Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Selasa, 19 Februari 2013

Syekh Siti Jenar diburu karena gerakan menentang kerajaan

Reporter : Parwito
Rabu, 31 Oktober 2012 12:43:09
Syekh Siti Jenar diburu karena gerakan menentang kerajaan
Kraton. pemuda-fighter.blogspot.com
Dakwah dan penyebaran agama Islam yang dilakukan Syekh Siti Jenar yang menganut aliran Islam tarikat a'maliyah dan dilakukan terbuka dan terang-terang di muka umum menjadikan dirinya diburu Walisongo dan kerajaan pada masanya. Sebab, aliran Islam thorikot a'maliyah yang dianutnya itu di mata para wali dilarang keras untuk disebarkan secara terbuka di tempat umum dan terang-terangan.

Pasalnya, para Walisongo merasa jika dilakukan terang-terangan dan dilakukan oleh seseorang yang baru masuk Islam bisa menimbulkan salah tafsir dan menjadikan seseorang mengakui dirinya sebagai Tuhan. Sebagaimana konsep keyakinan dan aliran Siti Jenar yang sering disebut sebagai 'Manunggaling Kawulo Gusti'.

Tidak hanya para walisongo, di lingkungan kerajaan Mataram dan Demak pun juga menentang ajaran Syekh Siti Jenar itu. Dalam ajaran Siti Jenar, tidak membedakan antara kyai dan santri padahal dalam pemerintahan kerajaan seorang rakyat harus mengabdi sebagai kawulo kepada raja yang dianggap sebagai keturunan dewa. Kontroversi ajaran Syekh Siti Jenar inilah yang membuat sosok tokoh penyebaran Islam itu sangat diburu, dicari dan ingin dimusnahkan oleh kerajaan dan para Walisongo.

Pernyataan itu disampaikan oleh peneliti sekaligus penulis K.Ng. Agus Sunyoto wartawan senior dan juga seorang penulis buku 'Suluk Maulana Sungsang: Konflik dan Penyimpangan Ajaran Syekh Siti Jenar'(LKiS 2005)" saat acara seminar Borobudur Writers & Culture Festival 2012 yang bertema; Kontroversi Syekh Siti Jenar dalam Sastra dan Agama di Hotel Manohara, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jateng Selasa(30/10).

Selama melakukan proses penulisan, Agus Sunyoto mengaku melakukan penelitian di lapangan terkait figur sosok tokoh Islam yang dikenal dengan nama Syekh Lemah Abang itu. Dirinya mengaku menemukan beberapa fakta dan fenomena ajaran Siti Jenar yang sangat mengagetkan dan tidak disangka.

"Penelitian yang saya lakukan temukan kontroversi tidak terduga. Ternyata Siti Jenar adalah tokoh pengamal tasawuf tidak tinggalkan thorikot akmaliah dan satoriyah. Thorikat Akmaliyah adalah torikoh sifatnya rahasia tidak boleh diikuti sembarang orang dan diamalkan dan disebarkan di tempat terbuka. Ada kontroversi di situ ada dua tingkatan pengajaran,"ungkapnya.

Tingkatan pertama; ajaran Sunan Kalijogo tidak dinistakan juga diajarkan di situ. Baru setelah taraf selanjutnya ajarannya Syekh Siti Jenar bisa dilalui. Terjadi satu sama lain tidak ada hubungan dan tidak ada figur mursyid. Yang ada adalah guru, Tuhan. Sebab menurut Syekh Siti Jenar mursyid diidentikan alrosyid yang tidak boleh diwujudkan dalam bentuk manusia. Maka mursyid ada di dalam diri manusia sendiri. Orang yang mengajarkan statusnya guru.

Ibaratnya Dewa Ruci, sang pengajar thorikot akamaliyah itu. Sementara Begawan Durno yang menuntun dan mursyid ketemu sendiri yaitu Dewa Ruci. Sebetulnya ajaran Syekh Siti Jenar tidak berbeda dengan wali lain. Mempersaksikan Tuhan ada di dalam diri manusia unsur illahi. Sunan giri juga meyakini prinsip keyakinan itu.

Pada murid tertentu, Siti Jenar melarang mereka untuk iktikaf di kuburan, di gunung. Untuk apa mencari tempat lain karena Tuhan sendiri sudah ada di dalam diri manusia. Ada ajaran Syasahidan sesuatu yang Illahi dalam diri manusia. Itu bukan karangan Syekh Siti Jenar tapi di dalam Alquran ada. Yang artinya intinya diharamkan manusia sujud ke setan, pohon batu dan unsur anasir alam lain karena di dalam diri manusia ada unsur illahi. Di mana itu? Disebutkan hadits; 'Aku ini tidak bisa di langit bumi tapi aku bisa di dalam kolbu hamba mukmin.

"Eksplorasi saja nanti akan ketemu'. Muncul dalam bentuk ruh Al Haq (Maha Benar). Al Haq-nya sendiri sehingga muncul ana al haq yang disalah tafsirkan dengan ngaku dirinya sebagai Tuhan. Maka dari luar timbullah kontroversi. Itu diamalkan oleh Syekh Siti Jenar secara terbuka. Muncul konflik. Konflik lalu dia jadi buronan semua memburu dia. Dia bawa satu ajaran tentang kesederajatan manusia semua untuk illahi," jelasnya.

Di sisi lain, kondisi saat itu adalah pemerintahannya berbentuk kerajaan. Saat itu kerajaan di Jawa yaitu kerajaan Demak dan Cirebon. Dalam konsep Jawa, raja titisan Wisnu, titisan Tuhan. Raja dalam unsur sosial disebut golongan gusti dan di luar keraton kawulo. Siti Jenar menolak itu dan katakan tidak.

Menurut Siti Jenar, menghadap raja nyembah itu tidak boleh. Raja jelmaan dewa menyebut dirinya intahulun, kulun atau ingsun. Rakyatnya kawula. Syeh Lemah Abang menyampaikan jangan pake kawulo atau kulo tapi ingsun. Itu perubahan sosial yang dilakukan Siti Jenar saat itu.

Sehingga di mata Siti Jenar, pengikutnya bukan kawulo tapi orang sederajat yang kerjasama atau dalam bahasa arab atau islamnya musyarokah. Orangnya masyarakatnya sederajat dengan ulama. Sederajat dengan kyai. Kalau Siti Jenar gunakan gerakan di Cirebon tidak akan menjadi masalah.

"Tetapi Siti Jenar membuka wilayah di berbagai wilayah Desa Lemah Abang, Karawang, Banyuwangi dan sekitarnya sehingga membikin raja dan sultan marah. Siti Jenar dianggap telah mengubah tatanan aliran keraton atau kerajaan," ungkapnya.

Suatu ketika Siti Jenar di wilayah Demak menemukan fakta karena rakyat dihisap pajak. Rakyat miskin tidak punya kekayaan dan tidak bisa membayar pajak, maka mereka harus menjaga rumah pejabat. Atau memotongi atau mbabati rumput alun-alun. Siti Jenar sangat melawan itu.

Bentuk-bentuk perlawanan itulah yang menjadikan Syekh Siti Jenar sebagai sosok yang sangat kontroversi dan dicari oleh baik para Walisongo maupun para punggawa sampai pejabat kerajaan Demak. Sebab Siti Jenar dianggap melakukan upaya pembangkangan dan perlawanan kepada raja dan ulama di jajaran Walisongo saat jaman Kerajaan Demak itu.

Maka ada mitos yang perlu dibuktikan kebenarannya bahwa Siti Jenar diadili lalu dibunuh supaya tidak mengajarkan ajaran yang dalam perspektif Walisongo dan Kerajaan Demak sebagai upaya pembangkangan Syek Siti Jenar kepada mereka.
[hhw]

Benarkah Syekh Siti Jenar anak dari Sunan Ampel?

Reporter : Parwito
Rabu, 31 Oktober 2012 10:17:48
Benarkah Syekh Siti Jenar anak dari Sunan Ampel?
Wali songo. ©2012 Merdeka.com
Penyebaran agama Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari peran besar Walisongo. Namun selain Walisongo, juga terkenal sosok Syekh Siti Jenar.

Dialah sosok tokoh Islam yang sangat fenomenal dan kontroversial di Nusantara yang dikenal memiliki ajaran dan kepercayaan 'Manunggaling Kawulo Gusti'. Bahkan kisah Syekh Siti Jenar juga pernah di filmkan. Namun film yang pernah mengulas tentang ajaran hingga matinya Syekh Siti Jenar tidak pernah dijelaskan asal-usulnya.

Dalam kegiatan Borobudur Writer & Cultural Festival 2012 yang digelar di Hotel Manohara, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur Magelang, Jateng Selasa(30/10) terungkap bahwa tokoh Syekh Siti Jenar diduga adalah anak dari salah satu tokoh Walisongo itu sendiri, yaitu Sunan Ampel.

KH Muhammad Sholikhin yang merupakan penulis buku salah satu di antaranya buku 'Trilogi Syekh Siti Djenar' dengan tegas berani menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang adalah anak dari Sunan Ampel. Hal ini berdasarkan kitab Maktab Da'imi. Kitab tersebut berisi dan menjelaskan silsilah habib dan sayidh dan mengungkap fakta bahwa Syekh Siti Jenar masih sedarah dengan seorang wali.

"Salah satu versi Maktab Da'imi keturunan habib dan sayidh salah satu mengatakan Siti Jenar anak Sunan Ampel Raden Abdul Jalil di Jepara. Abdul Jalil adalah anak dari Abdul Soleh. Beliau punya ajaran berbeda disuruh berjalan ke barat dengan pake nama samaran di Jepara pake nama Abdul Jalil bin Datuk Soleh," ungkapnya.

Secara silsilah atau kekerabatan, Datuk dari para Walisongo Syekh Siti Jenar merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW.

"Kekerabatan antar Walisongo Datuk Walisongo Syeh Jumadil Kubro yang merupakan keturunan ke-20 rosulullah Muhammad. Siti Jenar, Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrohim keturunan yang ke 23 rosulullah. Selain Maulana Malik ada Raden Sahid alias Sunan Kalijaga ada Raden Paku yang kondang disapa Raden Pakuningrat," ungkapnya.

Versi lain di Jawa, Siti Jenar tinggal di Cirebon menyebarkan ajaran di Jawa. Maka dia sering dikenal sebagai Ulama Jawani. Beliau yang bisa lakukan Islam Jawani. Islam itu baginya adalah suatu ajaran hakekat digunakan sebagai cara pendekatan kepada rakyat. Prinsipnya, saiki neng kene aku gelem (sekarang di sini aku mau).

Fakta keberadaan sosok Syekh Siti Jenar juga ditemukan dalam beberapa kitab-kitab lain yaitu kitab Kropak Ferarra yang diterbitkan Yayasan Al Fikr di Surabaya kemudian dokumen lain seperti Serat Syeh Siti Jenar, Suluk Syeh Lemah Abang oleh Van Rokl. Kitab serat Syeh Siti Jenar karangan Mangunwijoyo. Serat Syeh Siti Jenar Anonim di Museum Budoyo Sono Surakarta. Kitab wali sepuluh Kraton Karjono, Serat Derajat, di Cirebon.

Namun, bukti-bukti yang ditemukan secara arkeologi sampai saat ini asal-usul keberadaan Syekh Siti Jenar sama sekali belum bisa dibuktikan. Persoalan kontroversi harus bisa pahami sebagai pengalaman sejarah atau sajaroh seperti tumbuhan yang baik.

Kontroversi asal usul Siti Jenar adalah bagian kecil dari Walisongo. Lalu kenapa Syekh Siti Jenar dipandang kontroversi besar? Karena seolah dia seperti dipinggirkan. Yang jelas, keberadaan Walisongo pun juga kontroversi. Syekh Maulana Maghribi sama seperti Siti Jenar diakui ada makamnya di banyak tempat. Di Klaten, Tuban, Kedung Ombo, Jepara.

Sama seperti Syekh Maulana Maghribi ada di Pantaran, Parangtritis, ada juga di Jatinom. Syekh Jumadil Kubro juga begitu, di Semarang Kaligawe ada, di Surabaya juga ada. Nama-nama beda tapi aliasnya Maghribi. Sebab Ghoib belum dijadikan pembenar dari sejarah. Perbedaan pendapat sejarah sangat memungkinkan.

"Soal Siti Jenar dalam perspektif arkeologipun juga sangat miskin data.
Sejarah narasi Walisongo dalam Arkeologi sangat sedikit. Yang sering disebut tokoh wali hanya 9 wali di Jawa. Padahal di Kalimantan, Sumatera banyak ulama-ulama yang jadi misteri sejarah dari sekian banyak sunan dan wali," tuturnya.

Keanggotaan Walisongo, sembilan wali dipastikan tidak hidup sejaman. Tidak seperti yang ada di film-film. Film-film itu saat ini menurut Muhammad Sholikhin dianggap hanya sebagai ketoprak. Mereka (Walisongo) berlima hidup di tahun dan di jaman yang lain. Wali istilah dari tiga bahasa kemukaan auliya dalam Alquran kekasih Allah.

"Wali di Jawa diartikan sebagai pemimpin upacara. Wali juga ada dalam kontek politik atau nagari sebagai pemimpin. Sekian banyak sebut nama orang sangat dini jika kita menyebut sosok Siti Jenar itu tidak ada. Di Serat Gatoloco dan Serat Rebu Kenongo pernah ada orang kemukakan ajaran. Ada juga dugaan Siti Jenar adalah sosok perempuan. Siti di Jawa ada dua versi yang pertama bermakna tanah. Makna Siti yang kedua berasal dari kata arab Syaidati yang berarti tuan puteri," ungkapnya.

Kontroversi asal usul sosok Syekh Siti Jenar terjadi sampai sekarang karena tiga sebab. Pertama, kontroversi terjadi karena catatan sejarah terkait Siti Jenar sangat minim. Kedua, kontroversi terjadi karena berapa peneliti takut untuk masuk dan mendalami karena dibilang sesat. Dan yang ketiga, pengkaburan sosok Siti Jenar dalam cerita berasal dari cacing. Itu hal yang salah dalam film Walisongo itu.

"Dia manusia yang bertempat tinggal di Lemah Abang. Sesuai yang ada dalam Serat Abang. Persoalan kontroversi harus bisa pahami sebagai pengalaman sejarah atau sajaroh seperti tumbuhan yang dibiarkan berkembang dengan baik," pungkas Sholikhin.

Sementara, Kyai Ngabei Agus Sunyoto penulis buku 'Perjuangan dan Ajaran Syekh Siti Jenar (LKiS 2004) menyatakan bahwa kontroversi Siti Jenar dalam sejarah Walisongo muncul berbagai perspektif pemahaman dan keyakinan di masyarakat.

Kontroversi Syekh Siti Jenar dalam Walisongo sering dipertentangkan dan diperselisihkan. Ada yang menganggap Siti Jenar bagian dari walisongo secara utuh. Sebagian menyebutkan nama bahwa Siti Jenar bukan bagian Walisongo tetapi musuh.

"Ada yg menyebutkan bahwa Siti Jenar pernah jadi Walisongo lalu dipecat dan diganti Sunan Tembayat. Namun di sisi lain ada beberapa model hubungan Walisongo," ucap Agus Sunyoto pendek.
[hhw]

Tidak ada komentar: