Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Sabtu, 15 Desember 2012

Benang Merah Pidato Bung Karno

Benang Merah Pidato Bung Karno (1)


Orang boleh saja mengatakan, Bung Karno dilahirkan oleh zaman. Atau sah-saja anggapan yang mengatakan bahwa Bung Karno adalah manusia pilihan Tuhan untuk Indonesia merdeka. Bahkan, harus kita maklumi juga pendapat yang mengatakan, Bung Karno lahir karena kebetulan.
Lepas dari itu, saya hanya ingin menyampaikan catatan sejarah tentang pemimpin dan kepemimpinan Bung Karno, setidaknya yang tertuang dalam pidato-pidato kenegaraannya. Saya akan cuplikkan pidato-pidato Bung Karno per lima tahun. Tulisan pertama ini, adalah nukilan Pidato Bung Karno pada peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus 1945 – 1950.
1945 (17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia)
“Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib-tanah-air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya.”
1946 (Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!)
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih lagi cinta kemerdekaan.”
1947 (Rawe-rawe Rantas, Malang-malang Putung)
“Kutegaskan: Kita tidak mau dimakan. Dus, kita melawan!…. Sesudah Belanda menggempur… mulailah ia dengan politiknya devide et impera, politiknya memecah-belah… maka kita bangsa Indonesia harus bersemboyan bersatu, berjuang, berkuasa!
1948 (Seluruh Nusantara Berjiwa Republik)
“Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah membangunkan soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidak-merdekaanlah yang tidak memberi jalan untuk memecahkan soal-soal… Bersatulah. Bhinneka Tunggal Ika. kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula!”
1949 (Tetaplah Bersemangat Elang-Rajawali!)
“Kita belum hidup di dalam sinar bulan yang purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang-rajawali!”
1950 (Dari Sabang Sampai Merauke)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya si tiga warna. Selama masih ada ratap-tangis digubuk-gubuk, belumlah pekerjaan kita selesai!…. Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyaknya keringat.”
Tidak menggambarkan isi pidato secara keseluruhan, memang, tetapi saya rasa cocok untuk sumber inspirasi setelah membaca postingan ini. Merdeka!!! (roso daras – Bersambung)

Tidak ada komentar: