Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Rabu, 03 Oktober 2012

Cerita Soekarno dan bangsa tempe

Cerita Soekarno dan bangsa tempe

Selasa, 24 Juli 2012 10:22:17
Reporter: Ramadhian Fadillah

Cerita Soekarno dan bangsa tempe
Soekarno dan tempe. ©2012 Merdeka.com/ilustrasi
"Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2,5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita."

Demikian pidato Presiden
Soekarno yang menegaskan bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang lembek seperti tempe. Pada masa revolusi kata 'tempe' memang kerap diidentikan dengan hal-hal negatif seperti cengeng, mudah menyerah atau lembek. Maka sindiran seperti 'mental tempe', 'pasukan tempe' atau 'pemuda kelas tempe' dipakai untuk meledek mereka yang dianggap lemah.

Tempe juga diidentikan dengan makanan murah dan merakyat. Tempe merupakan makanan asli Indonesia yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16.

Walau murah dan dipandang sebelah mata, adalah tempe yang menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia dari penyakit kurang gizi dan busung lapar tahun 1945-hingga akhir 1960an. Kalau tidak ada tempe, saat ekonomi Indonesia benar-benar terpuruk, entah berapa juta anak yang terlahir kurang gizi. Sebelumnya, tempe juga menyelamatkan tahanan perang dunia II yang ditawan Jepang. Cukup besar jasa makanan yang terbuat dari fermentasi kedelai ini.

Walau menghina tempe, Presiden
Soekarno nyatanya sangat menggemari tempe. Ada dua makanan yang tak pernah absen dari meja makan Istana. Gulai daun singkong dan tempe goreng. Karena sederhana, Soekarno tak pernah menawarkan makanan ini pada tamu-tamu negara. Tapi gulai daun singkong dan tempe goreng adalah dua makanan yang paling disukai Soekarno.

Kini pedagang tempe dan tahu menjerit karena harga kedelai semakin naik. Usaha mereka pun terancam gulung tikar karena mahalnya bahan baku tempe.

Rupanya jadi Bangsa Tempe pun Indonesia masih sulit.
[ian]

Tidak ada komentar: