Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Rabu, 03 Oktober 2012

Tekad Soekarno merebut Irian Barat


Tekad Soekarno merebut Irian Barat

Jumat, 15 Juni 2012 13:31:35
Reporter: Ramadhian Fadillah

Tekad Soekarno merebut Irian Barat
Soekarno. merdeka.com/Merdeka
Konflik di Papua tidak ada habisnya. Gerakan separatis terus memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Indonesia. Penembakan dan kekerasan terus terjadi di seluruh Papua. Dana otonomi khusus yang berjumlah triliunan gagal membangun dan menyejahterakan Papua.

Soekarno adalah orang yang memiliki cita-cita merebut Irian Barat (kini Papua) dari tangan Belanda. Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949, tidak memberi penyelesaian soal Irian Barat.

Indonesia ingin Irian Barat menjadi bagian dari Indonesia. Sementara Belanda ingin Papua menjadi negara sendiri. Tentu saja dengan pemerintahan boneka yang akan menguntungkan Belanda. Kedua belah pihak sepakat masalah Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.

Nyatanya setelah 10 tahun tidak ada penyelesaian soal Irian Barat. Maka Soekarno pun geram. Presiden pertama Republik Indonesia ini memang bermimpi mempersatukan Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, semenanjung Malaya, hingga Sabah dan Serawak.

Di alun-alun Yogyakarta tanggal 19 Desember 1961, Soekarno berteriak lantang menyerukan Trikora atau Tri Komando Rakyat. Bukan tanpa sebab seruan itu disampaikan di Yogya dan mengambil tanggal 19 Desember. Tanggal 19 Desember 1948, atau tepat 13 tahun sebelumnya, Belanda menggelar agresi militer Belanda II dan menyerang Kota Yogya. Pemerintahan Republik langsung jatuh. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan para pemimpin republik ditangkap tentara Belanda.

Soekarno pun bertekad membalas dendam. Dengan mengumumkan Trikora, dia menyatakan konfrontasi dengan Belanda.

Isi Trikora adalah:

1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua.
2. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Soekarno menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai Panglima Mandala. Panglima perang yang membawahi pasukan darat, laut dan udara. Lagi-lagi bukan tanpa alasan. Soeharto adalah komandan serangan umum 11 Maret yang tahun 1949, mempecundangi tentara Belanda di Yogyakarta.

Maka operasi Trikora pun digelar. Indonesia yang saat itu dekat dengan Uni Soviet mendapat kemudahan membeli persenjataan milik Blok Timur. Indonesia memborong kapal perang, kapal selam, pesawat tempur, pesawat pengebom, artileri, tank dan panser. Berkat kedekatan dengan Presiden Kennedy, Soekarno juga berhasil membeli pesawat angkut C-130 Hercules dari AS.

Semua persenjataan itu membuat Indonesia menjadi negara dengan kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, bahkan Asia. Bukan hanya Belanda yang ketar-ketir. Australia pun khawatir. Mereka takut Soekarno akan menjadi imperialis baru dan merebut Australia. Dengan kekuatan militer RI saat itu, hal ini sangat mungkin terjadi.

Pertempuran yang terkenal di laut adalah pertempuran Laut Aru dimana Komodor Yos Sudarso gugur. Sementara pasukan TNI terus diterjunkan lewat udara. Operasi penerjunan terbesar adalah operasi Naga yang dipimpin Kapten Benny Moerdani dengan melibatkan pasukan RPKAD dan Banteng Raiders.

Perang di belantara Papua berlangsung sekitar dua tahun. PBB akhirnya memerintahkan kedua belah pihak menghentikan tembak menembak. PBB memaksa Belanda dan Indonesia berunding di New York tanggal 15 Agustus 1962. Diputuskan pasukan PBB akan berada di Papua selama masa peralihan sebelum penentuan pendapat rakyat (Perpera) yang akan digelar tahun 1969.

Akhirnya rakyat Papua memilih ikut Republik Indonesia saat Perpera. Walau pihak internasional menuding militer Indonesia banyak berperan untuk kemenangan ini. AS yang tak mau Papua jatuh ke tangan komunis Uni Soviet langsung mendukung hasil Perpera. Papua pun resmi menjadi provinsi Indonesia yang ke-26.
[ian]

Tidak ada komentar: