Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Jumat, 28 September 2012

Wayang Potehi Di Sangkring

Wayang Potehi Di Sangkring

Sudah terlalu lama kita mengenal wayang, dan setiap kita menyebut kata wayang, seolah kita tidak bisa melupakan wayang kulit. Karena di Jawa jenis kesenian wayang kulit sangat popular, dan selalu ada generasi dalang yang lebih muda muncul. Namun rupanya, di negeri lain, di Tiongkok ada kesenian yang disebut sebagai wayang Potehi. Padahal kata wayang bukan berasal dari Tiongkok. Memang, Potehi dari Tiongkok. Maka, menyebut wayang Potehi, artinya kita bertemu dua bangsa yang berbeda kultur. Karena kata wayang dari Jawa dan Potehi dari Tiongkok.

Wayang Potehi Di Sangkring
Untuk lebih ‘mengenalkan’ wayang Potehi kepada publik yang lebih luas, atau setidaknya membuat masyarakat ‘terbiasa’ dengan wayang Potehi, satu pameran wayang Potehi diselenggarakan di Sangkring Art Space, Minggu (23/9) malam lalu. Tak kurang 100 wayang Potehi dipajang di ruang pamer Sangkring Art Space. Pada pembukaan pameran, Minggu malam lalu sekaligus diselenggarakan pertunjukan wayang Potehi.
Berbagai macam visual dan karakter wayang Potehi bisa ‘dikenali’ di dalam pameran ini. Wayang Potehi menggunakan kostum Tiongkok. Wajah dari wayang Potehi kelihatan sekali bukan dari Jawa, dan setidaknya, melihat sosok wayang Potehi, selain namanya, orang akan segera tahu, dari mana asal wayang itu.
Kesenian ini usianya sudah tua, setidaknya dari asalnya di Tiongkok, sejak sebelum tarikh masehi dan berkembang pesat pada masa Dinasti Han (206-220 M) dan Dinasti Tang (610-907 M). Diperkirakan mulai masuk Nusantara di abad 10, dan pada abad sesudahnya antara 16 dan 19, oleh para perantau dari Tiongkok wayang Potehi dibawa dari Propinsi Fujian.
“Pada awal masuknya, wayang Potehi dimainkan dalam dialek Hokkian, namun akhirnya berakulturasi dengan perpaduan antara dialek Hokkian dan bahasa Melayu rendah (bahasa pengantar Tionghoa Peranakan), dan akhirnya menggunakan bahasa Indonesia dengan sedikit penggunaan dialek Hokkian” tulis siaran pers dari penyelenggara.
Wayang Potehi Di Sangkring
Sebagai sejenis wayang, Potehi berupa boneka. Dalam pertunjukkannya, wayang Potehi memainkan beberapa lakon dan diiringi musik tradsional Tiongkok. Kesenian ini dimainkan oleh 2 orang dalang (Se Hu) dan 4 pemain musik (Au Tay). Berbeda dengan wayang kulit di Jawa, panggungnya berupa layar putih yang disebut sebagai, dalam bahasa Jawa; geber/kelir. Pada wayang Potehi, geber atau kelir, berupa panggung kecil.
Potehi berasal dari kata Pouw (kain), Tee (kantong) dan Hie (wayang/sandiwara). Wayang Potehi dalam bentuk boneka terbuat dari kayu yang diukir, tubuh dari kain yang menyerupai kantung yang berguna untuk memainkan boneka, dengan cara memasukan tangan ke dalam kain serta pakaian yang dikenakan di luar boneka dan dilengkapi bermacam atribut termasuk senjata.
Pada pameran di Sangkring, tidak hanya memajang wayang Potehi, tetapi ada pertunjukan wayang Potehi seusai pembukaan. Di ruang tersedia pameran, panggung wayang Potehi, yang bentuknya kecil, dengan khas ukiran dari Tiongkok, sehingga selain melihat-lihat wayang Potehi dipajang sekaligus bisa menikmati bagaimana wayang Potehi dipertunjukkan.
Ketika dimainkan di Klenteng, pada masa lalu, lakon-lakon yang dimainkan wayang Potehi diambil dari kisah klasik Tiongkok, misalnya legenda-legenda, dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok. Namun sekarang, mungkin karena khlayak mulai akrab dengan wayang Potehi, cerita diluar kisah klasi menjadi bahan pertunjukkan, misalnya, mengambil dari novel Se Yu (Pilgrimage to the West) dengan tokohnya Kera Sakti, yang cukup dikenal di Indonesia.
Pameran ini berlangsung selama 7 hari terhitung mulai 23-30 September 2012. Selain pameran dan pertunjukkan wayang Potehi, diselenggarakan workshop pembuatan wayang Potehi.
Wayang Potehi Di Sangkring
Ons Untoro

Tidak ada komentar: