Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Kamis, 31 Januari 2013

Impor Renyah 'Daging Berjanggut'



Impor Renyah 'Daging Berjanggut'







Seratus empat puluh tiga kontainer berisi daging impor menumpuk di pelataran Jakarta International Container Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kamis siang pekan lalu, belasan petugas berompi oranye dan berhelm putih berkeliling mengecek suhu peti-peti kemas berpendingin khusus untuk menyimpan daging tersebut.


Sebanyak 2.750 ton daging impor itu bermasalah. Lima puluh satu kontainer dalam pengawasan Badan Karantina Pertanian. Sisanya di bawah penanganan kepabeanan. Badan Karantina tidak meloloskannya karena ada ketidaksesuaian keterangan di dalam surat izin impor yang meliputi- negara asal, perbedaan jenis barang, dan kelebihan tonase. Bea dan Cukai belum mengizinkan daging-daging impor keluar lantaran dokumen pemberitahuan impor barangnya belum lengkap.


Menteri Pertanian Suswono, Direktur Jenderal Peternakan Prabowo Respatiyo Caturroso, dan Kepala Badan Karantina Banun Harpini bersama rombongan wartawan telah melihat ratusan kontainer daging impor itu, Jumat siang dua pekan lalu. Asap dingin menyembul keluar tatkala se-orang petugas membuka kontainer milik PT Sukanda Djaya. "Ini contoh barang yang dokumennya lengkap. Sesuai aturan, sebentar lagi izinnya pasti keluar," kata Menteri Suswono.


Badan Karantina, institusi yang bernaung di Kementerian Pertanian, tak bisa mengurus puluhan kontainer daging impor itu lantaran masih berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, instansi di bawah Kementerian Keuangan. "Ini di luar yurisdiksi kami," ujar Menteri Suswono.


Kisruh daging impor mencuat sejak pertengahan Januari lalu. Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia Thomas Sembiring, sengkarut terjadi karena masa berlaku izin impor yang pendek, menjelang tutup tahun. Pada 15 Desember 2010, Direktur Jenderal Peternakan-saat itu dijabat Tjeppy D. Soedjana-menerbitkan surat persetujuan pemasukan daging sapi sebanyak 15 ribu ton. Surat izin tersebut kedaluwarsa pada 31 Desember 2010.


Surat izin yang berlaku cuma 15 hari itu jelas tidak masuk akal. Perjalanan barang-dari Australia, misalnya-membutuhkan waktu 3-5 pekan. Toh, para importir nekat mengajukan permohonan karena biasanya Direktorat Jenderal Peternakan bersedia memperpanjang masa berlaku izin. Rupanya, kebiasaan lama ini tak berlaku lagi. Prabowo, Direktur Jenderal Peternakan yang baru, ogah memperpanjang tenggat. Saat daging-daging beku itu tiba di Tanjung Priok pertengahan Januari lalu, Badan Karantina tak memberi lampu hijau pengeluaran barang. Alasannya, surat persetujuan pemasukan sudah kedaluwarsa.


Pengusaha semakin meradang gara-gara pemerintah juga mengerem mendadak volume impor daging menjadi hanya 50 ribu ton. Padahal realisasi impor tahun lalu mencapai 120 ribu ton. Semester pertama tahun ini, volume impor daging diputuskan 25 ribu ton saja. Celakanya, importir-importir besar mendapatkan jatah jauh di bawah harapan. PT Indoguna Utama, misalnya, mengajukan permohonan izin impor 7.280 ton, tapi hanya kebagian 1.160 ton. Tahun lalu, Indoguna mengimpor lebih dari 14 ribu ton. Pemain besar lain, PT Anzindo, hanya kecipratan 1.777 ton dari 2.397 ton yang diajuka




Impor Renyah 'Daging Berjanggut' (2)







Importir lantas curiga dan menilai pembagian kuota ini tidak adil. Yaya-san Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) malah kebanjiran jatah impor sebesar 9.759 ton. Lembaga ini didirikan pada 1999 oleh R.B. Suryama M. Sastra, politikus Partai Keadilan Sejahtera dan bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (2004-2009). Kader muda PKS banyak yang bekerja di Yayasan PKPU ini.


Direktur utama yayasan ini, Agung Notowiguno, membantah yayasannya mengimpor daging sebanyak itu. "Keliru itu, bukan 9.759 ton, tapi hanya 9,7 ton. Masak iya sebesar itu? Kami kan tidak berbisnis daging impor," ujarnya kepada Tempo pekan lalu. Daging impor itu, kata dia, tak lain daging domba beku dari komunitas muslim Australia buat Hari Raya Kurban, Idul Adha. "Itu buat kegiatan sosial dan fakir miskin." Yayasan PKPU, ujarnya, sudah mengimpor daging kurban sejak 2002. "Hanya datang setahun sekali pas musim kurban saja." Menteri Suswono, yang mengontak Tempo via telepon, Jumat malam pekan lalu, membenarkan pernyataan Agung.


Namun, berdasarkan dokumen yang dimiliki Tempo, Yayasan PKPU memang mengimpor ribuan ton daging. Sumber Tempo juga meragukan argumentasi yayasan tersebut. Apalagi yayasan itu mengklaim hanya mengimpor daging kambing. Padahal, dalam dokumen di Kementerian Pertanian, yang diimpor jelas dinyatakan daging sapi. Yayasan itu juga mengaku telah mengimpor daging sejak 2002. Faktanya, tahun lalu Yayasan PKPU belum tertera dalam daftar penerima surat persetujuan pemasukan alias belum mendapat izin mengimpor.


Coba dengar kritik seorang importir daging. Menurut sumber Tempo ini, sebagai pemain baru, tak lazim Yayasan PKPU mendapatkan jatah impor yang besar. Berbeda dengan perusahaan umumnya, yayasan itu juga tidak mencantumkan rekomendasi dari dinas peternakan provinsi. "Justru rekomendasi ini mutlak bagi pengusaha yang mengajukan permohonan izin impor daging," ujarnya.


Pemegang kuota terbesar lainnya adalah CV Sumber Laut Perkasa, sebanyak 4.800 ton, dan PT Impexindo Pratama, 4.250 ton. Kedua perusahaan itu milik Basuki Hariman. Tidak sulit melacak rekam jejak Basuki di Kementerian Pertanian. Tujuh tahun lalu, Basuki tersandung kasus pemalsuan barang. Daging asal India dikemas ulang, lantas dijual di dalam negeri sebagai daging Australia. Padahal impor daging sejauh ini hanya boleh dari Australia dan Selandia Baru. Toh, Basuki tetap bisa melenggang (lihat "Pemain Daging Partai Sejahtera").


Sumber Tempo berbisik, Basuki bisa lolos karena merapat ke Suripto, anggota Majelis Syura PKS. Basuki bisa mengenal bekas anggota Badan Koordinasi Intelijen Negara-kini Badan Intelijen Negara-itu lantaran diperkenalkan oleh Tafakur Rozak Soedjo, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Alam Watch. Tahun lalu, keduanya bertemu di kantor lembaga riset itu di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Rozak jualah yang mempertemukan Basuki dengan Prabowo. Oleh Rozak, Basuki diperkenalkan sebagai "orangnya Suripto".


Nama Suripto sangat terkenal di lingkungan Kementerian Pertanian. Mantan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan ini, kata sumber Tempo, pernah menggelar jamuan makan malam di Hotel Gran Melia, Jakarta Selatan. Suripto mengundang pejabat Kementerian Pertanian, termasuk Prabowo yang baru saja dilantik menjadi Direktur Jenderal Peternakan. Suripto berpesan agar Prabowo melancarkan urusan anak buahnya bila datang meminta bantuan.


Prabowo kepada Tempo tak menampik adanya pertemuan ini. Tapi, kata dia, itu cuma silaturahmi biasa. Suripto hanya mengucapkan selamat atas pelantikannya. "Tidak ada komitmen apa-apa," katanya. Rozak juga membantah. "Itu fitnah," ujarnya. Suripto pun membantah cerita ini. "Itu cuma gosip. Pertemukan saya dengan importir atau pejabat yang mengatakan itu," ujarnya kepada Tempo pekan lalu (lihat "Suripto: Ini Kampanye Hitam untuk Partai Kami").


Nah, berbekal sebagai "jaringan" Suripto inilah Basuki bisa blasak-blusuk ke Kementerian Pertanian. Awal Januari lalu, Basuki bergegas menuju lantai 6 gedung C, kantor Prabowo. Ia meminta Prabowo memproses permohonan izin impornya. Sesuai dengan aturan, semestinya dokumen Basuki dimasukkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian lebih dulu. Kantor ini nantinya akan meneruskan berkas itu ke Direktorat Peternakan.




mpor Renyah 'Daging Berjanggut' (3)







Basuki memang sedang tergesa-gesa. Ia baru memproses perizinan ketika para importir lain tinggal menunggu pengumuman. Sebagian besar pengusaha telah memasukkan berkas pada November-Desember tahun lalu. Prabowo berjanji akan menerbitkan surat persetujuan pemasukan pada pertengahan Januari.


Basuki lalu mengutus auditor-bernama Basuki juga-anak buah Prabowo ketika menjadi auditor utama di Inspektorat Jenderal Pertanian. Tak mempan, Basuki meminta tolong Purba, teman Prabowo sesama auditor utama. Lama tak berjumpa, Prabowo menyambut baik Purba. Rupanya, si kawan lama membawa dokumen milik Basuki Hariman. Prabowo membenarkan kisah ini. "Saya bilang, iya Pak Purba, saya bantu sesuai prosedur, enggak ada perlakuan khusus," katanya.


Mau tak mau, Basuki manut. Pada 11 Januari lalu, kader Partai Damai Sejahtera itu datang ke Gedung Pusat Perizinan Pertanian buat menyerahkan berkas permohonan. Alih-alih datang ke petugas loket, dia malah nyelonong ke ruang Kepala Pusat Perizinan Pertanian Gayatri K. Rana. Dalam pertemuan sekitar 15 menit itu, Basuki berjanji akan membantu bila Gayatri ingin naik posisi ke eselon satu.


Tapi uluran tangan ini tidak gratis. Basuki meminta Gayatri membuatkan surat izin impor daging hari itu juga. "Gayatri tidak mau," ungkap sumber Tempo. Ia diminta mengikuti prosedur. Kepada Tempo, Gayatri mengatakan semua pengusaha bisa mengajukan perizinan. "Kami akan melayani sesuai ketentuan," katanya. Akhirnya, pertengahan Januari lalu, surat izin impor daging buat Basuki terbit. Basuki mendapat jatah kuota gede, 8.000-an ton.


Seorang sumber Tempo mengisahkan, keputusan kuota impor daging sebenarnya sudah diarahkan oleh Menteri Suswono. Dalam pergunjingan para importir, jamak terdengar jika mereka memberi istilah "daging berjanggut" lantaran proyek ini dikuasai elite Partai Keadilan Sejahtera. Tapi Pak Menteri membantah. Ia mengatakan tak ada pesan apa pun dari menteri, juga dari partainya, PKS. Bisa saja, kata dia, seseorang mengklaim sebagai utusan partai. "Partai saya justru meminta saya bekerja profesional," ujarnya.


Prabowo juga menepis tudingan ada permainan di balik proses pembagian kuota impor daging. Proses pembagian kuota, katanya, ditangani oleh Direktur Veterinary dan Pascapanen Djajadi Gunawan. Kata Djajadi, proses pembagian kuota memang tidak dilakukan melalui tender terbuka. Penetapan jatah antara lain didasari rekomendasi dari dinas peternakan provinsi, kapasitas gudang pendingin, dan realisasi tahun sebelumnya.


BASUKI mengumbar janji. Melalui sambungan telepon, Selasa pekan lalu, ia berkata kepada koleganya, seorang importir dari Indoguna, bahwa surat izin impornya bisa dipakai untuk mengeluarkan daging di Tanjung Priok. "Gratis," katanya. Dua hari kemudian, mereka "kopi darat" di Kementerian Pertanian. Selain Basuki dan perwakilan Indoguna, ada wakil dari Anzindo dan Berkat Sejahtera.


Sejumlah importir heran jika Basuki mau membantu. Belakangan permainan mulai tercium. Importir daging menuding itu hanya akal-akalan Basuki agar pengusaha membeli surat izin impor darinya. "Pengusaha dibikin kepepet supaya membeli kuota miliknya," kata seorang importir.


Benar saja. Bulan lalu, perusahaan Basuki aktif menawarkan surat izin impor daging kepada para pengusaha. Harganya Rp 1.000 per kilogram. Bila transaksi sukses, sekitar Rp 9 miliar bakal masuk kantong Basuki. Tudingan ini dibantah Basuki. "Enggak ada yang dijual. Kalau ada yang minta, saya kasih, gratis," ujarnya kepada Tempo, Kamis pekan lalu.


Janji Basuki membantu mengeluarkan daging impor beku di Tanjung Priok ternyata mentok lantaran Prabowo berkukuh tak mau membikin izin baru. Persetujuan baru akan diterbitkan 1 April nanti. Selama menunggu periode ini, importir menempuh berbagai cara untuk mengeluarkan daging beku dari Tanjung Priok. Indoguna, misalnya, meminta bantuan Ustad Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syura PKS. Tapi Hilmi membantah. "Enggak mau saya. Masuk penjara saja penyelundup mah," kata Hilmi kepada Tempo pekan lalu.


Kisruh impor daging sapi tampaknya akan terus menggelinding. Menteri Suswono ingin menendang bola panas daging impor dari kantornya. Dalam rapat kerja dengan Komisi Pertanian Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa dua pekan lalu, Suswono kembali mengatakan daging impor itu ada di lini satu-area Bea dan Cukai. Badan Karantina Pertanian tak bisa mengurusnya. Thomas Sembiring hanya bisa geleng-geleng kepala. "Tidak masuk akal, padahal jelas-jelas ini urusan Karantina Pertanian."




Pemain Daging Partai Sejahtera







Dia dikenal sebagai raja daging impor. Hampir semua pejabat di Kementerian Pertanian sampai Pelabuhan Tanjung Priok mengenalnya. "Kalau urusan daging, ya dia," kata satu pejabat pelabuhan kepada Tempo pekan lalu. Ada setidaknya empat perusahaan importir daging yang dia kuasai. Kuota impornya melebihi rata-rata pengusaha lain.


Dia adalah Basuki Hariman. Pernah menjadi Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (2003-2008), Basuki adalah pemain lama di dunia impor daging. Berkongsi dengan adiknya, Yongki Hariman, dia mengendalikan PT Impexindo Pratama, CV Sumber Laut Perkasa, PT Aman Abadi Nusa Makmur, dan PT Cahaya Sakti Utama. Empat perusahaan itu punya alamat sama: Kompleks Perkantoran Danau Sunter, Jakarta Utara.


Gudang penyimpanan daging milik Basuki bertebaran di seantero Jakarta Raya. Ada yang di Kompleks Pergudangan Kosambi Permai, Jakarta Barat. Satu lagi di tepi Jalan Raya Jonggol, Cileungsi. Selasa pekan lalu, Tempo mendatangi gudang itu. Ada dua bangunan putih besar beratap biru yang dipagari rapat-rapat. Empat truk kontainer berpendingin parkir di depannya. "Pak Basuki jarang ke sini, cuma sekali-sekali," kata seorang petugas keamanan.


Peruntungan Basuki terkerek sejak Anton Apriyantono menjadi Menteri Pertanian pada 2004. Pada masa itu, dua perusahaan milik Basuki-Aman Abadi dan Cahaya Sakti-menguasai jalur impor daging sapi dari kawasan Amerika dan sekitarnya. Tak ada perusahaan lain yang mendapat izin di jalur itu. Sejak itulah hubungan Basuki dengan kalangan Partai Keadilan Sejahtera, partai asal Anton, mulai dekat.


Kedekatan itu tecermin dari sejumlah kasus. Pada akhir 2004, misalnya, perusahaan Basuki tertimpa kasus impor daging ilegal. Ribuan ton daging sapi asal Amerika yang diimpor perusahaannya ketahuan berasal dari India-kawasan yang produksi dagingnya dianggap rawan penyakit mulut dan kuku. Anehnya, kasus ini dipetieskan dan Basuki tetap dipercaya sebagai importir resmi Kementerian Pertanian.


Tahun lalu, Basuki lagi-lagi tersandung masalah. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia menemukan penggunaan sertifikat halal palsu oleh perusahaan daging asal Kanada, Citizen Food Inc. Rekanan Citizen di Indonesia adalah Sumber Laut, salah satu perusahaan importir milik Basuki. Meski begitu, Basuki tetap lolos dari sanksi. Malah tahun ini perusahaannya kembali mendapat jatah impor ribuan ton daging sapi dari pemerintah.


Tokoh yang disebut-sebut memperkenalkan Basuki kepada elite PKS adalah Tafakur Rozak Soedjo. Dia dikenal sebagai direktur program di sebuah lembaga swadaya masyarakat, Pengelolaan Sumber Daya Alam Watch-yang sering disingkat PSDA Watch. Kantornya ada di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.



Pemain Daging Partai Sejahtera (2)







Tapi Rozak lebih dari sekadar aktivis LSM. Lebih dari satu sumber Tempo di Kementerian Pertanian mengaku kerap melihat Rozak di kantor Kementerian, kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Seorang pejabat bahkan mengaku sering didatangi Rozak untuk berbagai urusan. Di sana, Rozak dikenal sebagai "orangnya Pak Suripto". Penelusur-an Tempo menemukan Suripto adalah Pembina PSDA Watch.


Di PKS, Suripto adalah anggota Majelis Pertimbangan Partai. Meski ia tak lagi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada periode ini, pengaruhnya di partai itu tak memudar. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan dan Perkebunan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu dikenal dekat dengan Ketua Majelis Syura PKS Hilmi Aminuddin.


Hubungan Suripto dan Hilmi punya sejarah panjang. Keduanya dekat sejak Suripto bertugas di Badan Koordinasi Intelijen Negara. Pada 1984, Suripto mulai rajin hadir dalam ceramah-ceramah Hilmi. Ketika Hilmi menyelesaikan kuliahnya di Universitas Madinah, Arab Saudi, dan pulang ke Indonesia, Suripto-lah yang mendapat tugas menjemputnya di bandar udara. Dia juga yang membantu meloloskan buku-buku Islam yang dibawa Hilmi dari sensor ketat rezim Orde Baru pada masa itu.


Sekarang Suripto termasuk jajaran elite partai. Dia aktif di pelbagai pengajian yang juga diikuti Hilmi Aminuddin, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, serta empat menteri PKS di kabinet Susilo Bambang Yudhoyono: Suswono, Tifatul Sembiring, Salim Segaf al-Jufri, dan Suharna Surapranata. "Dia ikut merancang arah kebijakan partai," kata sumber Tempo di PKS.


Tak aneh jika pengaruh Suripto terasa sampai Kementerian Pertanian. Sejak "dikuasai" kader PKS pada 2004, sejumlah pegawai di kementerian itu berbisik tentang pentingnya mendapat "restu" Suripto untuk menduduki pos-pos strategis di sana. "Harus sowan dulu ke dia," kata satu pejabat.


Selain soal penempatan- -pe-jabat, proyek-pro-yek -pe-ng--adaan di kementerian itu pun tak lepas dari perhatian kader partai. Anggota DPR dari Fraksi PKS, Achmad -Rilyadi-biasa disapa Irel-mengaku pernah ikut mencoba peruntungan di sana. "Dulu saya memang nyari-nyari kesempatan untuk mengimpor daging," ujarnya kepada Tempo, Kamis pekan lalu. "Tapi ini profesional, bisnis saya pribadi, bukan instruksi partai," katanya cepat-cepat.


Kuatnya pengaruh Suripto inilah yang bisa menjelaskan saktinya lobi Basuki Hariman. Dalam kisruh impor daging yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok, misalnya, Basuki mendapat kuota jauh melebihi perusahaan lain.


Dihubungi pekan lalu, Basuki membantah punya lobi khusus di Kementerian Pertanian. Cerita miring soal kasus-kasus yang melibatkan perusahaannya, kata dia, hanya bualan kompetitor yang iri hati. Dia juga menolak anggapan mendapat perlakuan istimewa dari pejabat di kementerian itu. Tahun lalu, kata dia, perusahaannya hanya mendapat jatah impor 300 ton daging. "Tapi saya tidak protes," ujarnya.


Namun Basuki mengaku kenal dengan Rozak dan Suripto, meski menolak jika hubungan itu dikaitkan dengan jatah impor daging untuk perusahaannya. "Banyak yang kenal Pak Suripto di Kementerian Pertanian," katanya mengelak.


Rabu pekan lalu, Rozak dan Suripto bersama-sama menerima Tempo di kantor PSDA Watch, Mampang Prapatan. Mereka menolak semua tudingan soal permainan PKS di Kementerian Pertanian. Rozak juga mengaku tak kenal dengan Basuki. Suripto memberikan jawaban senada. "Saya tak hafal nama itu," ujarnya pendek.


Agoeng Wijaya, Retno S., Fery Firmansyah, Sunudyantoro










Suripto:Ini Kampanye Hitam untuk Partai Kami







Lama tak muncul, nama Suripto masuk pusaran kisruh pembagian kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Anggota Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera ini diduga berperan besar memuluskan jalan Basuki Hariman, pemilik dua perusahaan importir, guna mendapatkan jatah besar kuota impor daging.


Bekas anggota Badan Koordinasi Intelijen Negara ini bergerak melalui orang kepercayaannya, Tafakur Rozak Soedjo. Direktur Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) Watch ini menjadi penghubung Suripto dengan para pejabat di Direktorat Jenderal Peternakan dan importir.


Ditemui Fery Firmansyah dan Agoeng Wijaya dari Tempo, di kantor PSDA, Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan, Rabu sore pekan lalu, pria kelahiran Bandung 20 November 1936 ini menangkis keterlibatannya. Rozak, yang mendampingi Suripto, sesekali ikut menimpali dan memberikan jawaban.





Benarkah Anda bisa mempengaruhi pejabat Kementerian Pertanian dalam memutuskan kuota impor daging?Itu cuma gosip. Tentu saja saya membantah. Andai kata benar, tentu saya akan membantah. Tolong saya dikonfrontasi dengan pejabat atau importir yang mengatakan itu. Saya tak punya perusahaan yang berkaitan dengan impor daging. Jadi, mengapa saya dihubung-hubungkan dengan masalah ini?







Bukankah Anda dan Rozak pernah bertemu dengan Prabowo Respatiyo, Direktur Jenderal Peternakan, dan meminta agar membantu pengusaha daging?Selama dua Menteri Pertanian terakhir (yang dijabat tokoh-tokoh PKS-Red.), saya tidak pernah menginjak Kementerian Pertanian. Kecuali saat saya menjadi sekretaris jenderal di Departemen Kehutanan. Saya tentu bolak-balik ke sana.


Rozak: Saya tidak ada hubungan ke sana. Segala kebijakan tentu dilakukan oleh pejabat berwenang. Bagaimana mungkin kami yang tak memiliki hubungan struktural bisa memberi perintah kepada pejabat di sana? Kalau ada yang pernah melihat kami, apa ada buktinya? Rekaman kamera CCTV -(closed circuit television) atau apa pun.


Saya mendengar dari kawan-kawan, tadi sore ada rapat antara importir yang surat persetujuan pemasukannya disetop. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi sudah memutuskan itu. Faktanya, pejabat di sana yang menentukan. Jadi, informasi tadi itu fitnah.







Anda dekat dengan Basuki Hariman, pemilik CV Sumber Laut, yang mendapat perlakuan istimewa di Kementerian Pertanian?Mungkin saja saya pernah berkenalan di satu tempat, atau saat sedang makan di hotel atau di mana pun. Tapi saya tak ingat nama ini. Apalagi jika disebut dia minta saya memuluskan proyek impor daging. Itu tidak benar.







Dalam impor daging, kabarnya PKS campur tangan melalui Anda, Rozak, lalu ke pejabat Kementerian?Kalau orang-orang PKS berbisnis, mungkin saja, tentu dengan ketentuan dan aturan main yang jelas. Kriterianya profesionalisme, persaingan bebas, dan transparansi. Siapa saja bisa, kan? Tudingan miring kepada PKS terlibat kisruh daging impor hanya kampanye hitam dan propaganda untuk mendiskreditkan partai kami. Nama saya juga dibawa-bawa. Saya lihat sasaran akhirnya agar Menteri dari PKS segera turun, apalagi sekarang muncul isu -reshuffle. Ini agar ada alasan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengganti Menteri Pertanian Suswono.


Rozak: Coba saja Anda buktikan. Saya yakin juga ini propaganda hitam.







Anda juga disebut-sebut sering mencampuri urusan Kementerian, dari mutasi pejabat hingga mengumpulkan dana umat?Tidak ada itu. Lantas menterinya jadi apa, dong? Saya ini apalah. Kerja saya cuma baca buku. Kok, bisa pejabat sampai harus sungkem ke saya. Soal pengumpul dana umat, jika saya bisa..., alhamdulillah, tapi kalau mengumpulkan dana umat dari Kementerian, saya tak bilang tidak. Selusuri saja indikasinya.







Adakah kebijakan partai untuk menggalang dana dari proyek Kementerian?Kalau kebijakan partai, penentunya tentu Presiden Partai (PKS). Saya duduk di Majelis Pertimbangan Partai (MPP), dewan penasihat yang ikut merumuskan kebijakan. Apakah ada kebijakan dari MPP soal itu (menggalang dana), jelas tidak ada. Di luar itu, tanya Presiden Partai.




Jumat, 25 Januari 2013

Kebutuhan INDONESIA: NASIONALISME Dan MENUMPAS KESERAKAHAN

Kolom IBRAHIM ISA*
*Kemis, 24 Januari 2013**
-------------------------*


“*Kebutuhan INDONESIA: NASIONALISME Dan MENUMPAS KESERAKAHAN”*

*-- Menelusuri Bersama – *

*Pemikiran BEN ANDERSON ( Dari Tulisan di buku Liberum Amicorum 100
Tahun Bung Karno)*


* * *


Memperingati 100 TAHUN BUNG KARNO, (06 Juni 1901 – Juni 2001) dalam
rangka mengkaji kembali serta mengkhayati Ajaran-ajaran Bung Karno, ---
Hasta Mitra, sebuah Penerbit Buku Bermutu yang dipimpin oleh Editor
Joesoef Isak, lebih 10 tahun yang lalu menerbitkan Sebuah Liber Amicorum.


Banyak yang menyumbangkan tulisan dalam buku “Liber Amicorum 100 TAHUN
BUNG KARNO”. Terhitung, tidak kurang dari 27 artikel. Antara lain dimuat
di situ tulisan Joesoef Isak, Peter Dale Scot, Ali Hasymi (“Aku
Serdadumu”) , Charil Anwar, Sitor Situmorang, Bob Hering, Soebadio
Sastrosatomo, Soedarpo Sastrosatomo, Dawam Rahardjo, Ibrahim Isa, Susilo
Bambang Yudhoyono, Noam Chomsky, Ben Anderson, Harry Poeze, Francisca
Fanggidaej, dll.


* * *


Dalam kolom ini kita batasi membicarakan sedikit tulisan yang
disumbangkan oleh Prof Ben Anderson, Ia adalah seorang pakar kajian
internasional dan direktur INDONESIA PROJECT pada Universitas Cornel,
Ithaca, AS. Kita bahas sedikit, bagian dari uraian, versi saduran
singkat yg disampaikan oleh Indonesianis tsb pada ceramah di Insititut
Teknologi di Capitol Theatre Melbourne.


Disoroti sedikit dari tulisan Ben, dengan tujuan untuk menggugah,
mengelitik, memikirkan dan menganalisis situasi aktuil bangsa kita.


Judul tulisan Ben Anderson sangat menarik dan menggugah, sbb:
*“Kebutuhan INDONESIA: NASIONALISME Dan MENUMPAS KESERAKAHAN”.*


Sebabnya mengapa diambil bagian dari pemikiran Ben Anderson dengan judul
tsb diatas, ialah, karena tulisan tsb., meskipun ditulis lebih 10 tahun
yang lalu, namun masih relevan dengan situasi aktuil di negeri kita
sekarang. Maraknya pelanggaran hukum berkaitan dengan kasus KORUPSI dan
usaha KPK yang kembang-kempis, tak menentu entah berha, atau gagalkah,
atau mandek di tengah jalan, ---- dalam menangani masalah korupsi dewasa
ini. Orang tahu, penyebabnya adalah karena yang terlibat di situ adalah
para elite politik dan finans-ekonomi yang berjalin dengan kekuasaan
yang berlangsung dulu dan sekarang. Sehingga akibatnya -- hanyalah yang
setingkat “teri” dan “sedang-sedang” saja yang dicekal. Sedangkan yang
KAKAP masih bebas bergaya dan bergelimang dengan kemewahan hasil
korupsinya;.


Di lain fihak bisa disaksikan bersama bgaimana para elite yang berkuasa
baik langsung ataupun tidak langsung di bidang birokrasi pemerintahan,
legislatif dan yudikatif, berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin,
mumpung kedudukan mereka masih diatas angin dewasa ini, untuk memuaskan
KESERAKAHANNYA.


Situasi ini, lagi-lagi menunjukkan dengan jelas sekali, betapa kesedaran
berbangsa, patriotisme dan nasionalisme, secara umum masih berada pada
tingkat rendah sekali. Masih merupakan lamis-lamis bibir semata. Tidak
ada dampak realisasinya dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.


* * *


Begini uraian ananlitis Ben Anderson pada bagian awal ceramahnya:


“Indonesia adalah suatu negeri aneh dalam tolok-ukur apa pun, dan
sekarang – berbeda dengan Thailand dan Filipina – oposisi potensial
antara nasionalisme dan demokrasi nampak muncul di permukaan dengan
jelas sekali.


“Gampang sekali menganggap masa lalu sebagai rentetan perisitwa yang
sudah lumrah memang begitulah semestinya sejarah berjalan. Padahal siapa
di tahun 1907 akan mengatakan bahwa gerakan nasionalis akan tampil dalam
20 tahun.


“Siapa dalam visi masa depannya akan meramal suatu Aceh, suatu Bali
bagian Selatan dan suatu Papua (Irian Barat) justru merupakan bagian
dari proses ditelan kolonialisme?


“Siapa di tahun 1940 akan mengatakan bahwa dalam waktu lima tahun Negeri
Jajahan yang aman tenteram dan diawasi sangat ketat, akan mengalami
sebuah revolusi, dan dalam waktu sepuluh tahun kemudian diakui resmi
sebagai nation-state, negra baru suatu bangsa?


“*Siapa di tahun 1962 akan mengatakan bahwa dalam waktu empat tahun,
kira-kira antara setengah dan dua juta penduduk akan dibantai negara?*


“Siapa di tahun 1995 akan mengatakan bahwa dalam waktu tiga tahun
keajaiban ekonomi yang yang legendaris akan ambruk dalam reruntuhan yang
mungkin tak bisa tebaiki lagi, dan sebagai negara maha kuasa yang
dipuja-puja dunia Barat ambrol compang-camping.


“*Maka penting untuk mengingat kembali Soekarno.* Dia nyaris
satu-satunya nasionalis muda dalam generasinya yang berasal dari
campuran latar-belakang etnik dan agama. Bapaknya sekurang-kurangnya
nomina seorang Muslim Jawa dan ibunya seorang Hindu-Bali. *Dalam
kariernya yang panjang dia bekerja tidak kenal capék dan umumnya
mencapai sukses besar dalam mempropagandakan nasionalisme kerakyatan,
yang bahkan Mahatma Gandhi pun tak sampai menjangkaunya. Itu sebabnya
satu generasi setelah dia meninggal, kehadirannya tetap hidup, tidak ada
rivalnya di Asia Tenggara yang dapat menandinginya kecuali almarhum Ho
Chi Minh. Harapan yang diberikan Soekarno cukup jelas dibuktikan dengan
dukungan luar biasa bagi anaknya yang sebaliknya tidak punya
keistimewaan samasekali.*


* * *


Setelah membicarakan konsep sistim kenegaraan federal dan sistim
kenegaraan kesatuan, Ben Anderson memasuki masalah korupsi, a.l sbb:


“Contoh perilaku dan kebijakan Suharto merusak birokrasi dan sistem
hukum, dua-duanya menumbuhkan penyakit korupsi dan nepotisme yang nyaris
tak tersembuhkan. Keadaan sperti itu menciptakan satu kelas menengah
lembek tanpa keberanian atau tak berwatak. Franz Fanon almarhum pun akan
merenung-renung dengan keputusan yang muram bila melihat Indnesia sekarang.


“Kelas menengah Indonesia yang dulu tidur nyaman di tengah kekerasan
kejam penguasa, yang jumlah korban fisiknya dalam beberapa tahun
melampaui sejuta orang – sekarang benar-benar merasa keresahan yang
gawat. Pos-pos polisi dibakar oleh massa yang bérang, para pengedar
narkoba dibunuh oleh kelompok orang-orang serukun kampung, bécak muncul
lagi besar-besaran di jalan-jalanj yang khusus disediakan bagi para
pemilik mobil kelas menengah, dan tukang-tukang becak sudah pada tidak
gentar lagi mengeroyok mobil-mobil Mercedez-Benz yang ngebut. Di
kalangan kelas menengah jelas sekali sudah muncul nostalgia pada Orde
Baru, yah . . . di atas egala-galanya . . . . orde tertib, aman dan teratur.


“Indonesia punya pepatah populer, /di bawah pohon beringin tidak ada
pohon subur yang bisa tumbuh”. /Soeharto barangkali teringat pada
pepatah itu dengan perasan puas yang jahat, ketika ia memberikan pohon
beringin sebagai simbol pemilu bagi Golkar, mesin politiknya.


“Para pemimpin Indonesia sekarang yang tukang bertengkar tumbuh di bawah
bayangan pohon beringin, tak seorangpun luput dari pengaruh korup yang
menghambat pertumbuhan. Itulah salah satu sebab, mengapa Soekarno yang
sudah lama pergi, tetap saja dirasakan kehadirannya, walau pun terasa
seakan seperti suatu janji yang masih harus dikabulkan.



Janji demokrasi? Barangkali /no. /Tidak.


Tetapi nasionalisme kerakyatan, /yes/, sebab boleh jadi itulah yang
membuka kesempatan-kesempatan demokratis. Di Indonesia, nasionalisme
harus paling pertama didahulukan, artinya: nasionalisme yang punya rasa
kebersamaan senasib dan semasa depan yang kuat.


Negeri di mana para pemimpin politiknya stidak malu punya
dwikwarganegaraan atau memiliki “green card”Amerika, di mana grup-grup
berkuasa mengirim anak-anaknya untuk sekolah di luar negei, dan
diam-diam melécéhkan kebudayaannya sendiri, di mana berjuta warga
dibiarkan membusuk hidup dalam gubuk reyot dan bau – itulah negeri yang
sama sekali tidak bisa diharapkan melakukan sesuatu yang baik, sekalipun
memiliki institusi-institusi demokrasi.


“/*Masalah utama bukan disebabkan oleh defisit demokrasi, teapi defisit
nasionalisme, terutama di kalangan mereka yang berduwit dan
berpendidikan. Pemimpin yang patariotik dan jujur bisa berbuat banyak
sekali, baik dengan keputusan-keputusannya maupun dengan teladannya.
Timor Timur menjadi kasus paling baru yang mencolok dalam hal ini.*/


“Puluhan tahun Amerika menyanjung-nyanjung Soeharto, Inggris memasok
senjata tidak kepalang tanggung, brturut-turut pemerintahan Asutralia
yang lama dan yang baru berkonspirasi dengqan Jakarta untuk memperkosa
Timor Timur, suatu aib yang tak terhapuskan seumur hidup.


“Apa yang perlu bagi dunia Barat sekarang adalah: kurangi campur-tangan,
kurangi keangkuhan, dan kurangi keserakahan pada outsider yang sangat
berkuasa”.Demikian Ben Anderson mengakhiri tulisannya.


* * *


Fokus utama yang diajukan oleh Ben Anderson, ialah, *bahwa masalah utama
bagi Indonesia dewasa ini, adalah nasionalisme (maksudnya nasionalisme
kerakyatan bukan nasionalisme sovinis), terutama di kalangan mereka yang
berduwit dan berpendidikan . . . *


*dan bahwa pemimpin-pemimpin yang patriotik dan jujur bisa berbuat
banyak sekali . . . . *


*Di sini fikiran kita tertuju pada tokoh-tokoh (baru) pemimpin
pemerintahan (daerah), seperti Jokowi dan Ahok, . . . . yang diharapkan
memiliki dan mampu meneruskan watak dan semangat yang menjadikan
pengabdian pada rakyat yang dipimpinnya sebagai tugasnya yang paling
pokok dan SEGERA !*


** * **