Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Senin, 24 September 2012

Cara 'polisi super' Hoegeng berantas beking aparat


Cara 'polisi super' Hoegeng berantas beking aparat





Cara 'polisi super' Hoegeng berantas beking aparat
Hoegeng. merdeka.com/Merdeka
Reporter: Ramadhian Fadillah

Anggota Marinir TNI AL menjadi beking warung remang-remang di Padang. Warga yang marah kemudian membakar warung karena kesal. Keributan pun tak terhindarkan, Selasa (30/5).

Banyak aparat hukum malah menjadi beking tempat maksiat, perjudian hingga menjadi bodyguard. Hanya sedikit yang berani mengobrak-abrik praktik beking ini. Polisi super Hoegeng Imam Santoso mungkin yang paling berani.

Ceritanya tahun 1955, Kompol Hoegeng mendapat perintah pindah ke Medan. Tugas berat sudah menantinya. Penyelundupan dan perjudian sudah merajalela di kota itu. Para bandar judi telah menyuap para polisi, tentara dan jaksa di Medan. Mereka yang sebenarnya menguasai hukum. Aparat tidak bisa berbuat apa-apa disogok uang, mobil, perabot mewah dan wanita. Mereka tak ubahnya kacung-kacung para bandar judi.

Bukan tanpa alasan kepolisian mengutus Hoegeng ke Medan. Sejak muda dia dikenal jujur, berani dan antikorupsi. Hoegeng juga haram menerima suap maupun pemberian apapun.

Maka tahun 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut. Hoegeng pun pindah dari Surabaya ke Medan. Belum ada rumah dinas untuk Hoegeng dan keluarganya karena rumah dinas di Medan masih ditempati pejabat lama.

Cerita soal keuletan para pengusaha judi benar-benar terbukti. Baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya. Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha.

Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia. Demikian ditulis dalam buku 'Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-' terbitan Bentang.

Kira-kira dua bulan kemudian, saat rumah dinas di Jl Rivai siap ditinggali, bukan main terkejutnya Hoegeng. Rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Hal yang sangat luar biasa. Tahun 1956, kulkas dan piano belum tentu ada di rumah pejabat sekelas menteri sekalipun.

Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi. Utusan yang menemui Hoegeng di Pelabuhan Belawan datang lagi. Tapi Hoegeng malah meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya. Hingga waktu yang ditentukan, utusan itu juga tidak memindahkan barang-barang mewah tersebut.

Apa tindakan Hoegeng?

Dia memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya. Diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar sumpah jabatan dan sumpah sebagai polisi Republik Indonesia.

Hoegeng geram mendapati para polisi, jaksa dan tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi. "Sebuah kenyataan yang amat memalukan," ujarnya geram.

Selama Hoegeng bertugas di Medan, tak terhitung banyaknya kasus penyelundupan dan perjudian yang berhasil dibongkarnya. Dalam setiap operasi bisa langsung tertangkap dua hingga tiga bandar judi. Begitu juga dengan berbagai kasus penyelundupan kelas kakap.

Acap kali pula Hoegeng mendapati ada beking polisi atau tentara. Saat membongkar penyelundupan minyak nilam di Teluk Nibung, ternyata praktik ilegal itu dibekingi seorang polisi berpangkat kompol.

Begitu pula saat Hoegeng membongkar perjudian. Di salah satu lokasi ternyata ada tentara yang menjadi beking. Untung saja panglima tentara di Medan, Kolonel Maludin Simbolon juga dikenal bersih dan antikorupsi. Dia sangat membantu Hoegeng. Bahkan dia dan Hoegeng bahu membahu membersihkan kesatuan masing-masing dari aparat yang nakal.

Tapi tetap saja langkah keras Hoegeng mendapat rintangan. Salah seorang perwira yang menjadi beking judi pernah berusaha menyantet Hoegeng. Belakangan si dukun malah malah mendatangi Hoegeng dan minta ampun pada Hoegeng. Dia tidak tega menyantet Hoegeng yang jujur dan bersih.

Sikap idealis Hoegeng terus dipertahankan hingga dia menjadi Kapolri. Bahkan saat menjabat kapolri, Hoegeng tidak punya mobil selain mobil dinas. Malah anak buahnya yang khawatir akan nasib Hoegeng setelah pensiun. Demikian diceritakan Jenderal polisi Kunarto.

Mereka pun uranan membelikan sebuah mobil untuk Hoegeng. Hoegeng yang mendengar hal ini marah besar. Dia memanggil anak buahnya. Menghadapi Hoegeng, para jenderal ketakutan. Mereka berbohong kalau rencana itu dibatalkan. Tapi sebenarnya mereka tetap membelikan sebuah mobil untuk Hoegeng.

Saat serah terima jabatan Kapolri selesai, mereka menyerahkan mobil itu pada Hoegeng. Hoegeng kembali marah besar. Akhirnya terpaksa para jenderal bawahan Hoegeng datang ke rumah Hoegeng. Secara hati-hati dan panjang lebar, mereka menjelaskan maksud pemberian itu. Setelah berjam-jam, Hoegeng mau menerimanya. Tapi dia hampir tidak pernah menggunakan mobil itu.

"Ini adalah gambaran sikap antikorupsi yang berakar dalam dan selalu menajam, sebagai legenda yang mewarnai jalan hidup Pak Hoegeng dan keluarganya," puji Kunarto.
[lia]  

Hoegeng dan kisah pemerkosaan Sum Kuning

Kamis, 31 Mei 2012 12:31:51
Reporter: Ramadhian Fadillah

Hoegeng dan kisah pemerkosaan Sum Kuning
Hoegeng. merdeka.com/Merdeka
Salah satu kasus pelik yang ditangani Kapolri Jenderal Hoegeng adalah kasus perkosaan seorang wanita bernama Sumarijem atau yang biasa disebut Sum Kuning. Kasus ini cukup pelik karena diduga melibatkan anak-anak pejabat dan putra salah seorang pahlawan revolusi. Sampai hari ini, setelah 42 tahun berlalu, pemerkosa Sum masih gelap.

Sumarijem adalah seorang wanita penjual telur ayam berusia 18 tahun. Tanggal 21 September 1970, Sumarijem yang sedang menunggu bus di pinggir jalan, tiba-tiba diseret masuk ke dalam mobil oleh beberapa orang pria. Di dalam mobil, Sum diberi eter hingga tak sadarkan diri. Dia dibawa ke sebuah rumah di Klaten dan diperkosa bergiliran oleh para penculiknya.

Setelah puas menjalankan aksi biadab mereka, Sum ditinggal begitu saja di pinggir jalan. Gadis malang ini pun melapor ke polisi. Bukannya dibantu, Sum malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu. Demikian ditulis dalam buku '
Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-' terbitan Bentang.

Dalam pengakuannya kepada wartawan, Sum mengaku disuruh mengakui cerita yang berbeda dari versi sebelumnya. Dia diancam akan disetrum jika tidak mau menurut. Sum pun disuruh membuka pakaiannya, dengan alasan polisi mencari tanda palu arit di tubuh wanita malang itu.

Karena melibatkan anak-anak pejabat yang berpengaruh, Sum malah dituding anggota Gerwani. Saat itu memang masa-masanya pemerintah Soeharto gencar menangkapi anggota PKI dan underbouw-nya, termasuk Gerwani.

Kasus Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Sidang perdana yang ganjil ini tertutup untuk wartawan. Belakangan polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo. Trimo disebut sebagai pemerkosa Sum. Dalam persidangan Trimo menolak mentah-mentah.

Jaksa menuntut Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan. Tapi majelis hakim menolak tuntutan itu. Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sum tak terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sum harus dibebaskan.

Dalam putusan hakim dibeberkan pula nestapa Sum selama ditahan polisi. Dianiaya, tak diberi obat saat sakit dan dipaksa mengakui berhubungan badan dengan Trimo, sang penjual bakso. Hakim juga membeberkan Trimo dianiaya saat diperiksa polisi.

Hoegeng terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sum, Hoegeng memanggil Komandan Polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah Kombes Suswono. Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum Kuning.

"Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak," tegas Hoegeng.

Hoegeng membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Namanya 'Tim Pemeriksa Sum Kuning', dibentuk Januari 1971. Kasus Sum Kuning terus membesar seperti bola salju. Sejumlah pejabat polisi dan Yogyakarta yang anaknya disebut terlibat, membantah lewat media massa.

Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team pemeriksa Pusat Kopkamtib. Hal ini dinilai luar biasa. Kopkamtib adalah lembaga negara yang menangani masalah politik luar biasa. Masalah keamanan yang dianggap membahayakan negara. Kenapa kasus perkosaan ini sampai ditangani Kopkamtib?

Dalam kasus persidangan perkosaan Sum, polisi kemudian mengumumkan pemerkosa Sum berjumlah 10 orang. Semuanya anak orang biasa, bukan anak penggede alias pejabat negara. Para terdakwa pemerkosa Sum membantah keras melakukan pemerkosaan ini. Mereka bersumpah rela mati jika benar memerkosa.

Kapolri Hoegeng sadar. Ada kekuatan besar untuk membuat kasus ini menjadi bias.

Tanggal 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri. Beberapa pihak menilai Hoegeng sengaja dipensiunkan untuk menutup kasus ini.

Sum sendiri kemudian bekerja di Rumah Sakit Tentara di Semarang. Dia kemudian menikah dengan seorang pria yang sudah dikenalnya saat masih dirawat.

Sutradara Frank Rorompandey mengangkat cerita ini dengan judul 'Perawan Desa'. Film yang dibintangi Yatti Surrachman ini sukses menyabet empat piala Citra tahun 1980.

Tapi siapa pemerkosa Sum masih jadi tanda tanya. Sampai kini.
[ian]

http://www.merdeka.com/peristiwa/cara-polisi-super-hoegeng-berantas-beking-aparat.html

Tidak ada komentar: