Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Rabu, 03 Oktober 2012

Tangis Soekarno ditinggal polisi kesayangannya

Tangis Soekarno ditinggal polisi kesayangannya

Rabu, 3 Oktober 2012 07:04:00
Reporter: Ramadhian Fadillah

Tangis Soekarno ditinggal polisi kesayangannya
Soekarno. ©2012 Merdeka.com/dok
Lima penyidik kepolisian menolak perintah dari Mabes Polri. Mereka memilih tetap berada di Komisi Pemberantasan Komisi (KPK). Polemik pun berkembang. Penugasan bagi anggota Polri memang tak selalu sesuai hati nurani. Seperti kisah Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Mangil Martowidjojo.

Mangil Martowidjojo mungkin adalah perwira polisi yang paling disayang Presiden Soekarno. Perwira polisi ini adalah Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP). DKP adalah pengawal pribadi yang berada paling dekat dengan Presiden. Sementara di ring luar, pengamanan diserahkan pada Tjakrabirawa.

Mangil mengawal Bung Karno sejak tahun 1945, dari awal kemerdekaan. Mangil awalnya anggota Kesatuan Polisi Istimewa Tokomu Kosamu Tai, atau Polisi Macan. Pangkatnya saat itu agen polisi kelas II. Saat proklamasi 17 Agustus 1945, Mangil diperintahkan menjaga Soekarno. Setelah itu setiap hari selama berpuluh-puluh tahun dia mengawal Soekarno.

Mangil mendampingi Soekarno di saat-saat tersulit Republik ini. Dia mendampingi Soekarno hijrah dari Jakarta ke Yogya saat keadaan memburuk akibat teror tentara Belanda. Mangil dan Tim DKP pula yang menyelamatkan Soekarno dari usaha pembunuhan Soekarno saat Salat Idul Fitri.

Ketika Gerakan 30 September 1965 meletus, Mangil makin rapat menjaga Soekarno. Saat itu kondisi memanas di mana-mana. Perseteruan antara pasukan Jenderal Soeharto dan PKI terjadi di mana-mana. Setelah mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966, kekuasaan Soekarno terus dipreteli. Soekarno memang masih presiden, tapi kekuasaan sudah dipegang Mayjen Soeharto.

Dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang yang ditulis wartawan Senior Julius Pour, keteguhan Mangil tampak saat dia harus menerobos barikade RPKAD di Medan Merdeka Barat. Tanggal 18 Maret 1966, Soekarno akan berangkat ke Istana Bogor. Tapi dicegat sepasukan RPKAD yang dipimpin seorang kapten di dekat Air Mancur, Jl Medan Merdeka Barat.

"Bapak berada di mobil nomor dua, paling depan jip DKP, nomor tiga mobil yang saya naiki dan ditutup oleh jip DKP. Begitu konvoi berhenti, sesuai prosedur, semua anak buah saya langsung berhenti melindungi mobil bapak sambil melepas kunci pengaman senjata," kata Mangil.

Saat itu DKP bersenjatakan senapan otomatis AR-15 yang lebih canggih dari AK-47 yang dibawa RPKAD. Mangil tak takut menembak jika keselamatan Soekarno terancam.

"Stop, ini rombongan siapa? teriak kapten RPKAD itu.

Mangil menjawab tegas. "Kalau Kapten melihat bendera di mobil kedua, sebagai perwira ABRI harusnya tahu. Ini konvoi resmi Presiden Republik Indonesia."

"Tetap harus diperiksa," balas kapten berbaret merah itu.

Mangil tak mau kalah. "Silakan. Tetapi, sebelum kapten bergerak maka kami harus tembak lebih dulu. Sebab tanggung jawab kami sebagai DKP jelas tidak pernah mengizinkan perjalanan Presiden RI terhalang," tegas Mangil.

Rombongan akhirnya diperkenankan lewat, tanpa insiden apa pun.

Tapi Jenderal Soeharto tak membiarkan insiden itu berlalu begitu saja. Tanggal 23 Maret 1966, Soeharto membubarkan Tjakrabirawa. Pengawalan Istana diserahkan ke Polisi Militer Angkatan Darat. Tidak sampai di situ, tanggal 16 Agustus 1967, Soeharto membubarkan DKP. Seluruh personel DKP dikembalikan ke Korps Brimob berdasarkan perintah Panglima Korps Brimob.

Tugas Mangil berakhir. Polisi gagah berani ini pun berpamitan pada Soekarno di Wisma Yasoo. Soeharto mengucapkan terima kasih pada para anggota DKP. Soekarno berkata dengan suara agak keras.

"Mangil mengawal saya sudah sejak proklamasi kemerdekaan. Mangil pasti tidak akan meninggalkan saya kalau tidak diperintahkan kesatuannya," kata Soekarno sambil menangis dan memeluk Mangil.

Tanggal 15 November 1967, Jenderal soeharto selaku Panglima TNI memberikan Satyalencana Penegak pada Mangil. Tapi tiga bulan kemudian Soeharto menjebloskan Mangil ke penjara. Selama tiga tahun tanpa pernah diadili Mangil dipenjara di tahanan militer.

Akhirnya tanggal 11 Oktober 1971, Sesmil Presiden Soeharto, Mayjen Tjokropranolo memanggil Mangil kembali bertugas. Di surat yang sama, Mangil diberhentikan dengan hormat sebagai anggota polisi. Artinya Mangil tak pernah terbukti bersalah, meski dia dipensiunkan dengan hormat.

Presiden Soekarno sendiri akhirnya meninggal dalam status tahanan rumah. Tak ada keluarga atau pengawal yang mendampinginya. Soekarno meninggal dalam sepi.
[ian]

Tidak ada komentar: