Soekarno di antara pesawat Rusia dan AS
Selasa, 15 Mei 2012 07:49:00
Reporter: Laurencius Simanjuntak
Soekarno-Soeharto2. Public Domain
Tidak bisa dipungkiri, sejarah Indonesia pada era Presiden Soekarno tidak bisa lepas dari konteks perang dingin. Persaingan Blok Barat dan Blok Timur saat itu bahkan ikut mempengaruhi kebijakan republik dalam dunia penerbangan.
Awal 1960-an, setelah menegaskan menjadi negara nonblok, republik di bawah Soekarno tetap mesra dengan AS dan Uni Soviet sekaligus. Hubungan kiri kanan oke ini juga yang membuat republik bisa menikmati produk-produk penerbangan dari dua negara pentolan di masing-masing blok itu.
Soekarno pernah menikmati Ilyushin Il-18 produksi Uni Soviet, sekaligus Boeing 707 buatan perusahaan AS, sebagai pesawat kepresidenan. Ilyushin Il-18 adalah pesawat pemberian Soviet atau kini Rusia. Di dalam negeri, pesawat yang selalu membawa Bung Karno ke seluruh Nusantara ini, kemudian diberi nama Dolok Martimbang.
Karena kedekatannya dengan AS, Soekarno juga memakai Boeing 737 tak lama setelah Presiden AS John F Kennedy memakai jenis yang sama. Bahkan saat berkunjung ke Washington pada 1961, Soekarno pernah diberi hadiah sebuah Holikopter Sikorsky oleh Kennedy. Helikopter inilah yang kerap dipakai Bung Karno ketika berkunjung ke Istana Bogor setiap akhir pekan.
Ada cerita menarik soal Soekarno di antara pesawat Soviet dan AS. Pernah suatu saat rencana Soekarno berkunjung ke Soviet dengan pesawat PanAm DC-8 buatan AS ditentang pemimpin negara komunis itu, Nikita Kruschev.
Demi menghindari pesawat AS mendarat di Moskow, sempat ada tawaran dari Kruschev agar Soekarno dijemput dengan menggunakan pesawat yang lebih megah, Ilyushin L.111. Namun hal itu ditolak oleh Soekarno.
Akhirnya Soviet mengalah. Alhasil, saat PanAm DC-8 yang ditumpangi Soekarno mendarat di Bandara Moskow, petugas Air Traffic Controller langsung mengarahkan pesawat parkir tepat di antara dua pesawat terbang raksasa negara itu. Jadilah pesawat PanAm itu tampak kecil diapit oleh Ilyushin L.111.
"Hai, Bung Karno! Itukah pesawat kapitalis yang engkau senangi? Lihatlah, tidakkah pesawat-pesawatku lebih perkasa?" kata Kruschev yang menjemput Bung Karno di lapangan terbang.
Mendengar ucapan pemimpin pengganti Stalin itu, Bung Karno hanya tersenyum lebar dan menjawab, "Kamerad Kruschev, memang benar pesawatmu kelihatan jauh lebih besar dan gagah, tetapi saya merasa lebih comfortable dalam pesawat PanAm yang lebih kecil itu."
Dua pesawat pernah dihadiahkan oleh Soviet dan AS kepada Soekarno yang memilih tetap di tengah. Namun, keadaan berubah ketika pada 1965 hubungan sang proklamator dengan AS semakin memburuk. Tak lama kekuasaannya pun terdongkel dan berganti Orde Baru. Selama zaman Soeharto, dunia penerbangan republik hanya didominasi Amerika.
[dan]
Awal 1960-an, setelah menegaskan menjadi negara nonblok, republik di bawah Soekarno tetap mesra dengan AS dan Uni Soviet sekaligus. Hubungan kiri kanan oke ini juga yang membuat republik bisa menikmati produk-produk penerbangan dari dua negara pentolan di masing-masing blok itu.
Soekarno pernah menikmati Ilyushin Il-18 produksi Uni Soviet, sekaligus Boeing 707 buatan perusahaan AS, sebagai pesawat kepresidenan. Ilyushin Il-18 adalah pesawat pemberian Soviet atau kini Rusia. Di dalam negeri, pesawat yang selalu membawa Bung Karno ke seluruh Nusantara ini, kemudian diberi nama Dolok Martimbang.
Karena kedekatannya dengan AS, Soekarno juga memakai Boeing 737 tak lama setelah Presiden AS John F Kennedy memakai jenis yang sama. Bahkan saat berkunjung ke Washington pada 1961, Soekarno pernah diberi hadiah sebuah Holikopter Sikorsky oleh Kennedy. Helikopter inilah yang kerap dipakai Bung Karno ketika berkunjung ke Istana Bogor setiap akhir pekan.
Ada cerita menarik soal Soekarno di antara pesawat Soviet dan AS. Pernah suatu saat rencana Soekarno berkunjung ke Soviet dengan pesawat PanAm DC-8 buatan AS ditentang pemimpin negara komunis itu, Nikita Kruschev.
Demi menghindari pesawat AS mendarat di Moskow, sempat ada tawaran dari Kruschev agar Soekarno dijemput dengan menggunakan pesawat yang lebih megah, Ilyushin L.111. Namun hal itu ditolak oleh Soekarno.
Akhirnya Soviet mengalah. Alhasil, saat PanAm DC-8 yang ditumpangi Soekarno mendarat di Bandara Moskow, petugas Air Traffic Controller langsung mengarahkan pesawat parkir tepat di antara dua pesawat terbang raksasa negara itu. Jadilah pesawat PanAm itu tampak kecil diapit oleh Ilyushin L.111.
"Hai, Bung Karno! Itukah pesawat kapitalis yang engkau senangi? Lihatlah, tidakkah pesawat-pesawatku lebih perkasa?" kata Kruschev yang menjemput Bung Karno di lapangan terbang.
Mendengar ucapan pemimpin pengganti Stalin itu, Bung Karno hanya tersenyum lebar dan menjawab, "Kamerad Kruschev, memang benar pesawatmu kelihatan jauh lebih besar dan gagah, tetapi saya merasa lebih comfortable dalam pesawat PanAm yang lebih kecil itu."
Dua pesawat pernah dihadiahkan oleh Soviet dan AS kepada Soekarno yang memilih tetap di tengah. Namun, keadaan berubah ketika pada 1965 hubungan sang proklamator dengan AS semakin memburuk. Tak lama kekuasaannya pun terdongkel dan berganti Orde Baru. Selama zaman Soeharto, dunia penerbangan republik hanya didominasi Amerika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar