Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Rabu, 24 Oktober 2012

Reaktualisasi Ajaran Samin

21 Oktober 2012

20:27 wib

Reaktualisasi Ajaran Samin

26

(suaramerdeka.com/ Gunawan Budi Susanto)

Oleh Junaidi Abdul Munif



Samin, begitulah khalayak umum menyebut mereka. Mereka bermukim di sekitar Pegunungan Kendeng yang memanjang dari Pati hingga Tuban. Meski tak mengenyam pendidikan formal, warga Samin memiliki sikap hidup lebih santun daripada yang berpendidikan tinggi. Saminisme, ajaran hidup kaum Samin, selalu mengedepankan kejujuran dan kesahajaan.



BAGI mereka, gaya hidup orang modern sudah keluar dari koridor tujuan penciptaan manusia di bumi. Egoisme, hedonisme,

kebohongan, dan kerakusan kekuasaan adalah gaya hidup manusia modern. Korupsi (mencuri), debat kusir, dan saling fitnah tampaknya bukan sesuatu yang aneh dalam kehidupan saat ini. Dan, kaum Samin meyakini itulah yang memicu kerusakan di dunia.



Harmonisasi, bagi mereka, adalah tujuan utama menjalani hidup. Samin Surosentiko, pelopor ajaran saminisme, menyatakan tugas manusia di dunia adalah sebagai utusan Tuhan. "Yang dinamakan sifat wisesa adiluhung) adalah bertindak sebagai wakil Allah," tutur Samin.



Alam dan jiwa masyarakat Samin seolah-olah sudah menyatu. Alam ibarat ibu mereka, karena alam menghidangkan kekayaan melimpah untuk dinikmati kapan pun. Karena itu mereka begitu mencintai dan menjaga alam. Wajar ketika investor asing (semen) datang dan hendak mengeksploitasi Pegunungan Kendeng, mereka berada di garda terdepan: melawan!



Orang Samin juga tidak kenal istilah berdagang. Karena berdagang, bagi mereka, selalu melahirkan unsur 'ketidakjujuran'. Mereka memilih sistem barter karena berlandaskan kejujuran dan tidak merugikan pihak lain. Bagi orang Samin, bohong adalah tabu. Mereka juga tidak menerima bantuan dalam bentuk uang.



Tabu Berbohong Raden Kohar atau Samin Surosentiko adalah otak intelektual paham saminisme. Samin lahir 1859 di Desa Plosokediren, Randublatung, Kabupaten Blora. Sang ayah bernama Raden Surowijaya atau lebih dikenal sebagai Samin Sepuh. Samin Surosentiko memiliki pertalian darah dengan Kiai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro, dan Pangeran Kusumoningayu yang berkuasa di Kabupaten Sumoroto (kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) tahun 1802-1826.



Sastroatmodjo (2003) mengemukakan, saminisme muncul sebagai reaksi terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda yang sewenang-wenang. Mereka tidak melawan secara fisik, tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda.



Misalnya, tidak mau membayar pajak. Resistensi itu akhirnya membuat mereka memiliki tatanan, adat istiadat, dan kebiasaan tersendiri. Samin Surosentiko juga melawan kekuasaan kolonial lewat ekspansi gagasan dan pengetahuan. Samin Surosentiko mentransformasikan gagasan melalui ceramah di pendapa-pendapa pemerintahan desa. Inti ceramahnya seolah olah ingin membangun Kerajaan Amartapura.



Artinya, Samin menghendaki masyarakat bersifat jatmika (bijaksana) dalam kehendak, ibadah, mawas diri, mengatasi bencana alam, dan jatmika selalu berpegangan pada budi pekerti. Dianggap penghasut masyarakat, tahun 1907 Samin Surosentiko ditangkap Belanda. Dia dibuang ke Sawahlunto, Sumatera barat, dan di sanalah maut menjemput tahun 1914.



Samin Surosentiko mewariskan sebuah kitab sastra adiluhung sebagai falsafah hidup orang Samin, yakni Serat Jamus Kalimasada. Saat ini, orang Samin sering disebut sebagai Wong Sikep yang berarti, jujur, dan baik. Kini, krisis moralitas melanda bangsa ini. Hedonisme dan pragmatisme bak dewa yang selalu disembah- sembah manusia. Rakus, tamak, dan perbuatan keji lain menjadi efek pasti kedua dewa itu.



Arus globalisasi sering dijadikan kambing hitam sebagai pemicu. Kendati demikian, masyarakat Samin bergeming dan tetap memegang prinsip hidup mereka. Karena itulah, saminisme sangat layak dijadikan cerminan hidup. Keharmonisan, keselarasan, dan keseimbangan adalah representasi masyarakat Samin.



Seolah-olah tak dijumpai celah dalam kehidupan mereka untuk berbuat iri, dengki, rakus, dan perbuatan negatif lain. Sikap Mulia Ada sebuah kisah menarik sebagai ilustrasi. Suatu ketika ada orang asing tersesat di desa masyarakat Samin. Karena kelaparan dan melihat buah pisang yang masak, orang asing itu pun memetik. Namun sang pemilik memergoki. Sang pemilik sama sekali tidak marah, bahkan berkata, "Kenapa mencuri, jika meminta saja diberi?"



Sungguh, suatu sikap yang mulia. Dalam Serat Jamus Kalimasada, Samin Surosentiko mengatakan, "Aja dengki srei, tukar padu, dahpen kemeren, aja kutil jumput, mbedog colong." Ya, masyarakat Samin dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati kepada orang lain, dan mengambil milik orang (mencuri). Sebab, semua tindakan itu merupakan awal kerusakan di bumi.



Ketika ditanya soal kejujuran, Hardjo Kardi, 'kepala adat' Samin, mengatakan, "Kejujuran adalah segalanya. Kejujuran harus menjadi dasar dan pegangan bagi manusia untuk mendapatkan kekuatan. Jangan pernah dengki dan iri hati. Semua manusia sama. Membedabedakan manusia tabu dalam mayarakat kami."



Secara eksplisit, ucapan indah itu mengindikasikan mereka senantiasa menerapkan sikap toleransi dan pluralitas. Bandingkan dengan fenomena yang acap menghinggapi manusia saat ini. Hampir setiap hari kita disuguhi tindakan amoral dari berbagai pihak. Sungguh ironis.



Bangsa yang tersohor dengan kesantunan dan kesopanan sudah bermetamofosis menjadi bangsa kurang beradab, jika tidak boleh dikatakan bangsa amoral dan biadab.



- Abdullah Hanif, pemerhati budaya asal Blora, kini mukim di Bantul

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kejawen/2012/10/21/610/Reaktualisasi-Ajaran-Samin

Minggu, 21 Oktober 2012

Tidak ada negara maju dengan syariat Islam

Luthfi Assyaukanie (3)




Tidak ada negara maju dengan syariat Islam

Reporter: IslahudinJumat, 19 Oktober 2012 11:54:37





Lembaga survei menyimpulkan kian merosotnya perolehan suara partai Islam dalam tiap pemilu. Tidak sedikit tokoh partai Islam yang merasa itu hanya survei biasa yang masih bisa mengalami kesalahan dan tidak sepenuhnya hasil itu mutlak.



Namun, bagi Luthfi Assyaukanie, Deputi Direktur eksekutif Freedom Institute, hasil survei itu sudah memperlihatkan bagaimana mestinya partai Islam mestinya segera berbenah. Menolak hasil survei itu boleh saja, namun hasil perolehan partai Islam dalam tiap pemilu sudah sebagai bukti nyata bentuk pandangan pilihan masyarakat terhadap partai Islam. Selain itu bagaimana melihat tingkat kemajuan negara-negara Islam yang menggunakan syariat Islam seperti Arab Saudi dan Iran.



Berikut penuturan Luthfi Assyaukanie saat ditemui Islahuddin, wartawan merdeka.com pada Kamis (18/10) sore di sekretariat Freedom Institute, Jalan Proklamasi Nomor 41 Menteng Jakarta Pusat.



Sejauh mana Islam harus berperan dalam kehidupan politik di Indonesia?



Itu isu lama, sejauh mana Islam mengakomodasi masalah-masalah politik. Ada sebagian orang percaya, Islam harus menaklukkan politik atau Islam harus berpolitik, harus mendirikan partai Islam, harus menjalankan dakwah Islam lewat partai politik, dan seterusnya. Ada juga sebaliknya, kita boleh lebih religius, menjadi orang yang saleh, tapi dalam urusan politik itu urusan dunia, tidak ada urusannya dengan agama.



Saya kira jumlah umat Islam yang percaya dengan tidak ada hubungan Islam dan politik itu lebih banyak jumlahnya. Buktinya pemilu ini, tentu saja pemilu adalah bukti nyata, tidak bisa dibohongi. Orang di luar sana bilang, “Oh, orang Islam itu percaya pada agama dan negara (addin wa daulah)”, atau macam-macam, itu cuma bicara saja, buktinya tetap pemilu. Saat mereka datang ke bilik suara mereka tidak memilih partai Islam. Kalau mereka yakin pandangan agama dan negara adalah satu kesatuan mereka akan memilih partai Islam.



Apakah Islam memang tidak boleh ikut campur dalam kehidupan politik?



Ada sebagian yang berkeyakinan begitu, tapi sebagian besar masyarakat Indonesia justru meyakini sebaliknya. Ya sudahlah, Islam tidak usah ikut campur dalam masalah politik, itu kalau ukurannya partai-partai politik.



Apakah anda percaya negara yang menerapkan syariat Islam bisa maju?



Setahu saya tidak ada negara yang maju dengan menggunakan syariat Islam. Apa ada contohnya?



Bagaimana dengan Iran dan Arab Saudi?



Maju apanya, ekonominya paling terbelakang. Terbelakang dalam artian, mereka hanya memanfaatkan sumber daya alam yang ada sebagai sumber utama ekonominya. Berapa lama sumber alam terus untuk eksplorasi?



Ada contoh negara Islam yang bisa dibilang maju?



Tidak ada. Negara yang paling mundur di dunia, adalah negara yang melawan kodrat manusia. Negara-negara Islam itu melawan kodrat manusia, jadi tidak akan bisa maju. Manusia itu kodratnya menginginkan kebebasan pada dasarnya. Sementara negara-negara yang menerapkan itu, memusuhi kebebasan itu. Misalnya di Arab Saudi, perempuan tidak diperbolehkan mengendarai mobil sendiri. Orang mau bicara politik tidak boleh, di sana orang tidak boleh demonstrasi.



Tapi sebulan kemarin Arab Saudi sudah mengeluarkan aturan yang membolehkan perempuan boleh mengendarai mobil sendiri?



Bayangkan, sudah zaman segini baru memperbolehkan. Orang-orang yang menginginkan aturan itu sendiri juga orang-orang dari kerajaan itu sendiri. Anak-anak raja, anak-anak pangeran yang ingin mengemudi sendiri, mereka yang kuliahnya di barat. Jadi negara-negara itu tidak akan maju, karena melawan kodrat manusia.



Iran begitu juga, mundur jauh sekali. Kalau pun ada pencapaian, itu pasti dari orang-orang yang melawan sistem itu. Misalnya, orang sering bilang, “Kok film-film Iran itu bagus-bagus.” Justru karena mereka memberontak dari situasi yang mengungkung. Para sineas Iran itu adalah orang yang tidak setuju dengan sistem negara Islam di Iran. Itu yang salah dimengerti orang. Setiap ada pencapaian di negara-negara yang seperti itu, muncul dari mereka yang anti dari sistem yang ada di sana.



Bagaimana dengan dari sisi kemajuan ekonominya?



Saya rasa tidak. Melihat ekonomi bukan hanya melihat pendapatan per kapita atau Produk Domestik Bruto (PDB) tapi kita harus lihat, harus diuraikan, dari mana mereka mendapatkan itu. kalau Indonesia, saya sangat bangga dengan pencapaian ekonomi kita. Itu dilakukan dengan kerja keras dan sungguh-sungguh. Tapi kalau negara-negara penghasil minyak di teluk itu tidak bisa dibanggakan.



Mulai dengan

[tts]           Luthfi Assyaukanie (1)



Sekularisasi politik di Indonesia berhasil

Reporter: IslahudinJumat, 19 Oktober 2012 11:33:28

Hasil survei pilihan umum untuk 2014 untuk partai politik yang dilansir Saiful Mujani Research Center pekan lalu menempatkan partai nasionalis dalam posisi lima besar, seperti Partai Golongan Karya (14 persen) , Partai Demokrasi Indonesia (9 persen), Partai Demokrat (8 persen), Partai Nasional Demokrat (4 persen).



Hasil survei itu menyebutkan partai-partai Islam hanya bisa meraup suara di bawah lima persen. Posisi partai Islam dalam lansiran Lingkaran Survei Indonesia juga hampir sama, terus mengalami kemerosotan, malah kalah bersaing dengan partai baru, Partai Nasional Demokrat yang bisa mendapatkan suara lima persen.



Bagi Luthfi Assyaukanie, Doktor kajian Islam kontemporer, persentase suara yang diperoleh partai Islam itu bukanlah hal yang mengagetkan. Menurutnya, pandangan masyarakat kian terbuka, pilihan partai tidak mempengaruhi religiusitas pemilihnya. Berikut petikan wawancaranya dengan Islahuddin wartawan merdeka.com saat ditemui Kamis (18/10) sore di sekretariat Freedom Institute, Jalan Proklamasi Nomor 41 Menteng Jakarta Pusat.



Apa penyebab merosotnya popularitas partai Islam?



Itu bukan hal baru. Seingat saya, Lingkaran Survei Indonesia juga sudah melakukan beberapa kali survei popularitas partai sejak 1999 hingga 2000-an awal. Hasilnya selalu ditemukan kurang lebih sama, popularitas partai Islam mengalami penurunan dari hari ke hari. Rilis yang baru kemarin tidak ada yang baru.



Secara umum angka-angkanya partai Islam itu kalau digabungkan secara keseluruhan kurang dari 20 persen. Jadi kalau pegangan kita pemilu bukan survei, jumlahnya sekitar 15-20 persen. Memang ada kecenderungan partai-partai Islam itu menurun suaranya.



Apa kategori partai disebut partai Islam?



Yang dimaksud partai Islam, partai yang menyatakan programnya dan landasannya berazaskan Islam, bukan Pancasila. Dengan demikian yang disebut Partai Islam itu adalah PPP, PKS, PBB. Saat ini yang ada di parlemen ada dua, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang lain basisnya Pancasila, termasuk Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).



Tapi ada definisinya yang lebih luas, ada juga yang mengatakan basis massanya anggota organisasi besar Islam. Misalnya PKB, karena basis massanya Nahdlatul Ulama (NU), kemudian PAN, karena basis massanya Muhammadiyah. Tapi itu tidak ada jaminan, kalau itu definisinya, misalnya PAN, semakin lama kian ditinggalkan oleh Muhammadiyah, agak susah memegang basis massa dari organisasi besar Islam.



Jadi definisi yang paling tepat menurut saya, partai Islam adalah partai yang flat form di Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tanggah (AD/ART) adalah asasnya Islam, bukan Pancasila dan PKS dan PPP yang masih menggunakan itu.



Merosotnya popularitas partai Islam apa karena masyarakat muak dengan kelakuan politisi Islam?



Kalau penjelasan jauhnya ada proses yang cukup kompleks. Proses apa yang saya sebut sekularisasi politik di negara kita cukup berhasil. Sekularisasi politik itu artinya orang bisa secara personal bisa religius tapi secara politik dia sekuler. Misalnya saya tetap bisa melakukan haji, zakat, salat, tapi begitu datang ke kotak pemilihan saat pemilihan umum (Pemilu) saya tidak mau memilih partai Islam, karena saya tidak percaya partai Islam bisa bekerja dengan baik di pemerintahan. Itu yang saya sebut sebagai sekularisasi politik.



Nah, terjadinya sekularisasi politik ini yang cukup intens dalam beberapa puluh tahun terakhir. Itu terjadi sejak Orde Baru dan kita petik hasilnya sekarang. Orang-orang muslim percaya, aspirasi politik mereka tidak perlu disalurkan ke partai-partai Islam. Tidak serta mereka kurang religius kalau mereka memilih Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan partai yang lainnya.



Apa memang selama ini partai Islam ini tidak mengakomodasi pemilihnya?



Itu persoalan lain. Partai-partai yang berideologi eksklusif, bagaimana pun partai Islam itu ideologinya eksklusif. Pertama mereka memainkan sentimen keagamaan, itu saja sudah mempersempit cakupan suara.



Kedua politik itu dalam skemanya posisinya selalu berada di kiri dan di kanan jauh. Yang di tengah itu biasanya yang cair, misalnya partai yang mengusung ideologi yang sangat liberal itu dia akan berada jauh di kiri dengan partai yang mengusung ideologi Islam akan berada jauh di kanan. Yang di tengah-tengah itu selalu ceruk suara yang besar.



Partai Islam kalau mau mendapatkan suara yang besar dia harus ke tengah, jangan ke pinggir. Nah, partai-partai Islam sekarang ada di pinggir yang suaranya kurang dari 20 persen. 80 persen suara itu berada di tengah, itu yang diperebutkan PDIP, Golkar, Demokrat, dan partai-partai nasionalis yang lain. Partai Islam kalau mereka mau mendapat dukungan banyak harus ke tengah.



Apa maksud anda istilah pinggir kiri, kanan, dan tengah?



Begini spektrum partai politik, yang di kiri dan kanan itu kecil, jumlahnya kurang dari 20 persen. Partai yang berideologi sosialis, komunis, atau nasionalis, ada di pinggir kiri. Sedangkan partai Islam berada di pinggir kiri. Di tengah itu yang banyak, suaranya sekitar 80 persen. PKS itu masih di pinggir karena masih menjual isu Islam. Karena masih menjual isu Islam, orang-orang di pinggir ini yang masih percaya dengan jualan Islam akan memilih PPP. Kalau PPP mencoba ke tengah, padahal di tengah ini banyak sekali pemainnya. Dia harus bersaing dengan PDIP, Golkar, Demokrat, nasional Demokrat, belum lagi dengan PAN, PKB, dan yang lainnya.



Tantangannya buat PPP kalau tidak meyakinkan, kalau mereka sudah berubah visi saat kampanye, bisa saja yang tengah tidak akan memilih dia yang pinggir sebagai pemilih tetapnya akan kabur meninggalkannya. Dilemanya seperti itu. Tokoh-tokoh seperti Lukman Saifudin itu menurut saya menyadari hal itu. “Daripada kita kehilangan suara yang 5 persen atau kurang, lebih baik menjaga itu, karena belum pasti mendapatkan suara yang lebih besar”.



Seperti apa contoh konkretnya?



Nama boleh partai Islam tapi mereka harus menunjukkan pada masyarakat, mereka mengusung politik yang moderat. PKS sebetulnya awalnya berusaha menjadi partai yang relatif moderat. Ini kalau melihat Pemilu 1999, jualan politiknya sangat agamais. Kampanyenya tentang syariat Islam, tentang perubahan atau amandemen konstitusi dan seterusnya. Saat itu mereka mendapat suara 2 persen atau kalau tidak salah ingat kurang dari 2 persen, saat itu namanya Partai Keadilan.



Tapi pada pemilu 2004, mereka tidak hanya mengubah nama tapi juga strategi. Saya masih ingat, kampanye-kampanye PKS tahun 2004 itu membuang seluruh kampanye agenda-agenda Islam. Jadi yang mereka kampanyekan, misalnya pemerintahan yang bersih, reformasi birokrasi, anti korupsi, hal-hal yang sangat umum, sangat duniawi, sangat profan, tidak ada kaitannya dengan agama. Maka saat itu suaranya naik, PKS suaranya saat itu dapat tujuh persen.



Kemudian 2009 suaranya stagnan, itu adalah ujian dari kampanyenya pada 2004. Ada masalah kasus korupsi, masalah moral, dan lain-lainnya. Nanti kita lihat, kalau survei terakhir suara PKS turun karena kasus-kasus korupsi yang menimpa kader-kadernya. Itu disorot media dan dilihat orang setiap hari. Mulanya PKS lulus sebagai partai moderat awalnya, tapi tidak lulus ketika janji-janji kampanyenya dilanggar. Itu yang menjelaskan kenapa PKS tidak naik kelas atau mendapatkan suara lebih dari yang didapat sebelumnya.



Bagaimana dengan Partai Persatuan Pembangunan?



PPP sebetulnya lebih solid dari PKS. Solid dalam artian, PPP punya massa yang lebih terikat. Sementara PKS itu massa yang cair. Massa PKS itu massa terdidik, massa yang kritis, sementara massa PPP itu kurang terdidik, secara tradisi saja. Tradisi dalam arti kalau orang tuanya PPP anaknya juga akan mengikuti, seperti dari sebagian masyarakat Betawi, kemudian dari Jawa Timur, itu yang masuk partai agama secara tradisi. Kalau PKS itu suaranya sangat mengambang, dia bisa bertambah dan bisa berkurang.





Biodata





Luthfi Assyaukanie



Pendidikan:

Ph.D: Universitas Melbourne , Australia (2006)

MA: Universitas Melbourne , Australia (2003)

MA: Universitas Islam Internasional, Malaysia, (1995)

BA: the Universitas Yordania, Yordania (1993)



Pekerjaan

Deputi Direktur Eksekutif Freedom Institute (Sekarang)

Dosen Jurusan Filsafat dan Agama Universitas Paramadina, Jakarta (2000-sekarang)



Penghargaan

Nominasi Australian Alumni Award (2008)

Penghargaan Tesis terbaik dari Rektor Universitas Melbourne, Australia (2008)



Mulai dengan

[tts]

Luthfi Assyaukanie (2)




Semakin jual agenda Islam, semakin tidak laku

Reporter: IslahudinJumat, 19 Oktober 2012 11:46:09

Kategori



Khas

Berita tag terkait



3 Alasan partai Islam tidak akan laku di Pilpres 2014



Gus Dur dan Amien Rais tokoh Islam paling berpengaruh

kampanye PKS. ©2012 Merdeka.com



37





Sejak pemilu pertama di Indonesia pada 1955, partai Islam mendapatkan suara mencapai 43 persen suara pemilih. Namun 60 tahun kemudian, setidaknya dari hasil survei untuk pemilu 2014 seperti dirilis Saiful Mujani Research dan Lingkaran Survei Indonesia, menempatkan partai Islam dengan perolehan suara di bawah lima persen.



Menurut Luthfi Assyaukanie, Doktor kajian Islam kontemporer, penyebab menurunnya itu tidak hanya karena tidak ada tokoh politisi Islam yang sekaliber Gus Dur dan Cak Nur. Dia melihatnya partai Islam saat ini terlihat tidak percaya diri dan enggan mengubah diri dengan mengikuti perkembangan pandangan pemilih saat ini.



Ditemui di kantor Freedom Institute, Jalan Proklamasi Nomor 41 Menteng Jakarta Pusat. Luthfi Assyaukanie menjelaskan semuanya kepada Islahuddin wartawan merdeka.com pada Kamis (18/10) sore. Berikut nukilan wawancaranya:



Apakah dari survei itu bisa disimpulkan partai Islam tidak laku dalam pemilu 2014?



Begini, ada kaidah yang sampai sekarang saya percaya. Semakin partai Islam menjual agenda Islam, semakin mereka ditinggalkan oleh masyarakat.



Bukankah itu sebaliknya?



Apa buktinya? Depok bisa dijadikan contoh basis PKS, tapi perhitungan nasional tidak hanya Depok dan di tempat lain orang tidak berpikir seperti orang-orang Depok yang memilih PKS. Depok juga tidak semuanya yang memilih PKS. Saya tidak tahu berapa jumlah pemilih PKS di Depok, angkanya saya tidak tahu pasti. Tapi secara nasional suaranya tidak lebih dari lima persen.



Menurut Anda siapa politisi Islam yang sekiranya pantas disebut mewakili umat Islam sekarang?



Itu agak susah mencari figur sosok Islam sekaliber Gus Dur, Cak Nur untuk saat ini, terutama kalau kita mencarinya di partai politik. Popularitas Muhaimin Iskandar, misalnya, meskipun dia menteri, tapi tidak pernah lebih dari 2-3 persen. Popularitasnya rendah sekali. Saya pernah ikut survei di LSI, tokoh-tokoh partai politik yang mewakili anak-anak muda seperti Muhaimin Iskandar dan tokoh-tokoh yang lainnya, suaranya rendah sekali.



Tokoh-tokoh yang populer justru diisi oleh orang-orang yang biasa kita dengar dan populer seperti, Aburizal Bakrie, Megawati, dan yang lainnya. Ada beberapa tokoh sebetulnya, misal di PPP itu ada namanya Lukman Saifudin. Dia tidak begitu populer tapi bagus. Dia anaknya Saifuddin Zuhri, menteri agama pada era Soekarno. Mestinya tokoh kayak dia didorong, menurut saya lebih menjanjikan. Tapi saya tidak tahu, dalam politik itu kadang-kadang orang baik tidak bisa diterima, atau kadang sebaliknya.



Dengan sistem sekarang, mungkin tidak tokoh baik itu bisa didorong untuk naik?



Di Amerika Serikat itu ada sistem konvensi partai, di kita tradisi itu tidak ada. Golkar pernah melakukan itu, tapi berhenti. Sistem konvensi itu dihentikan, tidak dipakai lagi. Saya kira sistem yang dibuat Golkar itu belum matang. Sistem rekrutmen tokoh di partai politik kita belum matang. Kalau di Amerika Serikat sudah matang. Konvensi digunakan untuk menjaring orang-orang terbaik.



Dalam partai politik kita, yang menjadi ketua partai bukan orang yang terbaik dalam artian yang dibayangkan oleh banyak orang, tapi mereka yang punya uang banyak. Punya modal untuk membeli suara Dewan Pengurus Cabang (DPC) dan Dewan Pengurus Pusat (DPP) itu sudah bisa menjadi ketua umum, itu yang terjadi. Suka atau tidak suka itu yang terjadi dalam partai politik kita, termasuk partai-partai Islam. PKB misalnya, kalau tidak punya uang banyak, tidak mungkin Muhaimin bisa menjadi ketua partai.



Apakah di Indonesia saat ini, banyak politisi yang mengelabui pemilih dengan menjual Islam?



Mungkin istilah menjual tidak terlalu tepat, karena tokoh-tokoh partai Islam sendiri akan keberatan, kalau dikatakan menjual isu-isu Islam. Tapi dalam pengertian yang lebih umum bisa saja menjual Islam sebagai isu politik. Partai politik yang ceruknya ada suara Islam berada di pinggir kanan, ini akan dilema.



Saya pernah memberikan usulan kepada partai Islam termasuk PPP, teman-teman PPP bilang, kalau ke tengah, yang tengah tidak dapat, di pinggir juga akan lepas. Akhirnya tidak dapat apa-apa. Itu ketakutan mereka. Jadi bukan tanpa risiko kalau mereka menjadi lebih terbuka. Kenapa menjual isu Islam, karena yang mereka target ceruk suara yang kecil itu untuk menjaga suara yang tidak seberapa. Kalau mereka lebih terbuka, jangan-jangan yang di tengah belum tentu mendukung mereka, sedangkan yang di pinggir sudah kabur duluan.



Apa bisa itu disebut partai yang statis dalam hal strategi?



Itu artinya mereka tidak percaya diri, belum dicoba saja. Kalau mereka mengumumkan, agak riskan juga, risikonya besar juga. Mungkin suaranya akan turun, karena itu perlu sosialisasi, kampanye lagi, untuk meyakinkan orang-orang yang berada di tengah itu sendiri.



Saya sendiri belum tentu yakin, misal ada yang bilang ini partai yang liberal dan terbuka, saya tidak begitu yakin. Orang-orang di tengah itu tidak mudah yakin, perlu bukti dan konsistensi, perlu waktu. Sementara kalau tidak dapat yang di tengah, lebih baik menjaga suara yang ada atau pemilih yang loyal.



Apa memang tingkat pendidikan masyarakat sekarang membuat mereka tidak mudah percaya?



Iya, sebagian karena pendidikan. Yang karena latar belakang sosial politiknya bagus. Maksud saya, orang yang tumbuh dari latar belakang nasionalis yang selama ini mendukung PDIP atau Golkar mereka akan lebih nyaman meneruskan tradisi itu. Hanya kecuali dia tiba-tiba masuk, kemudian mendapat pengaruh dari lingkungan atau teman, masuk ke partai politik Islam, baru itu berubah.



Tapi biasanya secara tradisi, sebagian besar masyarakat kita cenderung ke partai-partai nasionalis daripada ke partai Islam. Itu terbukti dari pemilu 1999 sampai 2009. Pemilu terakhir, partai-partai Islam suaranya tidak lebih dari 15 persen. Saya menganggapnya kaidah. Kelihatannya akan berlangsung terus selama tidak ada perubahan dari partai-partai Islam.



Bisa disebut sebagai partai-partai itu sebagai partai yang jumud?



Iya, tidak ada perubahan, tidak ada terobosan. Tidak seperti partai di Turki. Di sana itu ada namanya partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi-Partai Keadilan dan Pembangunan), itu boleh disebut sebagai PKS-nya Turki. Tapi mereka punya terobosan yang luar biasa menurut saya.



Mungkin tidak bisa ditiru sepenuhnya, tapi secara umum AKP lebih moderat dan lebih liberal dari partai-partai Islam yang ada di Indonesia. karena itu, masyarakat Turki yang sangat sekuler pun masih bisa menerima partai itu. Mereka menjadi pemenang pemilu, saya tidak tahu berapa persen tingkat kemenangannya, tapi Presiden dan Perdana Menterinya Turki saat ini berasal dari AKP.







Mulai dengan

[tts]

'Partai Islam sudah berakhir'

'Partai Islam sudah berakhir'


Reporter: Putri Artika RSabtu, 20 Oktober 2012 11:04:51





PKB PKS PPP. ©2012 Merdeka.com
Tokoh Betawi Ridwan Saidi mengatakan, kekuatan partai Islam nantinya akan berakhir. Sebab, para pemilih yang beragama Islam telah beralih memilih partai yang non-Islam. Contohnya pada pemilihan gubernur DKI.



"Lihat saja Pilkada DKI itu banyak pemilih Islam tapi malah tokoh Islam kalah," ujarnya dalam polemik Sindo Radio yang bertajuk "Soal hasil survei, Parpol Islam merosot" di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (20/10).



Menurutnya, penyebab ini salah satunya yakni adanya perang saudara, konflik antar sesama umat muslim. Atas konflik tersebut, kepercayaan masyarakat dapat berpengaruh. Kemudian, partai Islam itu sendiri tidak menampilkan tokoh Islami yang dapat dipercayai masyarakat.



"Ini harus disadari bahwa partai Islam sudah berakhir," ujarnya.



Sementara itu, Shohibul Imam selaku Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menanggapi hasil survei LSI menyatakan kemorosotan Partai Islam dapat berpengaruh pada Pilpres 2014 nantinya.



Hasil survei LSI pada Pilgub DKI nantinya tahun 2014 Partai Islam hanya sebagai pelengkap. Menurut Shohibul tidak demikian.



"Parti Islam 2014 jadi partai pelengkap, itu sebetulnya hanya opini," ujarnya.



Shohibul juga menuding hasil survei LSI tidak sesuai kaidah ilmiah. "Kami berhak pertanyakan metodologinya. Margin of error itu bagaimana mengukur sampling of error. Nah di luar itu banyak error yang terjadi," tandasnya.




[did]

3 Alasan partai Islam tidak akan laku di Pilpres 2014


Reporter: Putri Artika RSabtu, 20 Oktober 2012 12:34:26


PKB PKS PPP. ©2012 Merdeka.com



5





Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Adji Al-Faraby menyimpulkan 3 alasan partai Islam mengalami kemerosotan di mata masyarakat pemilih. Partai Islam selama ini dalam kampanyenya dianggap terlalu menunjukkan simbol dan wacana yang sifatnya terlalu umum.



Seharusnya, menurut Adji, partai-partai Islam berbicara pada hal-hal yang lebih konkret, seperti menawarkan kesejahteraan pada masyarakat.



"Partai Islam harusnya berbicara pada konteks yang lebih konkret apa yang lebih ditawarkan dari sisi ekonomi, kesejahteraan rakyat," ujar Adji dalam acara polemik sindo yang bertajuk "Soal hasil survei, parpol Islam merosot" di Warung daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (20/10).



Sebab yang kedua, menurut Adji terkait masalah integritas. Masyarakat mengharapkan munculnya tokoh-tokoh Islam yang menjadi teladan. Jauh dari kasus-kasus korupsi yang selama ini menjadi penyakit moral bangsa ini. Tokoh-tokoh Islam yang memiliki daya integritas yang kuat menjadikan mereka berbeda dengan tokoh-tokoh dalam Partai Nasionalis yang lain pada umumnya.



"Diharapakan dari masyarakat munculnya tokoh-tokoh Islam di sisi integritas itu berbeda dengan dari partai nasionalis. Jauh dara kasus korupsi, dan bias moral," papar Adji.



Alasan ketiga, menurut Adji yakni adanya pihak-pihak yang melakukan upaya akomodatif terhadap kepentingan Islam. Hal ini yang menjadikan partai Islam kehilangan para pemilihnya dan beralih ke Partai Nasionalis.



"Nah ini sebenarnya juga jadi tantangan ketika partai nasionalis semakin akomodatif terhadap kepentingan Islam, jadi partai Islam kehilangan kepercayaan untuk dipilih. Karena partai nasionalis semakin mengakomodasi kepentingan Islam," imbuhnya.



Diketahui sebelumnya, Tokoh budayawan Betawi Ridwan Saidi dalam acara yang sama mengatakan bahwa partai Islam mengalami kemerosotan. Hal itu berdasarkan hasil survei LSI dalam Pilkada DKI Jakarta kemarin. Ridwan menyatakan para pemilih Islam saat ini tidak lagi memilih partai-partai Islam. Karena, banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain konflik antarumat muslim semakin banyak. Atas konflik tersebut, kepercayaan masyarakat dapat berpengaruh. Kemudian, partai Islam tidak menampilkan tokoh Islami yang dapat dipercayai masyarakat.



Mulai dengan

[war]   Minim tokoh Islami, penyebab partai Islam ditinggalkan

Reporter: Putri Artika RSabtu, 20 Oktober 2012 19:02:00

Figure terkait



Ridwan Saidi


PKB PKS PPP. ©2012 Merdeka.com



187





Adanya temuan relawan yang mengkafirkan umat Islam jika tidak memilih partai Islam ternyata menjadi bumerang terhadap kekalahan partai Islam itu sendiri.



Hasil survei LSI dalam Pilkada DKI Jakarta kemarin mencatat para pemilih yang beragam Islam ternyata tidak memilih partai Islam dan justru beralih ke partai nasionalis.



"Memang lo yang pegang kunci surga? Ini juga berulang di Pilkada DKI kemarin. Mereka juga memilih jalur agama sendiri, politik sendiri," sindir Budayawan Betawi Ridwan Saidi saat diskusi bertajuk 'Partai Islam Merosot' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (20/10).



Menurut Ridwan, meskipun hasil survei itu untuk Pilkada DKI Jakarta, namun hal itu tetap menunjukkan dengan jelas bahwa masa kejayaan partai Islam telah berakhir. Dan pastinya, lanjut Ridwan, hal ini akan berdampak pada Pilpres 2014.



"Ini harus disadari bahwa partai Islam sudah berakhir," tandasnya.



Ridwan menambahkan salah satu sebabnya yakni adanya 'perang saudara', konflik antar sesama umat muslim. Atas konflik tersebut, kepercayaan masyarakat pun kemudian terpengaruh. Selain itu, partai Islam itu sendiri tidak dapat menampilkan tokoh Islami yang dapat dipercayai masyarakat.



"Lihat saja Pilkada DKI itu banyak pemilih Islam tapi malah tokoh Islam kalah," imbuhnya.



Mulai dengan

[bal]   Gus Dur dan Amien Rais tokoh Islam paling berpengaruh

Reporter: Putri Artika RSabtu, 20 Oktober 2012 15:15:08



Masyarakat sekarang ini sudah tidak terlalu menaruh simpati pada tokoh-tokoh Islam. Hanya ada dua tokoh yang masih dipercaya yakni mantan Presiden Abdurahman Wahid dan mantan Ketua MPR Amien Rais.



"Setelah Amin dan Gus Dur belum ada tokoh yang menggantikan," ujar Peneliti LSI Adji Al-Faraby, Sabtu (20/10).



Menurut Adji, Amin dan Gus Dur mempunyai pemikiran yang luar biasa yang dapat mempengaruhi para kadernya. Selain itu, mereka juga didaulat memiliki prestasi yang bagus dan merupakan pemimpin Ormas. Dari sini lah mereka mempunyai basis massa yang punya loyalitas tinggi.



"Ini jadi modal untuk tokoh-tokoh ini. Proses kaderisasi melalui ormas juga sangat penting," katanya.



Adji mengatakan, dua tokoh di atas itu masih dapat menjadi panutan dan menjaga citra partai Islam. Adji menyebut tidak seperti tokoh Islam yang terkini yakni Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Menteri Agama Suryadharma Ali yang tidak bisa menjadi panutan masyarakat.



"Dari sisi prestasi SDA dan Muhaimin tidak menonjol. Dari pemberitaan media punya indikasi kasus di kementeriannya ini kemudian merusak citra tokoh Islam. Harapan masyarakat kepada tokoh Islam lebih kepada tokoh nasionalis," ujar Adji.



Menurut Adji, hal ini bukan saja dialami oleh para partai Islam melaikan juga dari partai nasionalis. "Saya pikir bukan hanya partai Islam tapi partai nasionalis juga mengalami fenomena yang sama, seperti Demokrat. Artinya masyarakat pun makin cerdas memilih dari perilaku yang dinilai buruk," tandasnya.



[did]   empat partai Islam makin terpuruk

Reporter: Putri Artika RSabtu, 20 Oktober 2012 16:04:58


PKS. ©2012 Merdeka.com



3





Menjelang pemilihan umum 2014, beberapa partai Islam diramalkan tidak diminati para pemilih. Hal itu diduga lantaran para pemilih partai Islam semakin pesimis dengan para tokohnya.



"Peluang partai Islam menjelang pemilihan umum 2014 terlihat semakin kecil dukungannya. Seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan," kata Peneliti Lingkaran Survey Indonesia, Adjie Al Faraby di Jakarta, Sabtu (20/10).



Menurut Adji, berdasarkan hasil survei LSI dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta beberapa waktu lalu, dukungan terhadap partai Islam semakin terpuruk. Sedangkan menurut dia, malah popularitas partai non-Islam makin meningkat.



"Kami identifikasikan partai Islam dukungannya hanya di bawah lima persen, sedangkan partai non-agama dukungannya di atas lima persen," ujar Adjie.



Adji menambahkan, terpuruknya pamor beberapa partai Islam itu berimbas kepada pudarnya popularitas beberapa tokoh partai Islam itu. Menurut dia, tingkat keterpilihan para pentolan partai Islam macam Suryadharma Ali, Hatta Radjasa, Muhaimin Iskandar, dan Luthfi Hassan Ishaq masih di bawah 60 persen. "Tingkat pengenalan masyarakat masih kalah jauh dibanding Megawati yang di atas 60 persen," lanjut Adjie.



Mulai dengan

[dan]

5 Novel erotis yang diboyong ke layar perak

5 Novel erotis yang diboyong ke layar perak


Reporter: Didi Syafirdi
Minggu, 21 Oktober 2012 09:00:00




Peristiwa

Sejuta Serat Sutra. wordpress.com





Novel erotis rupanya mampu menarik produser film untuk mengangkatnya ke layar perak. Berlatar percintaan, cerita dikemas semenarik mungkin sehingga dengan mudah dicerna oleh penonton.



Film-film ini banyak bermunculan di era-80an. Umumnya para produser mengambil cerita dari karya novelis terkenal seperti Fredy Siswanto dan Abdullah Harahap. Pada zamannya film-film itu cukup laris manis.



Sederet nama artis juga pernah menjadi bintang, salah satunya Yurike Prastica yang bermain dalam film 'Lukisan Berlumur Darah'. Film ini diangkat dari novel karya Abdullah Harahap.



Kini, setelah tiga dekade berlalu mungkin masyarakat telah lupa dengan cerita-cerita itu. Namun, jika ingin mencari, novel-novel tersebut masih bisa didapat di emperan-emperan Senen, Jakarta Pusat.



Berikut sejumlah novel erotis yang pernah menembus layar kaca.


1. Senyummu adalah tangisku oleh Fredy S


Cerita ini mengisahkan percintaan dua pelajar Rafli dan Erena. Berasal dari keluarga berada, orangtua Rafli tak ingin anaknya sembarangan memiliki pasangan. Keluarga menentang keras hubungan Rafli dengan Erena.



Kisah asmara dua remaja ini semakin memanas manakala seorang wanita bernama Rosa mencoba menghancurkannya. Rosa merupakan teman sekolah Rafli dan Erena. Saking cintanya kepada Rafli, Rosa beberapa kali melakukan teror.��



Keadaan ini ternyata membuat Rafli semakin kalut. Sebagai anak pengusaha, perilaku Rafli kerap kali brutal baik di sekolah, rumah dan masyarakat.


2. Lolita oleh Vladimir Nabokov


Novel karya Vladimir Nabokov menjadi salah satu novel yang paling erotis dari abad ke-20. Judul Lolita ternyata memiliki makna tersendiri mengenai seksual seorang wanita sebelum waktunya.



Karya pria asal Rusia itu berisi soal skandal. Meski kontroversial, ternyata Nabokov melambung namanya dan mendapat keuntungan besar dari novel yang laris manis di pasaran. Cerita di novel itu pun difilmkan.


3. Sepasang mata maut oleh Abdullah Harahap

Film ini berkisah soal pembunuhan sadis. Namun pembunuhan dilakukan setelah terjadi pemerkosaan yang dilakukan Parman yang diperankan oleh Sutrisno Wijaya. Parman memperkosa pacar Tarjo. Tarjo diperankan oleh (M. Rojali).



Mengetahui wanita itu hamil, Parman tak mau tanggung jawab tetapi justru menyalahkan Tarjo. Kemudian kepala Tarjo dipenggal. Pembunuhan bisa dilakukan setelah Parman mengetahui kesaktian Tarjo hilang setelah pedang dilumuri darah perawan.


4. Sejuta surat sutra oleh Fredy S

Cerita film ini begitu mendulang decak kagum karena mengisahkan percintaan seorang perawat bernama Retno Sari dengan Budi. Tak hanya soal cinta, diceritakan juga soal rebutan warisan sampai akhirnya Retno masuk penjara.



Awalnya Retno merawat Tahir Junaidy, duda kaya yang menderita kelumpuhan. Tahir memiliki tiga anak. Dua anak dari istri pertama bernama Yanuar dan Agus, sedangkan Budi adalah anak dari kekasihnya yang lahir di luar nikah.



Namun Tahir lebih mencitai Budi karena anak itu lahir dari seorang wanita yang dicintainya, sedangkan dua lainnya hasil pernikahan Tahir yang dilakukan secara terpaksa.



Kemulut terjadi ketika Tahir meninggal dunia. Yanuar dan Agus mulai meributkan warisan, tetapi nyatanya seperak mereka tak dapat apa-apa. Tahir hanya mewariskan hartanya untuk Budi dan Retno.



Kemudian antara Budi dan Retno saling cinta. Namun kisah keduanya tak berjalan mulus, ketika Retno difitnah melakukan kekerasan terhadap Budi. Nasib berkata lain, di pengadilan semua kebohongan Yanuar dan Agus terbongkar. Retno pun dibebaskan.



Setelah itu, Retno dan Budi kembali merajut asmara. Keduanya bisa hidup penuh dengan kasih sayang.

5. Lukisan berlumur darah oleh Abdullah Harahap

Dua artis terkenal Yurike Prastica dan Tiara Jaquelina bermain dalam film ini. Meski ceritanya mengenai perampokan dan pembunuhan, namun film tetap dibalut dengan kisah percintaan

Novel stensilan bacaan seks popular remaja 80-an

Reporter: Al AminMinggu, 21 Oktober 2012 11:50:53




Ilustrasi. merdeka.com/dok



143





Bagi remaja era 1980-an, stensilan berbentuk novel yang bercerita tentang hubungan seks, mungkin bukan barang asing lagi. Buat mereka yang berasal dari keluarga dengan ekonomi ke bawah, dan tidak mampu menyewa kaset video betacam, maka cerita stensilan menjadi jalan keluarnya. Selain harga yang murah, cerita novel stensilan mudah dibawa dan bisa dibaca di mana saja.



Moamar Emka, penulis buku yang biasa mengungkapkan sisi gelap kehidupan seks di Jakarta menuturkan, dirinya tidak tahu pasti sejak kapan novel stensilan mulai beredar, yang dia tahu, novel yang dijual secara tersembunyi itu, sejak awal tahun 1980'an sudah ada.



"Sejak kapan mulai terbitnya, saya enggak tahu pasti, yang pasti, pas saya duduk di bangku SMP, tahun 1987, stensilan-nya Enny Arrow saya sudah baca," kata penulis buku 'Jakarta Undercover' itu saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (20/10).



Penulis yang identik dengan jenggot panjangnya itu juga menuturkan, untuk mendapatkan novel 'esek-esek itu butuh perjuangan. Dia dan teman SMP-nya harus mencari ke lapak-lapak tua di sekitar Terminal Senen.



"Buat nyari stensilan itu susah, karena dijualnya under table, diperdagangkan juga di lapak, pengecer, dan toko tradisional. Jadi kalau mau beli, harus usaha juga," kenangnya.



Penulis yang sudah menghasilkan puluhan buku ini menambahkan, perkembangan novel stensilan terlihat ketika penerbit menambahkan gambar adegan pria dan wanita berhubungan seks. Meski hanya berformatkan sephia, penambahan gambar tersebut makin mempopulerkan stensilan.



"Saya ingat, kalau enggak salah, pas SMA, tahun 1989, stensilan mulai menyelipkan gambar-gambar syur, seperti posisi orang yang sedang berhubungan," katanya.



Yang menarik dari novel stensilan ini adalah hanya dengan membaca judul, sudah dapat menarik orang untuk membeli. Judul seperti 'Gejolak Nafsu Ibu Ratna', 'Bercinta di Villa Sewaan', 'Ibu Maria, Dosenku yang Istimewa' dan 'Bercumbu dengan Pemuda Kampung'. Dari judul-judul tersebut, penulis mampu membangkitkan dan mengembangkan imajinasi dari alur cerita yang ditawarkan.



Mulai dengan

[lia]

Fredy Siswanto, pembuai imajinasi yang tak diakui

Reporter: Aryo Putranto Saptohutomo
Minggu, 21 Oktober 2012 09:49:06

Figure terkait



Willibrordus Surendra Broto Rendra

Kategori




Ilustrasi. merdeka.com/dok



131





Mungkin bagi penikmat karya sastra saat ini, nama Fredy Siswanto kurang begitu akrab di telinga. Tetapi, pada masa 10 sampai 20 tahun lampau, novel karya dia paling ditunggu. Meski dijual di sudut-sudut terminal dan stasiun, emperan toko atau lapak penjaja surat kabar pinggir jalan, atau kios-kios buku murah semua ludes. Kalangan tua muda berebut edisi baru tulisan dia saban pekan atau bulan. Bagaimana tidak, harga murah, gaya tulisan mengalir, cerita membumi, dan mudah dicerna menjadi daya pikat tiap karya dia. Ditambah satu bumbu lagi, yakni erotis.



Fredy S, seperti itu namanya tertera dalam tiap sampul karyanya, dikenal sebagai salah satu penulis novel bertema percintaan. Tidak banyak yang tahu seperti apa sosok dan pribadinya, pun sampai hari ini. Entah benar-benar misterius atau mungkin dia memang rendah hati dan enggan muncul ke depan khalayak ramai. Kebanyakan karyanya yang berbicara tentang siapa dia. Tetapi tentu hal itu tidak bisa dijadikan patokan. Di zamannya, berbagai tulisan dia mampu membius imajinasi pembacanya. Tetapi, buat beberapa kalangan, karya dia bukan apa-apa. Sebagian menganggap tulisan dia hanyalah untaian kata-kata cabul dibalut romantika terkesan suci. Hanya picisan. Tetapi, novel yang picisan itu sudah ada lebih dari 300 judul dan hampir dipastikan semuanya laris manis. Sungguh sebuah prestasi yang tidak dapat dinafikan oleh siapapun.



Fredy Siswanto, Abdullah Harahap, Motinggo Busye dan beberapa sastrawan "kaki lima" lain tidak bisa disangkal kehadirannya dalam mewarnai dunia sastra Indonesia. Meski beberapa karyanya dicibir lantaran kerap menyelipkan plot adegan erotis yang membangkitkan birahi, ternyata jualannya bisa tembus sampai ke negeri tetangga macam Malaysia dan Brunei Darussalam. Penulis buku Jakarta Undercover, Muammar Emka, mengatakan kehadiran Fredy Siswanto, di jagad sastra Indonesia tidak bisa diingkari. "Karya Fredy Siswanto memang tidak bisa dilupakan, walaupun pada saat ini tidak banyak yang tahu. Biar dicemooh, tapi nyatanya tetap laris kan. Apalagi saat itu novel romantis berbumbu erotis menjadi konsumsi orang banyak,' kata Emka saat dihubungi merdeka.com lewat telepon seluler, Sabtu (20/10).



Harus diakui, walau bagaimanapun berbagai novel karya Fredy S. juga berusaha menarik minat kaum muda agar gemar membaca. Bahkan, salah satu novelnya berjudul Senyummu Adalah Tangisku pernah diangkat ke layar lebar dengan pemeran utama bintang remaja top pada masa itu, Rano Karno dan Anita Carolina.



Namun, tetap saja di dunia sastra Indonesia, Fredy Siswanto diangggap tidak pernah ada. Memang karya dia tidak melegenda, atau paling tidak bisa disejajarkan dengan para pendekar sastra macam Sutan Takdir Alihsyahbana, W.S. Rendra, Romo Mangunwijaya, maupun H.B. Yassin. Mau tidak mau, dia harus terima karyanya terhempas dan terpinggirkan dan harus puas dengan cap sebagai roman picisan.



Selain menulis novel, Fredy Siswanto juga pernah menggarap skenario beberapa film layar lebar, antara lain berjudul Di Sana Mau Di Sini Mau (1989), Penakluk Srigala (1983), Gepeng Bayar Kontan (1983), dan Lara Jonggrang(Candi Prambanan) (1983).



Meski harus puas dicap sebagai sastrawan kelas bawah, picisan, kaki lima, dan segudang cibiran lainnya, toh nama Fredy Siswanto dan karyanya masih menjadi buruan sebagian kalangan sampai saat ini. Entah apa mereka benar-benar menikmati setiap bait dalam paragraf novel itu, atau hanya sekedar ingin memanjakan khayalan erotis, hanya mereka yang tahu.



Mulai dengan

[lia]
Enny Arrow legenda novel erotis Indonesia


Reporter: Ramadhian Fadillah
Minggu, 21 Oktober 2012 07:44:43


Ilustrasi. merdeka.com/dok



131





Pembicara sebuah seminar lingkungan di Bandung itu menutup makalahnya. "Any question?" tanya dia pada peserta seminar.



Tak ada yang mengacungkan tangan.



"No, oke kalau any arrow?" candanya.



Hadirin yang berusia 40 tahun ke atas tertawa mendengar canda si pembicara. Sementara yang mahasiswa dan berusia belasan tahun mengerenyitkan alisnya. Tak mengerti maksud lelucon itu.



Maksud any arrow adalah enny arrow. Mereka yang menginjak ABG tahun 1980-an, tentu hapal betul novel-novel karya Enny Arrow. Pada masanya, Enny Arrow adalah legenda. Remaja pria yang berusia belasan tahun tahun 80an pasti pernah sembunyi-sembunyi membaca novel Enny Arrow.



Pada era 80an belum ada VCD porno atau situs porno di internet. Maka pada novel karangan Enny Arrow-lah, para remaja mengenal pornografi untuk pertama kali.



Novel Enny Arrow tidak tebal, hanya puluhan lembar. Isinya luar biasa vulgar. Menggambarkan hubungan seks secara detil dan hiperbola. Pembaca diajak berimajinasi liar membayangkan sepasang kekasih berasyik masyuk. Tak ada alur cerita di dalam novel itu, hanya dari satu adegan seks ke adegan berikutnya.



Tak ada yang tahu siapa sebenarnya Enny Arrow. Pengarang itu tetap misterius hingga kini. Penerbitnya pun tidak mencantumkan alamat. Hanya Penerbit Mawar dengan logo sekuntum mawar mekar yang diletakkan miring.



Novel erotis Enny Arrow terbit puluhan judul. Judulnya sudah menggambarkan isi ceritanya seperti 'Malam Kelabu', 'Gairah dan Cinta' atau 'Selembut Sutera'. Covernya gambar wanita yang berpose agak panas.



"Dulu belinya diam-diam di tukang koran. Harganya murah. Bilang aja stensilan Enny Arrow. Biar tidak dirazia guru, covernya disobek. Biasanya nanti halamannya tidak lengkap karena dibaca bergantian temen-temen sekelas," tutur Agus Harianto (47), salah satu pembaca novel Enny Arrow, kepada merdeka.com.



Selain Enny Arrow, satu lagi novel erotis stensilan adalah serial detektif Nick Carter. Isinya sama-sama vulgar, hanya alur ceritanya lebih jelas. Sosok Nick Carter digambarkan seperti agen rahasia James Bond dengan petualangan dan misteri. Nah, hubungan seks diberikan sebagai bumbu.



Novel Nick Carter terbit di Amerika Serikat tahun 1964 oleh Awards Book. Settingnya banyak berlatar belakang perang dingin antara AS dan Uni Soviet. Diceritakan Nick Carter adalah agen AXE yang kerap terlibat asmara. Ada 261 judul petualangan Nick Carter yang terbit dari tahun 1964-1990. Tapi tak jelas siapa pengarangnya.



Tapi di Indonesia, agaknya novel Nick Carter ditulis ulang oleh penulis lokal. Cerita seks ditambah berkali-kali lipat sehingga lebih dominan daripada petualangan sang detektif.



Kejayaan Nick Carter dan Enny Arrow berakhir tahun 90an. VCD porno dan internet menggantikan cerita stensilan murah di kalangan remaja. Pornografi tak pernah mati. Hanya bermetamorfosis dalam media yang lebih modern.



Mulai dengan

[lia] Roman picisan, cerita singkat pengundang syahwat

Reporter: Ardini MaharaniMinggu, 21 Oktober 2012 06:47:00




124





Jika ditanya pada Anda manakah lebih penting, mengurusi korupsi atau pornografi? Jawaban pasti berbeda-beda, namun semua sepakat, kedua masalah itu sama-sama buruk dan berbahaya.



Tapi tak sadarkah kita, masalah pornografi ternyata jauh lebih berbahaya ketimbang korupsi. Masalah asusila memberikan efek langsung bagi mereka yang melihat, mendengar, sebab penyebarannya sangat masif. Masih ingat dengan video porno dilakukan oleh vokalis Noah (dulu Peterpan), Ariel dan sejumlah selebritas perempuan? Tayangan itu ditonton banyak orang termasuk remaja.



Bukan hanya video porno, cerita pendek esek-esek juga ramai-ramai dibaca oleh mereka masih ingusan. Penggambaran jelas dan alur cerita menggairahkan membuat mereka tidak memalingkan matanya.



Arus informasi deras dari internet semakin membuat remaja dijejali pornografi tak mampu mereka bendung. Ini menimbulkan budaya permisif di mana segala hal tak lagi memandang norma. Apalagi mereka tergolong belum mampu menahan hawa nafsu dan keingintahuan lebih lanjut. Pelampiasannya bermacam-macam. Mulai dari melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, sexting atau mengirim pesan atau gambar cabul lewat media elektronik, hingga melakukan pemerkosaan, baik sendirian maupun beramai-ramai.



Dilansir dari harian Los Angeles Times (3/7/2012), satu dari empat remaja di Amerika pernah mengirimkan gambar telanjang mereka melalui sarana internet dan lebih dari setengahnya perempuan.



Cerita pendek erotis tak kalah bahayanya. Pekan ini, seorang remaja Malaysia mengaku dia dan banyak temannya suka membaca cerita porno diunduh dari sebuah laman asal Indonesia. Bagi generasi sekarang, internet berjasa memopulerkan kisah biru itu. Bahkan remaja bernama Rosli itu rela membayar Rp 53.400 untuk bisa mengunduh cerita panas itu.



Zaman dulu orang mengenal stensilan. Ini mengadopsi dari mesin stensil digunakan untuk mencetak dengan biaya murah namun berkualitas buruk. Saking parah mutunya, cetakan huruf dapat menempel di tangan. Keberadaan stensilan menambah daftar panjang pornografi di Indonesia. Dekade 1980-an banyak novel esek-esek murah meriah dijual dan mendapat pangsanya sendiri. Cerita cinta dewasa digambarkan begitu detil, alurnya kuat, membuat siapa pun membacanya seolah hadir menjadi pelaku.



Paling tersohor dari generasi stensilan yakni nama pengarang Enny Arrow. Dia begitu lihai memadukan bahan utama cerita dengan bumbu-bumbu lezat menggairahkan selera. Ungkapan dalam stensilannya vulgar, sengaja dikembangkan membangkitkan imajinasi liar pembacanya. Di sisi lain, ini seolah mewakili kenyataan soal kehidupan seks di tengah masyarakat negeri ini yang masih memberi label tabu bagi ranah biru itu.



Memasuki awal milenia, sastra Indonesia baru mengawali kebangkitan dengan larisnya Novel Saman karya pengarang muda Ayu Utami. Buku ini langsung kontroversial sebab mendobrak ketabuan dengan mendefinisikan pengalaman seksualitas perempuan. Banyak orang mengkritik tak lebih dari buku murahan yang melulu bicara ranjang, tapi tak sedikit yang menyebutnya gambaran kejujuran, polos, dan tidak pura-pura. Ditentang atau tidak, novel ini pun laris bak kacang goreng bahkan telah mengalami cetak 12 kali. Itu artinya sejak awal terbit, saban tahun buku ini masih diminati.



Kini, ratusan laman internet memuat kisah erotis siap disajikan di depan mata dan generasi di bawah Anda. Tak perlu ke toko buku, berburu ke tempat-tempat khusus. Dengan satu kali klik menggunakan jari, ribuan cerita bikin seluruh tubuh cenut-cenut sudah bisa dinikmati. Ada yang gratis, ada yang bayar. Semua tergantung pilihan. Namun pastinya, cerita pendek seperti ini bakal terus ada sepanjang manusia melakukan regenerasi.



Mulai dengan

[bal]