Figur Wayang
Sengkuni, Sang Patih Licik (1)
Angin segar bagi Sengkuni untuk menuruti ambisinya. Ia bekerja sama dengan kakaknya, Dewi Gendari, untuk menguasai Destarastra yang buta dan otomatis menguasai kerajaan Hastinapura, termasuk segala kekayaannya.
Patih Sengkuni, dalam rupa wayang kulit,
buatan Kaligesing Purworejo,
Koleksi, Tembi Rumah Budaya. (foto Sartono)
Seperti anak muda pada umumnya, setelah menginjak usia dewasa, Arya Sengkuni mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Pada suatu hari ia mendengar berita bahwa di negara Mandura atau Matura sedang digelar sayembara perang tanding dengan hadiah putri raja yang sangat cantik dan menawan, bernama Dewi Kunti atau Dewi Prita. Sengkuni berkeinginan mengikuti sayembara tersebut.
Ditemani oleh Dewi Gendari, kakak perempuannya, Sengkuni berangkat ke negara Mandura. Tetapi kedatangannya terlambat, sayembara telah selesai. Dewi Kunthi diboyong oleh Pandu, putra mahkota kerajaan Hastina yang telah memenangkan sayembara perang tanding. Selain Dewi Kunthi, Pandu memboyong Dewi Madrim, putri kraton Mandaraka, yang didapat setelah ia berhasil mengalahkan Narasoma kakaknya.
Sesampainya di alun-alun keraton Mandura, Sengkuni dan Gendari melihat panggung sayembara sudah tidak ada apa-apa lagi. Dewi Kunthi yang didamba siang malam meninggalkan Mandura, diboyong oleh Pandu si pemenang sayembara. Dengan gejolak darah muda yang sedang jatuh cinta, Sengkuni berniat menyusul Pandu dan mengalahkannya untuk kemudian memboyong Dewi Kunti.
Tidak berapa lama Sengkuni berhasil menyusul Pandu di tengah perjalanan. Sengkuni menantang Pandu untuk berperang tanding. Seperti halnya Narasoma yang menghadiahkan Madrim, Arya Sengkuni akan menghadiahkan Gendari, jika Pandu dapat mengalahkan dirinya. Namun sebaliknya jika Pandu kalah, Kunti menjadi milik Sengkuni. Perang tanding pun terjadi antara Pandhu dan Sengkuni. Sengkuni kalah dan menyerahkan Dewi Gendari, saudara perempuannya.
Dengan kekalahannya, impian mendapatkan Dewi Kunti musnah sudah. Namun Sengkuni tidak ingin larut dalam kekecewaannya. Ia merubah kekecewaan menjadi harapan. Harapannya adalah, agar Dewi Gendari nantinya menjadi permaisuri saat Pandu menjadi raja di negara Hastinapura. Sehingga dengan demikian Sengkuni dapat ikut mukti dan memegang kuasa di Hastinapura.
Namun apa yang menjadi harapan Sengkuni kandas. Dewi Gendari tidak menjadi istri Pandhu, tetapi diberikan kepada kakak Pandu yang buta, bernama Destarastra seorang adipati dari Gajahoya.
Setelah tiba waktunya, Pandhu diangkat menjadi raja Astina dan bergelar Prabu Pandhudewanata. Sengkuni diangkat menjadi Patih menggantikan Gandamana. Ditengah-tengah masa pemerintahaannya, Pandu mendapat kutuk dari Resi Kimindama yang isinya bahwa Pandu akan mati jika sedang melakukan hubungan mesra dengan istrinya. Oleh karena kutuk itu, Pandu terpaksa meninggalkan Hastinapura untuk menjalani laku agar dibebaskan dari kutukan. Kerajaan Hastinapura dititipkan kepada Destarastra.
Masa pemerintahan Pandhu tidak lama. Setelah Pandhu surut, Destarastra menggantikannya, memerintah kerajaan Hastinapura. Karena keterbatasan fisiknya, Destarastra mempercayakan berjalannya roda pemerintahan kepada Patih Sengkuni.
Angin segar bagi Sengkuni untuk menuruti ambisinya. Ia bekerja sama dengan kakaknya, Dewi Gendari, untuk menguasai Destarastra yang buta dan otomatis menguasai kerajaan Hastinapura, termasuk segala kekayaannya.
Herjaka HS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar