Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Minggu, 21 Oktober 2012

5 Novel erotis yang diboyong ke layar perak

5 Novel erotis yang diboyong ke layar perak


Reporter: Didi Syafirdi
Minggu, 21 Oktober 2012 09:00:00




Peristiwa

Sejuta Serat Sutra. wordpress.com





Novel erotis rupanya mampu menarik produser film untuk mengangkatnya ke layar perak. Berlatar percintaan, cerita dikemas semenarik mungkin sehingga dengan mudah dicerna oleh penonton.



Film-film ini banyak bermunculan di era-80an. Umumnya para produser mengambil cerita dari karya novelis terkenal seperti Fredy Siswanto dan Abdullah Harahap. Pada zamannya film-film itu cukup laris manis.



Sederet nama artis juga pernah menjadi bintang, salah satunya Yurike Prastica yang bermain dalam film 'Lukisan Berlumur Darah'. Film ini diangkat dari novel karya Abdullah Harahap.



Kini, setelah tiga dekade berlalu mungkin masyarakat telah lupa dengan cerita-cerita itu. Namun, jika ingin mencari, novel-novel tersebut masih bisa didapat di emperan-emperan Senen, Jakarta Pusat.



Berikut sejumlah novel erotis yang pernah menembus layar kaca.


1. Senyummu adalah tangisku oleh Fredy S


Cerita ini mengisahkan percintaan dua pelajar Rafli dan Erena. Berasal dari keluarga berada, orangtua Rafli tak ingin anaknya sembarangan memiliki pasangan. Keluarga menentang keras hubungan Rafli dengan Erena.



Kisah asmara dua remaja ini semakin memanas manakala seorang wanita bernama Rosa mencoba menghancurkannya. Rosa merupakan teman sekolah Rafli dan Erena. Saking cintanya kepada Rafli, Rosa beberapa kali melakukan teror.��



Keadaan ini ternyata membuat Rafli semakin kalut. Sebagai anak pengusaha, perilaku Rafli kerap kali brutal baik di sekolah, rumah dan masyarakat.


2. Lolita oleh Vladimir Nabokov


Novel karya Vladimir Nabokov menjadi salah satu novel yang paling erotis dari abad ke-20. Judul Lolita ternyata memiliki makna tersendiri mengenai seksual seorang wanita sebelum waktunya.



Karya pria asal Rusia itu berisi soal skandal. Meski kontroversial, ternyata Nabokov melambung namanya dan mendapat keuntungan besar dari novel yang laris manis di pasaran. Cerita di novel itu pun difilmkan.


3. Sepasang mata maut oleh Abdullah Harahap

Film ini berkisah soal pembunuhan sadis. Namun pembunuhan dilakukan setelah terjadi pemerkosaan yang dilakukan Parman yang diperankan oleh Sutrisno Wijaya. Parman memperkosa pacar Tarjo. Tarjo diperankan oleh (M. Rojali).



Mengetahui wanita itu hamil, Parman tak mau tanggung jawab tetapi justru menyalahkan Tarjo. Kemudian kepala Tarjo dipenggal. Pembunuhan bisa dilakukan setelah Parman mengetahui kesaktian Tarjo hilang setelah pedang dilumuri darah perawan.


4. Sejuta surat sutra oleh Fredy S

Cerita film ini begitu mendulang decak kagum karena mengisahkan percintaan seorang perawat bernama Retno Sari dengan Budi. Tak hanya soal cinta, diceritakan juga soal rebutan warisan sampai akhirnya Retno masuk penjara.



Awalnya Retno merawat Tahir Junaidy, duda kaya yang menderita kelumpuhan. Tahir memiliki tiga anak. Dua anak dari istri pertama bernama Yanuar dan Agus, sedangkan Budi adalah anak dari kekasihnya yang lahir di luar nikah.



Namun Tahir lebih mencitai Budi karena anak itu lahir dari seorang wanita yang dicintainya, sedangkan dua lainnya hasil pernikahan Tahir yang dilakukan secara terpaksa.



Kemulut terjadi ketika Tahir meninggal dunia. Yanuar dan Agus mulai meributkan warisan, tetapi nyatanya seperak mereka tak dapat apa-apa. Tahir hanya mewariskan hartanya untuk Budi dan Retno.



Kemudian antara Budi dan Retno saling cinta. Namun kisah keduanya tak berjalan mulus, ketika Retno difitnah melakukan kekerasan terhadap Budi. Nasib berkata lain, di pengadilan semua kebohongan Yanuar dan Agus terbongkar. Retno pun dibebaskan.



Setelah itu, Retno dan Budi kembali merajut asmara. Keduanya bisa hidup penuh dengan kasih sayang.

5. Lukisan berlumur darah oleh Abdullah Harahap

Dua artis terkenal Yurike Prastica dan Tiara Jaquelina bermain dalam film ini. Meski ceritanya mengenai perampokan dan pembunuhan, namun film tetap dibalut dengan kisah percintaan

Novel stensilan bacaan seks popular remaja 80-an

Reporter: Al AminMinggu, 21 Oktober 2012 11:50:53




Ilustrasi. merdeka.com/dok



143





Bagi remaja era 1980-an, stensilan berbentuk novel yang bercerita tentang hubungan seks, mungkin bukan barang asing lagi. Buat mereka yang berasal dari keluarga dengan ekonomi ke bawah, dan tidak mampu menyewa kaset video betacam, maka cerita stensilan menjadi jalan keluarnya. Selain harga yang murah, cerita novel stensilan mudah dibawa dan bisa dibaca di mana saja.



Moamar Emka, penulis buku yang biasa mengungkapkan sisi gelap kehidupan seks di Jakarta menuturkan, dirinya tidak tahu pasti sejak kapan novel stensilan mulai beredar, yang dia tahu, novel yang dijual secara tersembunyi itu, sejak awal tahun 1980'an sudah ada.



"Sejak kapan mulai terbitnya, saya enggak tahu pasti, yang pasti, pas saya duduk di bangku SMP, tahun 1987, stensilan-nya Enny Arrow saya sudah baca," kata penulis buku 'Jakarta Undercover' itu saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (20/10).



Penulis yang identik dengan jenggot panjangnya itu juga menuturkan, untuk mendapatkan novel 'esek-esek itu butuh perjuangan. Dia dan teman SMP-nya harus mencari ke lapak-lapak tua di sekitar Terminal Senen.



"Buat nyari stensilan itu susah, karena dijualnya under table, diperdagangkan juga di lapak, pengecer, dan toko tradisional. Jadi kalau mau beli, harus usaha juga," kenangnya.



Penulis yang sudah menghasilkan puluhan buku ini menambahkan, perkembangan novel stensilan terlihat ketika penerbit menambahkan gambar adegan pria dan wanita berhubungan seks. Meski hanya berformatkan sephia, penambahan gambar tersebut makin mempopulerkan stensilan.



"Saya ingat, kalau enggak salah, pas SMA, tahun 1989, stensilan mulai menyelipkan gambar-gambar syur, seperti posisi orang yang sedang berhubungan," katanya.



Yang menarik dari novel stensilan ini adalah hanya dengan membaca judul, sudah dapat menarik orang untuk membeli. Judul seperti 'Gejolak Nafsu Ibu Ratna', 'Bercinta di Villa Sewaan', 'Ibu Maria, Dosenku yang Istimewa' dan 'Bercumbu dengan Pemuda Kampung'. Dari judul-judul tersebut, penulis mampu membangkitkan dan mengembangkan imajinasi dari alur cerita yang ditawarkan.



Mulai dengan

[lia]

Fredy Siswanto, pembuai imajinasi yang tak diakui

Reporter: Aryo Putranto Saptohutomo
Minggu, 21 Oktober 2012 09:49:06

Figure terkait



Willibrordus Surendra Broto Rendra

Kategori




Ilustrasi. merdeka.com/dok



131





Mungkin bagi penikmat karya sastra saat ini, nama Fredy Siswanto kurang begitu akrab di telinga. Tetapi, pada masa 10 sampai 20 tahun lampau, novel karya dia paling ditunggu. Meski dijual di sudut-sudut terminal dan stasiun, emperan toko atau lapak penjaja surat kabar pinggir jalan, atau kios-kios buku murah semua ludes. Kalangan tua muda berebut edisi baru tulisan dia saban pekan atau bulan. Bagaimana tidak, harga murah, gaya tulisan mengalir, cerita membumi, dan mudah dicerna menjadi daya pikat tiap karya dia. Ditambah satu bumbu lagi, yakni erotis.



Fredy S, seperti itu namanya tertera dalam tiap sampul karyanya, dikenal sebagai salah satu penulis novel bertema percintaan. Tidak banyak yang tahu seperti apa sosok dan pribadinya, pun sampai hari ini. Entah benar-benar misterius atau mungkin dia memang rendah hati dan enggan muncul ke depan khalayak ramai. Kebanyakan karyanya yang berbicara tentang siapa dia. Tetapi tentu hal itu tidak bisa dijadikan patokan. Di zamannya, berbagai tulisan dia mampu membius imajinasi pembacanya. Tetapi, buat beberapa kalangan, karya dia bukan apa-apa. Sebagian menganggap tulisan dia hanyalah untaian kata-kata cabul dibalut romantika terkesan suci. Hanya picisan. Tetapi, novel yang picisan itu sudah ada lebih dari 300 judul dan hampir dipastikan semuanya laris manis. Sungguh sebuah prestasi yang tidak dapat dinafikan oleh siapapun.



Fredy Siswanto, Abdullah Harahap, Motinggo Busye dan beberapa sastrawan "kaki lima" lain tidak bisa disangkal kehadirannya dalam mewarnai dunia sastra Indonesia. Meski beberapa karyanya dicibir lantaran kerap menyelipkan plot adegan erotis yang membangkitkan birahi, ternyata jualannya bisa tembus sampai ke negeri tetangga macam Malaysia dan Brunei Darussalam. Penulis buku Jakarta Undercover, Muammar Emka, mengatakan kehadiran Fredy Siswanto, di jagad sastra Indonesia tidak bisa diingkari. "Karya Fredy Siswanto memang tidak bisa dilupakan, walaupun pada saat ini tidak banyak yang tahu. Biar dicemooh, tapi nyatanya tetap laris kan. Apalagi saat itu novel romantis berbumbu erotis menjadi konsumsi orang banyak,' kata Emka saat dihubungi merdeka.com lewat telepon seluler, Sabtu (20/10).



Harus diakui, walau bagaimanapun berbagai novel karya Fredy S. juga berusaha menarik minat kaum muda agar gemar membaca. Bahkan, salah satu novelnya berjudul Senyummu Adalah Tangisku pernah diangkat ke layar lebar dengan pemeran utama bintang remaja top pada masa itu, Rano Karno dan Anita Carolina.



Namun, tetap saja di dunia sastra Indonesia, Fredy Siswanto diangggap tidak pernah ada. Memang karya dia tidak melegenda, atau paling tidak bisa disejajarkan dengan para pendekar sastra macam Sutan Takdir Alihsyahbana, W.S. Rendra, Romo Mangunwijaya, maupun H.B. Yassin. Mau tidak mau, dia harus terima karyanya terhempas dan terpinggirkan dan harus puas dengan cap sebagai roman picisan.



Selain menulis novel, Fredy Siswanto juga pernah menggarap skenario beberapa film layar lebar, antara lain berjudul Di Sana Mau Di Sini Mau (1989), Penakluk Srigala (1983), Gepeng Bayar Kontan (1983), dan Lara Jonggrang(Candi Prambanan) (1983).



Meski harus puas dicap sebagai sastrawan kelas bawah, picisan, kaki lima, dan segudang cibiran lainnya, toh nama Fredy Siswanto dan karyanya masih menjadi buruan sebagian kalangan sampai saat ini. Entah apa mereka benar-benar menikmati setiap bait dalam paragraf novel itu, atau hanya sekedar ingin memanjakan khayalan erotis, hanya mereka yang tahu.



Mulai dengan

[lia]
Enny Arrow legenda novel erotis Indonesia


Reporter: Ramadhian Fadillah
Minggu, 21 Oktober 2012 07:44:43


Ilustrasi. merdeka.com/dok



131





Pembicara sebuah seminar lingkungan di Bandung itu menutup makalahnya. "Any question?" tanya dia pada peserta seminar.



Tak ada yang mengacungkan tangan.



"No, oke kalau any arrow?" candanya.



Hadirin yang berusia 40 tahun ke atas tertawa mendengar canda si pembicara. Sementara yang mahasiswa dan berusia belasan tahun mengerenyitkan alisnya. Tak mengerti maksud lelucon itu.



Maksud any arrow adalah enny arrow. Mereka yang menginjak ABG tahun 1980-an, tentu hapal betul novel-novel karya Enny Arrow. Pada masanya, Enny Arrow adalah legenda. Remaja pria yang berusia belasan tahun tahun 80an pasti pernah sembunyi-sembunyi membaca novel Enny Arrow.



Pada era 80an belum ada VCD porno atau situs porno di internet. Maka pada novel karangan Enny Arrow-lah, para remaja mengenal pornografi untuk pertama kali.



Novel Enny Arrow tidak tebal, hanya puluhan lembar. Isinya luar biasa vulgar. Menggambarkan hubungan seks secara detil dan hiperbola. Pembaca diajak berimajinasi liar membayangkan sepasang kekasih berasyik masyuk. Tak ada alur cerita di dalam novel itu, hanya dari satu adegan seks ke adegan berikutnya.



Tak ada yang tahu siapa sebenarnya Enny Arrow. Pengarang itu tetap misterius hingga kini. Penerbitnya pun tidak mencantumkan alamat. Hanya Penerbit Mawar dengan logo sekuntum mawar mekar yang diletakkan miring.



Novel erotis Enny Arrow terbit puluhan judul. Judulnya sudah menggambarkan isi ceritanya seperti 'Malam Kelabu', 'Gairah dan Cinta' atau 'Selembut Sutera'. Covernya gambar wanita yang berpose agak panas.



"Dulu belinya diam-diam di tukang koran. Harganya murah. Bilang aja stensilan Enny Arrow. Biar tidak dirazia guru, covernya disobek. Biasanya nanti halamannya tidak lengkap karena dibaca bergantian temen-temen sekelas," tutur Agus Harianto (47), salah satu pembaca novel Enny Arrow, kepada merdeka.com.



Selain Enny Arrow, satu lagi novel erotis stensilan adalah serial detektif Nick Carter. Isinya sama-sama vulgar, hanya alur ceritanya lebih jelas. Sosok Nick Carter digambarkan seperti agen rahasia James Bond dengan petualangan dan misteri. Nah, hubungan seks diberikan sebagai bumbu.



Novel Nick Carter terbit di Amerika Serikat tahun 1964 oleh Awards Book. Settingnya banyak berlatar belakang perang dingin antara AS dan Uni Soviet. Diceritakan Nick Carter adalah agen AXE yang kerap terlibat asmara. Ada 261 judul petualangan Nick Carter yang terbit dari tahun 1964-1990. Tapi tak jelas siapa pengarangnya.



Tapi di Indonesia, agaknya novel Nick Carter ditulis ulang oleh penulis lokal. Cerita seks ditambah berkali-kali lipat sehingga lebih dominan daripada petualangan sang detektif.



Kejayaan Nick Carter dan Enny Arrow berakhir tahun 90an. VCD porno dan internet menggantikan cerita stensilan murah di kalangan remaja. Pornografi tak pernah mati. Hanya bermetamorfosis dalam media yang lebih modern.



Mulai dengan

[lia] Roman picisan, cerita singkat pengundang syahwat

Reporter: Ardini MaharaniMinggu, 21 Oktober 2012 06:47:00




124





Jika ditanya pada Anda manakah lebih penting, mengurusi korupsi atau pornografi? Jawaban pasti berbeda-beda, namun semua sepakat, kedua masalah itu sama-sama buruk dan berbahaya.



Tapi tak sadarkah kita, masalah pornografi ternyata jauh lebih berbahaya ketimbang korupsi. Masalah asusila memberikan efek langsung bagi mereka yang melihat, mendengar, sebab penyebarannya sangat masif. Masih ingat dengan video porno dilakukan oleh vokalis Noah (dulu Peterpan), Ariel dan sejumlah selebritas perempuan? Tayangan itu ditonton banyak orang termasuk remaja.



Bukan hanya video porno, cerita pendek esek-esek juga ramai-ramai dibaca oleh mereka masih ingusan. Penggambaran jelas dan alur cerita menggairahkan membuat mereka tidak memalingkan matanya.



Arus informasi deras dari internet semakin membuat remaja dijejali pornografi tak mampu mereka bendung. Ini menimbulkan budaya permisif di mana segala hal tak lagi memandang norma. Apalagi mereka tergolong belum mampu menahan hawa nafsu dan keingintahuan lebih lanjut. Pelampiasannya bermacam-macam. Mulai dari melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, sexting atau mengirim pesan atau gambar cabul lewat media elektronik, hingga melakukan pemerkosaan, baik sendirian maupun beramai-ramai.



Dilansir dari harian Los Angeles Times (3/7/2012), satu dari empat remaja di Amerika pernah mengirimkan gambar telanjang mereka melalui sarana internet dan lebih dari setengahnya perempuan.



Cerita pendek erotis tak kalah bahayanya. Pekan ini, seorang remaja Malaysia mengaku dia dan banyak temannya suka membaca cerita porno diunduh dari sebuah laman asal Indonesia. Bagi generasi sekarang, internet berjasa memopulerkan kisah biru itu. Bahkan remaja bernama Rosli itu rela membayar Rp 53.400 untuk bisa mengunduh cerita panas itu.



Zaman dulu orang mengenal stensilan. Ini mengadopsi dari mesin stensil digunakan untuk mencetak dengan biaya murah namun berkualitas buruk. Saking parah mutunya, cetakan huruf dapat menempel di tangan. Keberadaan stensilan menambah daftar panjang pornografi di Indonesia. Dekade 1980-an banyak novel esek-esek murah meriah dijual dan mendapat pangsanya sendiri. Cerita cinta dewasa digambarkan begitu detil, alurnya kuat, membuat siapa pun membacanya seolah hadir menjadi pelaku.



Paling tersohor dari generasi stensilan yakni nama pengarang Enny Arrow. Dia begitu lihai memadukan bahan utama cerita dengan bumbu-bumbu lezat menggairahkan selera. Ungkapan dalam stensilannya vulgar, sengaja dikembangkan membangkitkan imajinasi liar pembacanya. Di sisi lain, ini seolah mewakili kenyataan soal kehidupan seks di tengah masyarakat negeri ini yang masih memberi label tabu bagi ranah biru itu.



Memasuki awal milenia, sastra Indonesia baru mengawali kebangkitan dengan larisnya Novel Saman karya pengarang muda Ayu Utami. Buku ini langsung kontroversial sebab mendobrak ketabuan dengan mendefinisikan pengalaman seksualitas perempuan. Banyak orang mengkritik tak lebih dari buku murahan yang melulu bicara ranjang, tapi tak sedikit yang menyebutnya gambaran kejujuran, polos, dan tidak pura-pura. Ditentang atau tidak, novel ini pun laris bak kacang goreng bahkan telah mengalami cetak 12 kali. Itu artinya sejak awal terbit, saban tahun buku ini masih diminati.



Kini, ratusan laman internet memuat kisah erotis siap disajikan di depan mata dan generasi di bawah Anda. Tak perlu ke toko buku, berburu ke tempat-tempat khusus. Dengan satu kali klik menggunakan jari, ribuan cerita bikin seluruh tubuh cenut-cenut sudah bisa dinikmati. Ada yang gratis, ada yang bayar. Semua tergantung pilihan. Namun pastinya, cerita pendek seperti ini bakal terus ada sepanjang manusia melakukan regenerasi.



Mulai dengan

[bal]

1 komentar:

Blog tanaman dan kehidupan mengatakan...

Baru tahu kalo novel lukisan berlumur darah termasuk novel erotis.