Selasa, 2 Oktober 2012 06:06:00
Pengakuan Pak Harto debat dengan Soekarno soal pimpinan AD
--------------------------------------------------------------------------------
Peristiwa Gerakan 30 September melambungkan nama Soeharto hingga menjadi presiden. Momen-momen perdebatan mewarnai hubungan Soeharto dengan Bung Karno pada saat-saat kritis.
Tampuk pimpinan AD mengalami kekosongan setelah Letjen Ahmad Yani dan lima perwira tinggi AD lainnya diculik dalam G30S. Setelah RRI berhasil dikuasai pasukan Kol Sarwo Edhie, Mayjen Soeharto langsung mengumumkan mengambil alih komando pimpinan AD untuk sementara waktu. Hal itu diakui Soeharto guna mengisi kekosongan komando di AD karena enam petingginya tewas dalam G30S.
Namun, Presiden Soekarno ternyata memiliki pandangan lain. Bung Karno berniat menjadikan Mayjen Pranoto sebagai pelaksana harian, sementara tongkat pimpinan AD langsung berada di bawah kendali Bung Karno. Hal ini diutarakan Bung Karno saat bertemu dengan Soeharto di Istana Bogor, 2 Oktober 1965.
Mendengar pernyataan Bung Karno itu, Mayjen Soeharto langsung berkomentar halus. "Bapak Presiden, pada kesempatan ini saya juga ingin melaporkan bahwa atas inisiatif saya sendiri, saya telah mengambil komando dan mengambil alih sementara pimpinan Angkatan Darat. Inisiatif ini saya ambil karena biasa apabila Jenderal A Yani berhalangan selalu saya yang ditunjuk mewakili beliau. Selain daripada itu, untuk menjaga kekosongan pimpinan AD, dan untuk memberi ketenangan kepada umum dan para Panglima Kodam, inisiatif saya itu sudah saya umumkan lewat RRI," kata Mayjen Soeharto dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.
Belum sempat Presiden Soekarno menjawab, Soeharto langsung menyambung ucapannya. "Tetapi, saat ini karena Bapak Presiden telah mengangkat Jenderal Pranoto sebagai pelaksana harian, dan supaya jangan menimbulkan dualisme pimpinan dalam Angkatan Darat, saya serahkan tanggung jawab keamanan ini dan ketertiban umum pada pejabat baru."
Mendengar ucapan Mayjen Soeharo, Bung Karno langsung beraksi. "Jangan, bukan maksud saya begitu. Harto tetap bertanggung jawab mengenai keamanan dan ketertiban," kata Bung Karno.
Mayjen Soeharto kemudian mempertanyakan ucapan Bung Karno. Dengan emosi Soeharto mempertanyakan dasar yang dimilikinya sebagai penanggung jawab.
"Lantas dasar saya apa? Dengan tertulis Bapak telah mengangkat Mayor Jenderal Pranoto dan harus ditaati. Orang bisa mengira, saya ini tidak tahu diri, ambisius dan tidak patuh. Kan repot Pak," kata Soeharto.
"Lantas bagaimana caranya?" tanya Bung Karno.
Soeharto kemudian menjawab, satu-satunya cara adalah Presiden Soekarno berpidato kepada rakyat melalui radio soal mandat yang diberikan kepadanya mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban pasca-G30S. Bung Karno lantas memanggil Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur.
"Kamu siapkan pidato saya. Jelaskan, bahwa saya memberi tugas kepada Jenderal Soeharto. Jenderal Soeharto bertanggung jawab mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban di samping Jenderal Pranoto sebagai pelaksana harian. Siarkan itu nanti, segera, melalui RRI," perintah Bung Karno kepada Brigjen Sabur.
Meski menerima, Soeharto mengaku kurang sreg atas pengangkatan Mayjen Pranoto sebagai pelaksana harian. Soeharto bahkan mengaku tidak percaya kepadanya. Namun demikian, ia hanya diam saja, tidak mengungkapkannya ke Bung Karno.
Selepas G30S Mayjen Pranoto ikut ditahan dengan dugaan terlibat PKI. Dia meninggal seusai keluar dari penjara di rumahnya di Kramatjati. [tts]
http://www.merdeka.com/peristiwa/pengakuan-pak-harto-debat-dengan-soekarno-soal-pimpinan-ad.html
KOMENTAR:Apakah anda percaya pengakuan seorang SOEHARTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar