Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Minggu, 16 September 2012

Sejarah Baru Kartosoewirjo

Kamis, 13 September 2012 07:00:00
Sejarah Baru Kartosoewirjo (1)

Eksekusi Kartosoewirjo di Pulau Nyamuk


Eksekusi Kartosoewirjo di Pulau Nyamuk
Eksekusi Kartosoewirjo. ©2012 Merdeka.com
Reporter: Islahudin


Masyarakat, terutama peminat sejarah dan sejarawan, barangkali terkejut setelah Fadli Zon Rabu pekan lalu meluncurkan bukunya berjudul Hari Terakhir Kartosoewirjo di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Buku setebal 91 halaman ini bukan sekadar memuat 81 foto merekam jejak terakhir pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia itu. Mulai dari penangkapan hingga eksekusi dan pemakaman. Namun paling mengejutkan, politikus Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) ini menyebutkan eksekusi sekaligus penguburan jenazah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo berlangsung di Pulau Ubi pada 12 September 1962.

Selama ini, banyak pihak, termasuk keluarga meyakini lelaki yang dijemput ajal pada usia 57 tahun itu ditembak mati dan dimakamkan di Pulau Onrust. "Sekarang mana yang benar, di Onrust atau Pulau Ubi? Katanya selama ini di Onrust, saya selalu ke sana," kata Sardjono, putra bungsu Kartosloewirjo dari lima bersaudara kepada merdeka.com di Garut, Sabtu pekan lalu.

Hasil penelusuran merdeka.com menemukan Pulau Ubi yang dimaksud Fadli, sesuai keterangan foto, ternyata ada dua, yakni Ubi Besar dan Ubi Kecil. Dua-duanya sudah tenggelam, bahkan jauh sebelum eksekusi atas Kartosoewirjo. "Pulau Ubi Kecil tenggelam pada 1949 dan Pulau Ubi Besar hilang pada 1956," ujar Lurah Pulau Untung Jawa Agung Maulana Saleh ketika ditemui terpisah Senin lalu dalam acara Lebaran Betawi di kelapa Gading, Jakarta Utara.

Ternyata tidak hanya Fadli yang memiliki arsip saat-saat terakhir kematian lelaki kelahiran Cepu, Jawa tengah, itu. Kumpulan foto serupa tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Bedanya, 28 foto ini tanpa keterangan dan ditempel di atas kertas berukuran folio.

Selain arsip foto, ada beberapa dokumen terkait Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan eksekusi mati Kartosoewirjo. Salah satunya menyebutkan lokasi eksekusi dan pusara Kartosoerwirjo di Pulau Nyamuk. Seperti Onrust, Ubi Besar, dan Ubi Kecil, pulau ini di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

Tulisan di atas kertas sudah berwarna kekuningan itu menggunakan mesin ketik tanpa kop sebuah lembaga. Dokumen ini merupakan putusan majelis hakim Mahkamah Angkatan Darat dalam Keadaan Perang untuk Djawa dan Madura diberi judul 'Pelaksanaan Hukuman Mati'

PELAKSANAAN

HUKUMAN

***MATI***

Soekarmadji Maridjan Kartosoewirjo

yang menamakan dirinya Imam Negara Islam Indonesia (D.I)

Penjelasan:

1. Mahkamah Angkatan Darat dalam keadaan perang untuk Djawa dan Madura (MAHADPER) yang khusus dibentuk dan bertugas untuk mengadili pemimpin gerombolan D.I S.N. Kartosoewirjo, telah bersidang sejak tgl 14 Agustus 1962 sampai 16 Agustus 1962 di bangsal (Aula) Departemen Angkatan Darat Merdeka Barat Djakarta. Telah mendjatuhkan HUKUMAN MATI terhadap S.N. Kartosoewirjo.

2. Permohonan GRASI kepada Kepala Negara RI (Presiden Sukarno) telah ditolak pada tgl 12 September 1962.

3. Setelah ditolak, S.N. Kartosoewirjo mendjalankan HUKUMAN MATI SECARA DITEMBAK di Pulau Nyamuk yg termasuk gugusan Kepulauan Sribu Daerah Djakarta-Raya.

Menurut sumber merdeka.com, dokumen itu seperti bentuk ringkasan putusan terhadap sebuah kejadian besar. Untuk keaslian dokumen, kata sumber itu, perlu diuji, karena tanpa kepala surat lembaga atau organisasi yang mengeluarkan putusan itu. "Ini jelas dokumen pribadi, tapi kalau isi perlu diuji lagi," ujar sumber itu.

Dari catatan ANRI, pemilik dokumen bernama Marzuki Arifin, wartawan foto pernah meliput peristiwa 17 Oktober 1952, peristiwa Republik Maluku Selatan (RMS), hijrahnya Divisi Siliwangi, Angkatan Perang Rakyat Semesta (APRA) Westerling, Jawa Barat, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), DI/TI, dan pemakaman Jenderal Soedirman. Marzuki pernah bekerja do Harian Merdeka pada 1968 dan menjadi pemimpin redaksi Majalah Ekspres pada 1969-1974.

Sejarawan Universitas Indonesia, Rushdy Hoesein yang katanya akrab dengan Marzuki Arifin, baru mengetahui informasi itu. "Marzuki Arifin, tidak pernah bicara hal itu kepada saya. Tapi semua yang terkait Kartosoewirjo masih memungkinkan sampai saat ini," katanya kepada merdeka.com saat ditemui di rumahnya, Bintaro, Jakarta selatan.

Hingga tulisan ini turun, Marzuki belum bisa dihubungi.
[fas]
Kamis, 13 September 2012 09:34:17
Sejarah Baru Kartosoewirjo (2)

Melacak penjual foto-foto Kartosoewirjo


Melacak penjual foto-foto Kartosoewirjo
Kartosoewirjo. Handout/Hari Terahir Kartosoewirjo/Fadli Zon
Reporter: Islahudin


Meski eksekusi mati Kartosoewirjo telah berlalu setengah abad, tidak banyak dokumen memuat hari-hari terakhirnya. Mulai dari penangkapan, pemulihan kesehatan, hingga lokasi eksekusi dan pemakaman. Semua masih misterius.

Menurut Asvi Warman Adam, sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengakui dokumen-dokumen mengenai Kartosoewirjo masih sedikit. “Mungkin karena minat kita terhadap peristiwa itu kurang, kemudian kita tidak pernah tahu berapa banyak jumlah dokumen diserahkan Angkatan Darat ke Arsip Nasional,” ujar Asvi saat dihubungi merdeka.com Selasa lalu.

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) juga berpendapat serupa. Seorang pegawai di sana mengungkapkan dokumen hari-hari terakhir Kartosoewirjo malah banyak dari sumbangan arsip personal. Meski begitu, pihaknya masih berusaha mencari dokumen-dokumen lainnya.

ANRI mencatat Marzuki Arifin paling banyak menyumbang dokumen soal Kartosoewirjo, paling banyak foto. Mereka memperkirakan mantan pemimpin redaksi majalah Ekspres ini menyerahkan bukti-bukti itu pada masa Orde Baru.

Selain Marzuki, penyumbang dokumen terkait Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan Kartosoewirjo adalah Djamal Marsudi. Dalam sebuah catatan, dia pernah bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Batalion Banteng Loreng, Cilacap, Jawa Tengah, di bawah pimpinan Mayor Suroso pada 1948-1950.

Dokumen-dokumen dari kedua orang itu tersimpan di ANRI, Jakarta. “ANRI hanya mengumpulkan arsip, sejarawan dan peneliti berhak menafsirkan,” ujar seorang pegawai ANRI saat menunjukkan dokumen-dokumen itu kepada merdeka.com.

Semua dokumen itu sedikit berbeda dengan 81 foto milik Fadli Zon. Dari 28 foto koleksi ANRI, beberapa di antaranya tidak dimiliki oleh politikus dari Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) itu. Seluruh foto juga tidak memiliki keterangan.

Fadli menolak memberi tahu pemilik foto-foto itu sebelumnya. Seorang sumber merdeka.com memperkirakan foto eksekusi mati Kartosoewirjo banyak salinannya saat dicetak Angkatan Darat. “Di Indonesia banyak kolektor barang dan dokumen bersejarah, jadi sulit ditebak siapa pemiliknya,” kata sumber itu.

Bila foto koleksi ANRI tidak memilki keterangan, siapa pemilik dan pembuat keterangan foto telah dibeli Fadli? Sejarawan dari Universitas Indonesia, Rushdy Hoesein, menduga 81 foto kini dipegang Fadli sebelumnya milik majelis hakim yang mengadili Kartosoewirjo. “Itu bisa saja milik hakim pemberi putusan sebagai bukti eksekusi putusannya,” kata Rusdy kepada merdeka.com saat ditemui di rumahnya kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa malam lalu.

Memang banyak yang kaget dengan foto-foto Fadli itu, termasuk Sardjono, putra bungsu Kartosoewirjo. Ia hanya tahu melalui cerita-cerita saja. “Saya baru melihat buku foto itu malam hari sebelum peluncuran buku,” ujar Sardjono saat ditemui secara terpisah Sabtu pekan lalu di garut, Jawa Barat.

Tapi seorang sumber mengaku tidak terkejut. Dia malah mempertanyakan kenapa foto-foto itu baru diluncurkan sekarang. “Saya merasakan peluncuran buku itu seperti menggugat peran tentara dalam menjalankan perintah hukum saat itu. Tentara mengeksekusi itu bukan seperti membunuh ayam,” dia menegaskan.

Sumber itu menyesalkan pihak Angkatan Darat tidak diundang sebagai pembicara dalam peluncuran buku itu. Menurut dia, itu bentuk penghinaan terhadap kors tertentu di Angkatan Darat. “Kenapa tidak kalian tanyakan kepada Fadli Zon?” kata sumber itu.
[fas]
Sejarah Baru Kartosoewirjo (3)

Pensiunan Kodam Siliwangi: Kartosoewirjo dikubur di Pulau Nyamuk


Pensiunan Kodam Siliwangi: Kartosoewirjo dikubur di Pulau Nyamuk
Kartosoewirjo. Handout/hari terakhir Kartosoewirjo/Fadli Zon
Kategori
Reporter: Faisal Assegaf


Kolonel Purnawirawan Sani Lupias Abdurrahman memastikan pelaksanaan hukuman mati terhadap pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Pulau Nyamuk, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

"Ini berdasarkan cerita teman-teman saya sesama perwira di Komando daerah Militer III Siliwangi," kata Sani saat dihubungi merdeka.com melalui telepon kantornya di Bandung, Kamis (13/9). Dia mengaku terkejut rahasia lama ini akhirnya terbongkar juga.

Dia berani bersumpah Pulau Nyamuk tempat peristirahatan terakhir Kartosoewirjo. "Kalau bohong saya berdosa."

Sani mengaku angkatan pertama pasukan PETA (Pembela Tanah Air) bersama Sarwo Edhie Wibowo, Umar Wirahadikusumah, Ahmad Yani, dan Amir Machmud. Namun dia mentok di pangkat kolonel selama 17 tahun. Dia juga terlibat dalam operasi menangkap Kartosoewirjo, Tan Malaka, dan Kahar Muzakkar. Dia mengaku dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, pada 1922.

Dia mengaku pensiun pada 1978 dengan jabatan terakhir Asisten Logistik Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di Magelang, Jawa Tengah. Pengakuan Sani ini sekaligus memperkuat temuan dokumen Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang diperoleh merdeka.com. Berikut penuturannya kepada Faisal Assegaf.

Apa benar Kartosewirjo dieksekusi di Pulau Nyamuk?

Betul di Pulau Nyamuk.

Kenapa dipilih Pulau Nyamuk?

Risalah Bung Karno tidak boleh ada yang tahu di mana kuburnya, takut bakal dipuja para pengikutnya.

Kapan pelaksanaan hukuman mati itu?

Saya tidak tahu persis, biasanya pagi-pagi.

Apakah benar dokter yang memeriksa Kartono Mohamad?

Bukan, saya bisa pastikan bukan dia. (Sumber merdeka.com memberi tahu dokter yang memeriksa kondisi Kartosoewirjo menjelang dan selepas eksekusi adalah dokter Gerard Paat dari Kodamar Tanjung Priok).

Siapa menangkap Kartosoewirjo?

Batalion 238 Kodam Siliwangi, Komandan peletonnya Sanip.

Apakah kuburnya masih ada?

Tidak, karena semua pemberontak tidak boleh ada bekasnya.

Jadi memang tidak diberi nama di batu nisan?

Tidak ada.
[fas]
http://www.merdeka.com/khas/eksekusi-kartosoewirjo-di-pulau-nyamuk-sejarah-baru-kartosoewirjo-1.html

KOMENTAR:Mungkin dulu merupakan rahasia negara

Tidak ada komentar: