara NII dan terorisme?Kalau terorisme memang kalau secara tidak langsung ada, jadi dulu itu setelah Adang Jaelani mengangkat Totok Salam sebagai penggantinya. Ternyata ada yang tidak setuju dengan pemilihan Totok, diantaranya Marzuki. Lalu Marzuki ini bersatu dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir membuat markas di Malaysia.
Bagaimana mengenai Komando Wilayah IX?Mungkin itu adalah Adang Jalani tahun 1980an, bikinlah dia di Jakarta Raya (Jabodetabek) dan Banten karena sudah banyak anggota yang empati. Lalu terbentuklah Komando Wilayah IX. Saya nggak ikut fisabililah, bilillah, saya malah bekerjasama untuk pembangunan bangsa ini termasuk bikin Anak Bangsa. Selain saya ada juga Khira Fandai, bikin pesantren. Anaknya sekarang anggota DPR dari PPP, Asep Mausul dan ada juga ada Hilmi Aminuddin, itu juga tidak ikut fillah dan fisabililiah. Bagaimana dengan Panji Gumilang?Totok Salam atau Panji Gumilang sebenarnya adalah ketua empat di Komandemen Wilayah IX. Seno adalah ketua pertama, yang kedua Bassar dan tiga saya lupa. Susunan ketua dengan sistem itu itu bapak saya yang ciptakan tahun 1949. Masing-masing ketua ada pembagian kerjanya, kalau ketua pertama bermasalah otomatis ketua kedua naik, begitu seterusnya.
Apakah Totok Salam alias Panji Gumilang dilindungi oleh intelijen?Mungkin saja, tapi saya tidak yakin, itu kecurigaan orang karena memang data-datanya sudah jelas. Semua dana ditujukan ke satu titik adalah Totok Salam (Panji Gumilang). Tapi dia sendiri tidak ditangkap, justru anak buahnya yang berbuat kriminal itu yang ditangkap. Dan kenapa Panji Gumilang belum ditangkap, karena dia masih dibutuhkan dan belum waktunya dipanen.
Soal setor duit?Ya saya juga heran itu orang kok mau saja, saya nggak habis pikir. Soal iming-iming surga itu kan orang-orang di sana kan ngerti agama. Hasanah dulu di dunia, baru bisa membeli hasanah di akhirat. Kalau nggak punya duit, nggak bisa infaq bagaimana bisa membeli surga? Tapi memang logikanya sudah mati mereka. Dulu anggotanya sampai 250 ribu kalau tidak salah. Itu tahun 2009an tapi kabarnya kalau ada orang yang mau keluar itu, tidak dikabari biar aja keluar biar ada datanya supaya kelihatan banyak.
Tapi anggota sebenernya cuma 100 ribuan. Ketika itu setoran yang paling besar itu dari Semarang, kira-kira sampai 1 miliar untuk Al Zaitun. Menurut saya Al Zaitun itu dananya sebagian besar itu dari qirod, dalam islam itu semacam jual obligasi. Itukan dana pinjaman, ya kalau operasionalnya sudah jalan ya tolong kembalikan. Kalau tidak bisa dikembalikan secara tunai bisa bertahap, yang jadi masalah itu tidak dikembalikan. Itu janji setelah lima tahun dikembalikan, tapi sampai sekarang belum dikembalikan padahal kan sudah besar.
Kalau Anda bertemu Panji Gumilang apa yang akan disampaikan?
Saya mau menghimbau saja, pertama saya akan bacakan maklumat terakhir itu bahwa kembali ke pangkuan NKRI dan hentikan tembak menembak. Lalu pinjamannya kembalikan, kan Al Zaitun sudah besar. Kalau soal cuci otak sudah sulit itu, tapi kalau komandonya diambil alih bisa diperbaiki. Itu sebenarnya sama dengan orang mencari uang untuk membangun sesuatu, cuma ini modelnya lebih canggih.
Zenzen Komara ada kampung di Garut, apakah itu turunan dari DI/TII?Iya, orang-orang keturunan NII yang mengambil jihad filah. Jalur jihad fillah, itu cuma nama saja tidak ada perbedaan. Jihad fillah itu pasif, kembali ke pangkuan RI, meneruskan dalam bentuk jihad pasif atau jihad yang sangat luas. Bisa di bidang ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
Untuk yang di Garut, informasinya ada susunan pemerintahan sendiri?
Iya, saya dengar-dengar ada. Imamnya Zenzen. Tapi dia dianggap sakit, karena salatnya itu berkiblat ke Malangbong, ke arah Timur. Kata Zenzen, dia pernah mendapat amanat dari bapak bahwa kiblat kita ke Malangbong, ke rumah saya. Mungkin menurut bapaknya, itu kiblat politik, tapi ditafsirkan dia kiblat salat sehingga membelakangi kiblat sebenarnya.
Kalau soal NII saat ini bagaimana?NII sekarang ini keliatannya hanya nyari duit, untuk menyangga pesantren Al Zaitun.
Apakah ada kaitan antara NII dan terorisme?Kalau terorisme memang kalau secara tidak langsung ada, jadi dulu itu setelah Adang Jaelani mengangkat Totok Salam sebagai penggantinya. Ternyata ada yang tidak setuju dengan pemilihan Totok, diantaranya Marzuki. Lalu Marzuki ini bersatu dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir membuat markas di Malaysia.
Dialah yang mengirim orang-orang Indonesia ke Pakistan, Afganistan dan Moro. Tapi belakangan Abu Bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar mengambil jalur keras dan Marzuki tidak mau. Karena memang maklumat Imam itu, berhenti tembak menembak dan kembali ke pangkuan Republik Indonesia.
Kita ngirim orang-orang itu untuk dididik bukan untuk kontak senjata. Maka pecahlah dengan Marzuki. Akhirnya Abdullah Sungkar meninggal, tinggalah Abu Bakar Ba'asyir yang masih dengan aliran keras.
Gerakan-gerakan itu dibiarkan karena apa?Kalau gerakan-gerakan itu dibiarkan karena ada dua hal, pertama belum cukup untuk dipanen, jadi harus dilindungi dulu untuk apa ditindak kalau tidak ada alasannya. Selama ini kan tidak ada alasannya. Kalau dugaan makar itu tidak mungkin, kalau dugaan makarkan perlu lambang negara, bendera, lagu kebangsaan dan harus dibuktikan dengan senjata. Itu susah. (eh)
Kita ngirim orang-orang itu untuk dididik bukan untuk kontak senjata. Maka pecahlah dengan Marzuki. Akhirnya Abdullah Sungkar meninggal, tinggalah Abu Bakar Ba'asyir yang masih dengan aliran keras.
Gerakan-gerakan itu dibiarkan karena apa?Kalau gerakan-gerakan itu dibiarkan karena ada dua hal, pertama belum cukup untuk dipanen, jadi harus dilindungi dulu untuk apa ditindak kalau tidak ada alasannya. Selama ini kan tidak ada alasannya. Kalau dugaan makar itu tidak mungkin, kalau dugaan makarkan perlu lambang negara, bendera, lagu kebangsaan dan harus dibuktikan dengan senjata. Itu susah. (eh)
© VIVA.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar