Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Rabu, 12 September 2012

Jejak Buncit Kartosoewirjo


Dua Pulau Ubi tenggelam sebelum eksekusi


Dua Pulau Ubi tenggelam sebelum eksekusi
Eksekusi Kartosoewirjo. ©2012 Merdeka.com
Reporter: Islahudin


Kartosoewirjo, tegas dalam soal ibadah


Kartosoewirjo, tegas dalam soal ibadah
kartosoewirjo. blogspot.com
Reporter: Islahudin


Mencari pusara Kartosoewirjo


Mencari pusara Kartosoewirjo
Kartosoewirjo. Handout/Hari Terahir Kartosoewirjo/Fadli Zon
Reporter: Mohamad Taufik

Jejak Buncit Kartosoewirjo (4)

Takluk di Batara Guru, mati di Pulau Ubi


Takluk di Batara Guru, mati di Pulau Ubi
Kartosoewirjo. Handout/Hari Terahir Kartosoewirjo/Fadli Zon
3

Reporter: Mohamad Taufik


Mata Sardjono menerawang jauh ke arah punggung pengunungan Batara Guru, Garut Jawa Barat. Konon di sanalah perlawanan terakhir bapaknya, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, dan pasukanya. Setelah memberontak 12 tahun, bergerilya melawan Tentara Nasional Indonesia dari gunung ke gunung sejak 1949, Imam Negara Islam Indonesia (NII) itu takluk pada 4 Juni 1962.

Sang imam ditangkap pada usia 57 tahun dalam keadaan sakit. Tubuhnya kurus akibat kurang makan, kurang darah, dan mengalami pembengkakan lambung. Sebab itu, dia tampak lebih tua dari usianya. ”Makanan kurang, obat seadanya. Dokter tidak ada, cuma mantri kesehatan merawat bapak,” kata dia, Sabtu pekan lalu.

Hari itu Sardjono menemani merdeka.com mengunjungi lokasi terakhir Kartosoewirjo bermukim bareng 500 anggota pasukan di sekitar kawah Kamojang, Gunung Guntur, salah satu gugusan gunung Batara Guru di perbatasan Garut dan Bandung. Butuh dua jam perjalanan bermobil dari Kota Garut. Setelah melewati jalan perkampungan, merayapi kelokan tajam, naik-turun perbukitan, akhirnya sampai di lokasi itu.

“Seingat saya ini dulu jalan rintisan, biasa dilewati mobil-mobil tentara. Jalannya belum berubah, masih sama berbatu. Tapi sekarang tambah luas dibanding dulu,” tuturnya. Kala itu, Sardjono masih digendong para pembantu. Dia masih berumur lima tahun sehingga tidak lagi ingat potret perjalanan bapak dan pasukannya dengan rinci.

Sekarang kawah Kamojang menjadi obyek wisata pegunungan. Namun Sardjono masih merekam sisa-sisa kenangan tempat itu. Dia ingat pasukan NII berjaga-jaga di punggung gunung, memantau musuh datang. Dia menyaksikan bapaknya berpatroli. Bahkan ketika Tentara Nasional Indonesia (TNI) datang, mengepung lokasi pemukiman, hingga akhirnya berpisah dengan bapaknya.

”Kami di sini sudah lemah. TNI turun dari punggung gunung mengepung kami, lalu saya berpisah dengan bapak, dilarikan laskar. Katanya setelah itu bapak ditangkap di dalam tenda,” kata dia. Berdasarkan cerita keluarga, bapaknya tertangkap di sekitar lokasi itu bersama pasukanya pukul sepuluh pagi.

Lalu menjelang zuhur Kartosoewiryo dibawa turun. Begitu juga Sardjono dan ibunya. Sardjono petama kali dibawa ke pos batalion di Cicalengka. Setelah itu dikembalikan ke Garut di Wisma Korem (Komando Resor Militer) Cipanas. Di sana dia bertemu bapaknya dengan rambut acak-acakan, pakai piyama, sekitar Juni 1962. Berikutnya seluruh keluarga dipindah ke Ciumbuleuit, Bandung. Di sana dia berpisah dengan bapaknya.

Menurut Pinardi dalam bukunya berjudul Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo terbitan 1964, setelah tertangkap, Kartosoewirjo disidang tiga hari berturut-turut, mulai 14 hingga 16 Agustus 1962, di Mahkamah Militer Angkatan Darat. Sidang dipimpin Hakim Ketua Letnan Kolonel CKH Sukarna didampingi Hakim Anggota Mayor Infantri Rauf Efendi dan Mayor Udara Lokal Muhammad.

Dia dinyatakan bersalah dan divonis mati. Soekarno, kawan lama Kartosoewirjo, menolak memberikan grasi. Sebulan kemudian, 12 September 1962, sang imam ditembak mati di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Beberapa buku sejarah mencatat Kartosoewirjo dieksekusi mati di Pulau Ubi dan dimakamkan di Pulau Onrust.

Namun belakangan muncul buku berisi 81 foto esai hari-hari terakhir menjelang eksekusi mati Kartosoewirjo karya Fadli Zon, politikus Partai Gerindera berjudul Hari Terakhir Kartosoewirjo. Buku ini membantah jenazah sang Imam dimakamkan di Pulau Onrust. Keterangan foto dengan sumber anonim itu mencatat setelah dieksekusi Kartosoewirjo dikubur di Pulau Ubi.
[fas]

Tidak ada komentar: