Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Sabtu, 08 September 2012

Cerita Kartosoewirjo berupaya bunuh karibnya, Bung Karno

Sabtu, 8 September 2012 10:03:07

Cerita Kartosoewirjo berupaya bunuh karibnya, Bung Karno


Cerita Kartosoewirjo berupaya bunuh karibnya, Bung Karno
Kartosoewirjo. Handout/Hari Terahir Kartosoewirjo/Fadli Zon
Reporter: Mustiana Lestari



Rahasia yang tersimpan lama tentang Imam DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pekan ini diungkap oleh Fadli Zon. Dia meluncurkan buku berisi 81 foto-foto eksekusi mati Kartosoewirjo tepat setelah 50 tahun kemudian 5 September 2012.

Kartosoewirjo dihukum mati atas dakwaan dikeluarkannya perintah Perang Semesta untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Dia dituduh makar dengan niat menggulingkan pemerintahan RI yang sah. Dia juga didakwa upaya pembunuhan Bung Karno.

Seperti terungkap dalam surat tuntutan sidang Kartosoewirjo, upaya pembunuhan terhadap Bung Karno dilakukan berawal pada Juni 1961, di daerah Galunggung. Saat itu dia memerintahkan kepada Mardjuk seorang bawahannya untuk membunuh Bung Karno.

Perintah sama diberikan kepada Agus Abdullah disertai 11 peluru. Tetapi Agus Abdullah tidak melaksanakan perintah itu.

Dalam perkataannya kepada Mardjuk, dikutip dari buku karya Holk H Dengel, Darul Islam NII dan Kartosoewirjo, di Indonesia ada RI dan NII. Dengan begitu ada dua presiden. Maka dari itu, Soekarno yang juga sahabat karibnya sejak sama-sama menjadi murid Tjokroaminoto harus dibunuh.

Oleh Mardjuk, perintah pembunuhan dilaporkan kepada Taruna dan Budi, dua sekretaris pribadi Kartosoewirjo. Kepada Mardjuk diberikan gigi Kartosoewirjo sebagai sejenis surat kuasa. Pada April 1962 Mardjuk memerintahkan kepada Sanusi, Abudin, Djaja, Napdi, dan Kamil untuk membunuh Presiden Soekarno. Pada 14 Mei 1962, pada Hari raya Idul Adha, Sanusi menembakkan pistolnya ke arah Presiden Soekarno selagi salat di halaman Istana.

Pengawal Polisi Presiden Mangil Martowidjojo mengisahkan peristiwa Senin pagi itu. Saat itu, Mangil mengaku sengaja tidak ikut salat. Dia duduk enam langkah di depan Bung Karno. Dia bersama Inspektur Polisi Soedio duduk menghadap umat. Sementara tiga anak buah Amoen Soedarjat, Abdul Karim dan Soesilo, pakai pakaian sipil duduk di sekeliling Bung Karno.

Peristiwanya cepat sekali. "Sewaktu umat sedang dalam posisi rukuk, terdengar teriakan keras, seseorang menyerukan takbir. Dari sudut mata saya, nampak dengan sekelebatan, tangan kanan seseorang mengacungkan pistol. Saya langsung lari ke depan, meloncat untuk bisa melindungi Bapak. terdengar beberapa kali bunyi tembakan. Saya berharap bapak tidak kena karena tubuhnya berada di bawah saya. Bersama Soedarso, bapak segera kami seret menjauhi lokasi. Sedangkan Soedio berjalan mundur, sambil memegang pistol, menghalau mereka yang mencoba mengikuti..."

Saat peristiwa itu, Amoen Soedarjat dan Soesilo tertembak. "Mangil, piye kondisine Amoen?" bertanya Bung Karno tentang kondisi pengawalnya setelah membuka mata di tempat tidur Istana. Oleh Mangil seperti diceritakan dalam bukunya, "Kesaksian Mangil tentang Soekarno", dijawab bahwa keduanya sudah dibawa ke rumah sakit.

Dalam sidang, Sanusi Firkat alias Usfik, Kamil alias Harun, Djajapermana alias Hidajat, Napdi alias Hamdan, Abudin alias Hambali dan Mardjuk bin Ahmad dihukum mati.

Sementara Kartoseowirjo yang memerintahkan pembunuhan itu juga divonis mati. Permintaan grasinya ditolak Bung Karno, teman diskusinya di masa muda.Eksekusinya dilakukan 5 September, 50 tahun lalu.

"Dalam kepercayaan kami memang semua manusia akan mati. Eksekusi ini membuktikan kalau Kartosoewirjo juga manusia biasa," kata anak bungsu Kartosoewirjo, Sardjono, saat diskusi buku Hari-hari terakhir Kartosoewirjo di TIM, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Rabu (5/9).
[tts]

KOMENTAR:Kartosuwiryo ini bukan berjuang  melawan Belanda tetapi justru  berontak melawan NKRI Karena telah memproklamirkan DI/NII tanggal 7 Agustus 1949 . adalah suatu Pengkhianatan pada Proklamasi 17 Agustus 1945,Pemberontakan ini mengorbankan anak bangsa yang tidak sedikit bahkan beberapa kali melakukan usaha Pembunuhan terhadap Bung Karno. Disini Bung Karno bersikap tegas menegakkan keadilan bahwa Tokoh Pemberontak itu harus dihukum sebagaimana mestinya.

Tidak ada komentar: