Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Senin, 01 Oktober 2012

Pengakuan Pak Harto soal perebutan RRI dan Halim dari PKI

PBNU: Justru santri yang jadi korban PKI

Senin, 1 Oktober 2012 19:59:57
Reporter: Baiquni

PBNU: Justru santri yang jadi korban PKI
Penggalan Film G 30S/PKI. ©2012 Merdeka.com
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar tahlil memperingati meninggalnya para santri akibat kekejaman PKI dalam rentang waktu 1948 hingga 1965. Acara ini sekaligus pernyataan sikap PBNU meluruskan sejarah yang dinilai telah melenceng.

"NU saat ini sedang menghadapi fitnah luar biasa. Kita dianggap pelaku kejahatan 1965, padahal kita adalah korban," ujar Wakil Ketua Umum PBNU, KH As'ad Said Ali, membuka acara tahlil dan doa bersama di Gedung PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta, Senin (1/10).

As'ad mengatakan, selama 1948 hingga 1965 banyak santri terbunuh. Tetapi, menurutnya, fakta itu ditutupi dengan menyatakan konflik yang terjadi hanya manuver yang dilakukan TNI.

"Para penulis sejarah termakan oleh manipulasi buku putih yang dibuat Aidit. Tetapi, rakyat, ulama dan santri sebagai korban tetap mencatat dalam sejarahnya sendiri," kata As'ad.

Selanjutnya, kata As'ad, NU merasa perlu meluruskan sejarah yang telah menyimpang. Selain itu, As'ad juga menegaskan NU tidak akan meminta maaf atas terjadinya tragedi 1965.

"NU mau memaafkan PKI sejauh mereka meminta maaf. Bukan permintaan maaf sepihak seperti mereka tuntut, karena justru kesalahan ada pada mereka dengan melakukan agitasi serta teror bahkan pembantaian," pungkas As'ad.

Pernyataan As'ad bertentangan dengan apa yang pernah disampaikan KH Abdurrahman Wahid. Dulu Gus Dur pernah meminta maaf pada keluarga korban PKI yang dibunuh. Gus Dur pun meresmikan sebuah panti jompo untuk para tahanan politik 65 di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat.
[did]

Anak DN Aidit: Film G 30 S/PKI membuat marah rakyat Indonesia

Senin, 1 Oktober 2012 19:47:01
Reporter: Laurel Benny Saron Silalahi
Anak DN Aidit: Film G 30 S/PKI membuat marah rakyat Indonesia
Penggalan film G 30 S/PKI. ©2012 Merdeka.com
Sejak peristiwa 1965, PKI seolah menjadi partai haram di republik ini. Ribuan kadernya dibantai dan dipenjarakan tanpa proses peradilan. Begitu juga nasib yang menimpa para keluarga dan anak PKI.

Label sebagai anak PKI membuat hidup mereka terlunta-lunta. Hal ini lah yang sempat dialami Ilham Aidit, anak dari DN Aidit.

"Saya didiskriminasikan. Saya lima bersaudara, saya anak keempat, saudara kembar saya meninggal. Saat PKI habis saya dibawa ke Moskow, tapi mau pulang ke Indonesia di tolak, di Moskow kami juga ditolak," kenang Ilham.

Hal ini dia sampaikan saat menghadiri acara Forum Silaturahmi Anak Bangsa di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (1/10).

Dari Moskow, keluarga Ilham lalu ke China. Di China pun dia juga di tolak dan tetap tidak bisa kembali ke Indonesia. "Akhirnya di Paris dan menetap dan jadi warga sana," terangnya.

"Saya selama 23 tahun tidak berani memakai nama Aidit, toh akan dipersulit kalau saya pakai nama itu," terangnya.

Setelah kembali ke Indonesia pun diskriminasi selalu dia terima. Orang-orang selalu mengkaitkan dirinya dengan PKI yang dianggap sebagai organisasi terlarang.

"Film PKI itu rekayasa terutama adegan di lubang buaya, film itu membuat marah berkepanjangan di masyarakat Indonesia. Film itu adalah film titipan," imbuhnya.
[hhw]

Pengakuan Pak Harto soal perebutan RRI dan Halim dari PKI

Senin, 1 Oktober 2012 15:08:35
Reporter: Mardani
Pengakuan Pak Harto soal perebutan RRI dan Halim dari PKI
Letkol Untung. wikipedia.org
1 Oktober, 47 tahun lalu menjadi hari yang menentukan bagi Mayjen Soeharto. Kiprahnya memadamkan Gerakan 30 September mengangkat namanya hingga dia menduduki posisi presiden. Ini pengakuan Pak Harto soal momen-momen penting 1 Oktober 1965 siang hingga sore hari.
Setelah mendapat laporan soal penculikan terhadap tujuh orang perwira tinggi AD, Mayjen Soeharto langsung bergerak cepat. Mayjen Soeharto saat itu langsung menggelar rapat staf dengan yang dihadiri oleh Kepala Staf Brigjen Achmad Wiranatakusumah, Ass Intel Kol Yogasugawa, Ass Operasi Kol Wahono, Ass IV Kol Djoko Basuki, dan Ass III Kol Sru Hardojo.

Dalam rapat itu, Pak Harto menjabarkan kondisi terkini. Kepada para bawahannya, dia memutuskan melawan Letkol Untung dan gerakan G30S-nya.

"Terserah kepada saudara-saudara sekalian, apakah akan mengikuti saya atau tidak. Sebab, kalau tidak melawan atau menghadapi mereka, toh kita akan mati konyol. Menurut pendapat saya, lebih baik mati membela negara dan Pancasila daripada mati konyol. Dengan ridho Tuhan, insya Allah kita akan diberi jalan untuk menumpas gerakan pemberontakan yang dipimpin si Untung itu. Bagaimana?," kata Mayjen Soeharto kepada peserta rapat seperti dikisahkan dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.

"Kami ikut Pak Harto," jawab seluruh peserta rapat.

Usai rapat Pak Harto langsung memanggil Kol Sarwo Edhie Wibowo yang saat itu berada di Cijantung. Dengan menggunakan panser, Kol Sarwo Edhie kemudian tiba di Kostrad pukul 11.00 WIB dan menemui Pak Harto di ruangannya. Keduanya kemudian membicarakan soal rencana penyerangan RRI dan Telkom yang diduduki pasukan Letkol Untung.

"Atur rencana operasi sebaik-baiknya," perintah Mayjen Soeharto. "Siap segera kami laksanakan," jawab Letkol Sarwo Edhie

Mayjen Soeharto kemudian kembali menggelar rapat dengan para staf dengan peserta yang sama. Dalam rapat itu dibahas rencana untuk merebut Halim, karena Lanuma Halim merupakan tempat komando G30S. Saat itu, Pak Harto menyatakan, pusat komando pimpinan G30S berada di sekitar Halim, bahkan sejumlah tokoh pimpinannya berasal dari AU.

Saat rapat selesai, Pak Harto langsung meminta staffnya untuk segera menghubungi Kol Sarwo Edhiw untuk mempersiapkan rencana penyerangan itu. Namun, yang menjadi ganjalan saat itu adalah posisi Presiden Soekarno yang tengah berada di Halim. Saat ajudan Bung Karno, Kol KKO Bambang Widjanarko menemuinya, Mayjen Soeharto langsung memerintahkannya agar mengusahakan Bung Karno meninggalkan Halim sebelum tengah malam.

Sekitar pukul 13.30 WIB, Kol Sarwo Edhie bersama pasukan RPKAD datang ke Kostrad. Pak harto kemudian memerintahkan kepada Kol Sarwo Edhie untuk melanjutkan operasi perebutan RRI dan Telkom sebelum pukul 19.00 WIB.

"Siap! Kami telah siap dengan pasukan," kata Sarwo.

Setelah waktu magrib, pasukan RPKAD yang dipimpin Kapten RPKAD Heru dan Kapten Urip menyerang RRI dan Telkom. Sementara, Kol Sarwo Edhie menunggu di halaman Kostrad. Gedung RRI dan Telkom berhasil direbut tanpa adanya perlawanan. Anak buah Kol Untung dilaporkan telah melarikan diri.

Setelah dikuasai secara penuh, rekaman pidato Mayjen Soeharto disiarkan di RRI soal penculikan para perwira AD dan kepemimpinan sementara AD di tangannya.

"Saya puas. Langkah kemenangan pertama telah dilaksanakan dengan baik," kata Soeharto.

Selang berapa lama, Kol Sarwo Edhie kembali muncul dan mempertanyakan soal rencana penyerangan Halim. "Pak Harto, apa jadi kita melaksanakan rencana menguasai Halim? Agar gerakan pasukan jangan kesiangan dan untuk menghindari pertempuran," kata Sarwo Edhie.

Jenderal Nasution yang ketika itu tengah menyandarkan kakinya yang terluka akibat rencana penculikan kepadanya yang gagal tiba-tiba langsung menyela. "Sarwo Edhie, jij mau bikin tweede mapanget ya?"

Soeharto yang tadinya masih berpikir langsung memberi perintah kepada sang kolonel unuk segera melakukan penyerangan. "Ya, kerjakan sekarang juga!"

Dengan kekuatan pasukan lima kompi (kurang lebih 600 orang), pada tengah malam, Kol Sarwo Edhie langsung bergerak ke Halim. Sementara, Markas Kostrad sekitar pukul 23.30 WIB dipindahkan untuk satu malam oleh Soeharto ke Senayan, karena saat itu ada informasi bahwa AURI akan mengebom.

Halim akhirnya dapat dikuasai pasukan Kol Sarwo Edhie dengan sedikit pertempuran.
[tts]

Anak tokoh PKI & anak pahlawan revolusi tabur bunga di Kalibata

Senin, 1 Oktober 2012 18:42:48
Reporter: Laurel Benny Saron Silalahi
Anak tokoh PKI & anak pahlawan revolusi tabur bunga di Kalibata
ziarah kalibata. ©2012 Merdeka.com/arie basuki
Sore ini anak tokoh PKI dan anak para pahlawan revolusi bertemu. mereka yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Anak Bangsa ini melakukan aksi tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Dalam acara ini dihadiri Sukmawati Soekarnoputri, Ilham Aidit anak dari DN Aidit, Amelia Yani putri dari jenderal Ahmad Yani dan tokoh lainnya.

"Acara ini diadakan untuk memperingati tragedi 1965. Anak Pahlawan Revolusi dan PKI bersatu berziarah di Kalibata," ujar Amelia Yani kepada wartawan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (1/10).

Forum Silaturahmi Anak Bangsa ini sendiri digagas oleh Sukmawati Soekarnoputri. Dan ternyata banyak yang tertarik untuk ikut.

"Dan akhirnya kita bisa berkumpul dan melakukan aksi tabur bunga bersama di sini," imbuh Amelia Yani.
[hhw]

Jaksa Agung: Tingkat kesulitan kasus 1965 sangat tinggi

Senin, 1 Oktober 2012 15:45:59
Reporter: Yulistyo Pratomo
Jaksa Agung: Tingkat kesulitan kasus 1965 sangat tinggi
Basrief Arief. ©2012 Merdeka.com
Kejaksaan Agung (Kejagung) lagi-lagi mengakui kesulitan dalam menyidik dugaan kasus pelanggaran HAM berat dalam peristiwa 1965. Jaksa Agung, Basrief Arief, mengatakan tingkat kesulitan untuk mengusut kasus tersebut sangat tinggi.

"Tingkat kesulitannya sangat tinggi," ujar Basrief di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Senin (1/10).

Karena itu, Basrief meminta semua pihak memberikan kesempatan kepada Kejagung untuk menindaklanjuti laporan dari Komnas HAM. "Makanya tolong diberi kesempatan pada tim," ucapnya singkat.

Saat ini, kata Basrief, pihaknya sedang melakukan penelitian. Hasil penelitian nantinya akan diserahkan kembali ke Komnas HAM.

"Sedang dilakukan penyelidikan, tapi tentunya yang kita lakukan penelitian dulu," ujarnya.

Untuk mencari unsur yang tepat, kata dia, kejaksaan tetap menggunakan aturan perundang-undangan agar dapat mengadili para pelaku pelanggaran HAM. Dengan begitu, akan ditentukan bentuk sanksi yang akan dijatuhkan kepada mereka.

"Lengkapnya itu di samping unsur di sini mungkin crime against humanity, apakah di situ masuk atau bagaimana. Itu masih dalam penelitian tim kita," tandasnya.
[ren]

Tidak ada komentar: