Jangan Sekalipun Melupakan Sejarahfree counters
Click for Kota Samarinda, Indonesia Forecast

Jumat, 31 Agustus 2012

Kisah penembak misterius tebar teror pada preman

Jumat, 31 Agustus 2012 06:10:00

Kisah penembak misterius tebar teror pada preman


Kisah penembak misterius tebar teror pada preman
pembunuh bayaran sniper. shutterstock
Reporter: Mardani

Bentrok antara kelompok massa di Indonesia kerap kali terjadi. Dengan berbagai senjata yang dimilikinya, kelompok massa itu saling bertikai dan membuat warga resah.

Terakhir, bentrok antara dua kelompok massa terjadi di Jl Raya Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (29/8) kemarin. Kali ini anak buah Hercules dan anak buah John Kei saling bertikai untuk memperebutkan lahan.

Suburnya aksi premanisme dan kekerasan di Tanah Air pasca-Reformasi mengingatkan pada kisah penembakan misterius (Petrus) yang terjadi di era Orde Baru tahun 1980-an.

Dalam buku "BENNY, tragedi seorang loyalis," Karya Julius Pour, terbitan Kata Penerbit, diceritakan, ribuan preman tewas dengan cara ditembak tanpa diketahui siapa penembaknya. Selama bulan Mei 1983 tidak kurang 22 orang tewas tertembak di Jakarta. Hal itu sontak mengejutkan masyarakat.

Sebab, saat itu belum pernah terjadi sebanyak itu orang tewas karena ditembak. Suasana semakin mencekam, karena mereka yang tewas mayoritas tubuhnya dipenuhi dengan tato.

Saat itu banyak yang menduga aksi penembakan di Jakarta itu merupakan rentetan dari penembakan yang terjadi di Yogyakarta pada April 1983. Kala itu, Pangkowilhan II Letjen TNI Widjojo Soejono tengah melancarkan operasi memberantas kejahatan dengan sandi Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK).

Sejumlah mayat preman yang biasa disebut Gabungan Anak Liar (Gali) kala itu kerap ditemukan di kota itu tanpa diketahui siapa penembaknya. Masyarakat Yogya yang sudah sekian lama dicekam rasa takut akibat merajalelanya aksi pemerasan dan kejahatan yang dilakukan para Gali pun dapat berlega hati.

Setelah kurang lebih tiga pekan terjadi di Jakarta, Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Benny Moerdani memberikan penjelasan soal penembakan misterius itu. Penjelasan itu diberikannya setelah terlebih dahulu bertemu dengan Presiden Soeharto.

Menurut Benny, penembakan misterius itu kemungkinan muncul akibat adanya perkelahian antar gang preman. Namun, sebagai negara hukum, penembakan hanya dapat dilakukan dalam keadaan terpaksa.

"... sejauh ini belum pernah ada perintah tembak di tempat bagi penjahat yang ditangkap..." kata Benny.

Operasi pemberantasan kejahatan itu kemudian menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Suara masyarakat kala itu terbelah, banyak yang mendukung asal yang ditembak mati benar-benar Gali, tapi banyak pula yang mengecam.

"Kami mengharap agar pada waktu mendatang pembunuhan semacam ini diakhiri. Kami mengharapkan, Indonesia dapat melaksanakan konstitusi dengan tertib hukum," kata Menteri Luar Negeri Belanda Hans van den Broek yang saat itu kebetulan tengah berkunjung ke Jakarta pada Januari 1984.

Saat itu dia menyebut angka korban tewas penembakan misterius itu mencapai lebih dari 3 ribu orang.

Benny kemudian membantah pembantaian itu dilakukan pemerintah. "Ada orang-orang mati dengan luka peluru, tetapi itu akibat melawan petugas. Yang berbuat bukan pemerintah. Pembunuhan semacam itu bukan kebijakan pemerintah," kata Benny.

Namun, penembakan terhadap para preman itu beberapa tahun kemudian menjadi tak lagi misterius. Saat itu Presiden Soeharto menyatakan tindakan keamanan itu terpaksa dilakukan karena aksi kejahatan semakin brutal dan meluas.

Menurut Soeharto, tindakan tegas dengan cara kekerasan harus dilakukan terhadap para penjahat sebagai sebuah treatment therapy. "Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya mau tidak mau harus ditembak. Karena melawan maka mereka ditembak," kata penguasa Orde Baru itu.

"Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikan tersebut."

Meski cara penumpasan kejahatan itu sadis, banyak masyarakat yang mengapresiasi. Sebab, masyarakat yang sebelumnya takut bepergian karena kejahatan preman yang merajalela, akhirnya bebas menjalani aktivitasnya kembali tanpa rasa takut.

Yang menjadi pertanyaan, apakah langkah penembakan itu harus kembali diterapkan saat ini?
[ian]
http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-penembak-misterius-tebar-teror-pada-preman.html
KOMENTAR:Setahu saya Preman -preman bertato itu dulu ada yang tidak mempan ditembak,diikat dileher dan dikarungi dimasukkan kesungai,setiap hari ditemukan puluhan preman bertato mati di Bandung dan disiarkan di media setiap surat kabar tahun 1983.Memang saat itu sudah terjadi keamanan masyarakat yang sangat buruk,Perampokan diangkot dan dimana mana sudah sangat sering terjadi dan sangat meresahkan masyarakat.Kejahatan menurun secara drastis.
Jumat, 31 Agustus 2012 11:16:34

Pengakuan Pak Harto soal Petrus


Pengakuan Pak Harto soal Petrus
assasin. shutterstock

Reporter: Mardani


Aksi premanisme semakin marak terjadi pasca-Reformasi. Bak negeri para koboi, kerap kali muncul bentrokan antarkelompok preman.

Salah satu contohnya adalah bentrokan yang terjadi antara anak buah Hercules dan anak buah John Kei di di Jl Raya Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (29/8) kemarin. Keributan dipicu atas perebutan sebuah lahan.

Dulu, saat Presiden
Soeharto berkuasa, aksi premanisme sempat marak terjadi di era 1980-an. Saat itu penduduk Jakarta gelisah jika bepergian keluar rumah.

Sebab, para preman saat itu dengan nekat memeras dan melakukan aksi kejahatan kepada warga. Gerah atas aksi para preman, penguasa Orde Baru itu kemudian menginstruksikan dilakukannya sebuah operasi keamanan untuk membasmi para preman.

Tak berapa lama, jasad para preman kerap ditemukan tak bernyawa akibat ditembak secara misterius. Konon kabarnya, ribuan pria bertato yang diduga preman tewas karena ditembak.

Meski pada awalnya pihak penguasa membantah telah memerintahkan aksi penembakan itu, Presiden
Soeharto akhirnya mengakui tindakan tegas dengan jalan kekerasan terhadap para pelaku kejahatan harus dilakukan sebagai sebuah treatment therapy.

Mantan Pangkostrad itu bahkan menyatakan, tindakan tegas dengan cara ditembak suka tidak suka harus dilakukan kepada pelaku kejahatan yang melawan.

"Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan tersebut," kata Pak Harto dalam buku otobiografinya Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya seperti dipaparkan kepada: G. Dwipayana dan Ramadhan KH terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada, 1988. Hal ini dituturkan dalam bab "Yang Disebut Petrus dan Hukuman Mati."

Meski operasi keamanan itu tergolong sadis, aksi premanisme di Jakarta saat itu cenderung menurun. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang mendukung langkah pemberantasan preman itu.

Masyarakat yang sebelumnya takut keluar rumah, kembali menjalankan aktivitasnya tanpa takut diganggu para preman.
[dan]

Utari

Figur Wayang






Dewi Utari, (tanpa samir) dalam bentuk wayang kulit purwa,

koleksi museum Tembi Rumah Budaya,

buatan Kaligesing Purworejo (foto: Sartono)



Utari

Dewi Utari adalah putri bungsu dari empat bersaudara, anak pasangan Prabu Matswapati atau Prabu Durgandana, raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Rekatawati, putri angkat Resi Palasara dengan Dewi Durgandini. Ke tiga kakak Dewi Utari adalah Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka.



Dewi Utari disebut sebagai ‘babone ratu’ yaitu yang menjadi induk dari ratu. Hal tersebut dikarenakan ia mendapatkan anugrah Wahyu Hidayat, yang menandai bahwa dirinya kelak akan menurunkan raja besar. Oleh karenanya Kresna yang mengetahui hal itu menginginkan agar Abimanyu, yang akan menurunkan raja dikarenakan mendapatkan anugerah Wahyu Cakraningrat memperistri Utari. Dengan demikian antara Wahyu Cakraningrat dan Wahyu Hidayat akan menyatu di dalam keturunan Abimanyu dan Utari.



Jika pun ada yang mengabarkan bahwa perkawinan antara Abimanyu dan Utari melalui sayembara ‘Pondong,’ tentunya hal tersebut hanyalah sebagai cara untuk mengesahkan perkawinan diantara keduanya. Karena wahyu Hidayat itulah, tidak ada laki-laki yang kuat memondong Utari, kecuali laki-laki yang mendapatkan Wahyu Cakraningrat, yaitu Abimanyu. Walaupun sesungguhnya Abimanyu sudah beristri Siti Sendari, para sesepuh yang berpengaruh yaitu Prabu Kresna dan Prabu Matswapati menyetujui dan mengesahkan perkawinan antara Abimanyu dan Utari.



Namun bukan berarti perkawinan Abimanyu dan Utari yang telah diberi restu tersebut berlangsung lancar. Ada dua prahara yang mengiring perkawinan keduanya, yaitu gugurnya Kala Bendana dan dan sumpah Abimanyu. Kala Bendana gugur di tangan Gatotkaca keponakannya dalam upaya menegakkan kejujuran karena mengatakan hal yang sejujurnya bahwa Abimanyu telah beristri Dewi Siti Sundari. Sedangkang Sumpah Abimanyu merupakan penyangkalan dari apa yang dikatakan Kala Bendana di hadapan Dewi Utari yang menyatakan bahwa dirinya belum berisitri. Aku bersumpah jika aku sudah beristri, kelak dalam perang Baratayuda aku akan gugur dengan seribu luka. Demikian sumpah Abimanyu.



Dewi Utari adalah seorang putri yang cantik jelita, dan dikasihi dewa. Ia berperangai lembut dan berwatak halus, berwibawa dan setia berbakti. Hasil pernikahan Utari dengan Abimanyu, lahirlah seorang anak laki-laki dan diberi nama Parikessit. Seperti telah diramalkan para cerdik pandai, Parikesit menjadi raja besar di Hastiapura.



Herjaka HS

Peringatan palsu membawa nama Symantec, tidak perlu dibuka


Peringatan palsu membawa nama Symantec, tidak perlu dibuka

Date 29/08/2012
• Dari email, spam menyebar membawa RemovalTool.exe

Spam email sedang menyebar dan membawa pesan peringatan dari Symantec, tetapi pesan via email tersebut palsu.
Dibagian Scanning, bila di click akan menawarkan Free Removal Tool. Bila diikuti, maka halaman browser akan membawa ke sebuah alamat situs dan diminta mendownload RemovalTool.exe.
Fake Beware Symantec email spam
File tersebut adalah malware C&C dan akan mendowload file berbahaya lain untuk menginfeksi computer.
http://obengtech.com/berita.php?id=10306

Isi mesin CT Scan


http://obengtech.com/berita.php?id=10319

Ketua KPK: Kasus Bank Century Terindikasi Korupsi

Ketua KPK: Kasus Bank Century Terindikasi Korupsi
Penulis : Rudy Polycarpus
Jumat, 31 Agustus 2012 00:21 WIB     

_Ketua_KPK_Kasus_Bank_Century_Terindikasi_Korupsi
Ilustrasi--MI/Tiyok/ip
JAKARTA--MICOM: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abaraham Samad memberi sinyal kasus dana talangan Bank Century merupakan perkara korupsi.

"Setelah melihat kecenderungan dari gelar perkara, kelihatannya akan sepakat (Century kasus korupsi)," kata Abraham, Kamis (30/8).

Pengusutan kasus Century ini sudah dilakukan selama tiga periode kepemimpinan KPK, namun belum juga menunjukkan titik terang. Ratusan saksi maupun ahli telah dilibatkan tetapi kasus yang masih di tahap penyelidikan ini belum juga naik ke tahap penyidikan.

Abraham saat mencalonkan diri memimpin lembaga antikorupsi itu berjanji akan menuntaskan kasus tersebut dalam waktu setahun ini. Namun belum juga ada tanda-tanda kasus ini bakal melahirkan tersangka. Ia mengaku tidak akan terburu-buru meningkatkan status kasus yang menyerempet Partai Demokrat itu ke tingkat penyidikan.

"Setelah hasil investigasi, baru dari hasil penyelidikan itu nanti ditentukan apakah kasus ini bisa ditingkatkan ke penyidikan," sambungnya.

Sementara itu, terkait isu pengunduran diri Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dari pengusutan kasus Century, Abraham menegaskan, "Tidaklah, mas BW tidak akan mundur." (PL/OL-3)
Inilah Alasan Bambang Widjojanto Mundur dari Satgas Century
Penulis : Rudy Polycarpus
Rabu, 29 Agustus 2012 05:00 WIB     

Inilah Alasan Bambang Widjojanto Mundur dari Satgas Century
ANTARA/Puspa Perwitasari/fa
JAKARTA--MICOM: Wakil Ketua Komisi Pemberantasn Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto memutuskan mundur tim satgas kasus Century. Akibatnya, ia tidak dapat memberikan pendapatnya untuk kasus pemberian dana talangan sebesar Rp6,7 triliun itu. Hal itu menurut Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas untuk menghindari konflik kepentingan.

"Kami hargai keputusan dia. Tapi soal ekspose, kami akan rapatkan apa dia vote atau tidak," katanya, Selasa (28/8).

Busyro mengaku tidak tahu alasan pengunduran diri Bambang. Ia menduga rekam jejak Bambang yang pernah menjadi pengacara bagi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah alasannya.

"Itu merupakan tanggung jawab moral kendati saat ini beliau tidak lagi menjadi pengacara," ujarnya.

Untuk memastikannya lagi, Busyro menyatakan, pimpinan KPK akan melakukan pertemuan guna membahas kasus Century itu. Pertemuan itu akan dihadiri seorang ketua dan empat wakil ketua KPK. "Seluruh pimpinan akan hadir untuk membahasnya," kata Busyro.

Secara terpisah, juru bicara KPK Johan Budi mengatakan, meski mundur, Bambang tetap hadir saat rapat pembahasan kasus yang menyerempet Partai Demokrat ini bersama pimpinan lainnya.

Saat dikonfirmasi mengenai keputusannya ini, Bambang memilih bungkam. Pesan singkat yang dikirim Media Indonesia tidak dijawab. (PL/OL-10)

Rabu, 29 Agustus 2012

Kekerasan

Jakarta Api Merajalela

















Di Jakarta Api Merajalela 
Ditulis Oleh redaksi    
Jumat, 24 Agustus 2012 18:43 

Add this to your website
Musibah kebakaran melanda Jakarta. Api yang biasanya bermula dari korsleting listrik itu pun menghajar ribuan tempat tinggal, yang mayoritas dihuni kalangan menengah ke bawah. Selama bulan Ramadhan saja, Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat mencatat 30 peristiwa kebakaran terjadi. Dari 30 peristiwa tersebut, penyebab terbanyak adalah hubungan pendek arus listrik.

"KEBANYAKAN terjadi di Tambora. Di sana selain padat penduduk, banyak warga yang nakal mengambil listrik secara ilegal," kata Kepala Operasional Pemadam Kebakaran Jakarta Barat Sutarno di Jakarta, Rabu (22/8/2012).
Ia mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran menjadi faktor utama terjadinya hal tersebut. Menurutnya, warga seharusnya diberikan penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan tentang bagaimana cara pertolongan pertama menghadapi peristiwa kebakaran.
Penyuluhan sebenarnya sudah ada, dalam bentuk Sistem Kebakaran Kampung (SKKN). Namun, anggaran yang disediakan masih sangat kecil, hanya untuk satu tahun sekali. Penyuluhan menurutnya harus secara intensif diberikan di kawasan yang rentan kebakaran, seperti di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, yang terkenal padat penduduk.
Akibat lemahnya penyuluhan, apabila terjadi kebakaran, warga malah menyulitkan petugas dalam melakukan pemadaman. Tak jarang, antara petugas dan warga terlibat adu mulut saat pemadaman.
"Seharusnya peran warga untuk membantu petugas hanya cukup memberikan petunjuk lokasi kebakaran, memberikan arahan jalan, dan memberi petunjuk sumber air. Selebihnya percayakan kepada petugas, api pasti bisa padam," ujarnya.
Selain itu, pemerintah harus segera memperbaiki alat-alat yang membantu petugas dalam mencegah kebakaran, seperti hydrant. Menurut Sutarno, hydrant yang ada di Jakarta sama sekali tidak bisa membantu pemadaman lantaran daya semprot yang sangat lemah. Hal itu terjadi karena saluran airhydrant menjadi satu dengan saluran air warga.
"Di luar negeri, saluran hydrant sendiri. Makanya, semprotan airnya kencang. Kalau di Jakarta, tidak ada hydrant yang seperti itu. Makanya kami lebih mengutamakan sumber-sumber air seperti saluran dan kali. Terlebih lagi, hydrant banyak yang tidak berfungsi lantaran kopling penutup yang terbuat dari kuningan sering dicuri oleh warga," katanya.
Sudin Pemadam Kebakaran mencatat, pada 2011, tingkat kebakaran di Jakarta Barat menjadi yang paling tinggi di DKI Jakarta. Sebanyak 195 kasus kebakaran terjadi, dan nilai kerugian mencapai Rp 72.544.700.000.
Di 2012, hingga Juli, jumlah kasus kebakaran sudah terjadi sebanyak 106 kali, dengan kerugian mencapai Rp 39.201.150.000. Total bangunan yang terbakar mencapai 520 bangunan berbagai bentuk, 5 korban jiwa, 16 korban luka-luka, 3 petugas pemadam terluka, dan 142.466 meter persegi luas areal yang sudah terbakar.
"Untuk penyebab, kebakaran paling tinggi diakibatkan oleh hubungan pendek arus listrik sebanyak 74 kasus, kompor 8 kasus, rokok 6 kasus, dan lain-lain 18 kasus," tutupnya.
Cerita serupa juga terjadi di dua wilayah Jakarta Selatan, Jumat (24/8/2012) siang. Di Jalan Bangka, Pela Mampang, api melalap empat rumah dan delapan petakan. Sedangkan di Pondok Pinang, api menghanguskan satu rumah. Kebakaran pertama terjadi di pemukiman padat di Jalan Bangka 2 G No 61 RT 007 RW 03, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Warga di pemukiman padat dengan sejumlah gang sempit itu langsung berupaya menyelamatkan harta benda masing-masing, sepeda motor, sepeda, kasur, alat elektronik, dan surat-surat berharga milik warga dibawa ke lokasi aman di depan rumah warga lain dan di sekitar gang. Warga lainnya datang ke lokasi kebakaran dan berupaya membantu dengan sarana ala kadarnya. Dengan sumber air yang terbatas, warga menyiram air dengan ember maupun selang dari musala dan rumah warga.
"Belum diketahui pasti penyebab kebakaran, masih dilidik. Dugaan awal korsleting listrik," kata Kepala Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan Frans Hodden yang ditemui di lokasi.
Tidak lama berselang, kebakaran juga menimpa dua lokasi berbeda di Jakarta Barat. Kebakaran pertama terjadi di Jl Kamal Raya Tegal Alur, selang sekitar satu jam kemudian kebakaran kedua terjadi di Tambora, Jakarta Barat.
Kebakaran pertama tadi pukul 02.45 WIB menimpa lima rumah di Jalan Kamal Raya, Tegal Alur, Jakarta Barat. Petugas kebakaran kebakaran Jakarta Barat dalam waktu singkat juga harus bergerak cepat untuk memadamkan api yang terjadi di lokasi kedua. Yaitu membakar rumah-rumah petak di Jalan Pekapuran, Tambora. Kebakaran kedua terjadi pukul 04.05 WIB di Jalan Pekapuran, Gang Betet, RT 01-04 RW 03, Tambora, Jakarta Barat. Lokasi yang terbakar berubah rumah-rumah petak.
Terakhir, kebakaran juga melanda permukiman padat penduduk di RT 10 dan 11 RW 03 Kelurahan Kramat Pulo, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2012). Penyebabnya diduga berasal dari rumah indekos berbahan kayu.
Ishak Pardosi
Ada Api di Kantong Suara 
Ditulis Oleh redaksi    
Jumat, 24 Agustus 2012 18:40 

Add this to your website
Program talkshow yang disiarkan secara langsung TvOne terkait kebakaran yang terjadi di Jl Gotong Royong, Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis (23/8) sore, terpaksa dihentikan menyusul sekelompok warga yang ada di lokasi kebakaran tiba-tiba menolak. Warga marah karena tidak terima dengan tema yang diusung dalam program Kabar Petang itu.

MESKI sempat menolak program dialog, massa tidak sampai melakukan aksi perusakan di lokasi kebakaran Pondok Bambu, Jakarta Timur. Wakil Pemimpin Redaksi TvOne, Toto Suryanto, mengatakan bila program yang merupakan bagian dari acara Kabar Petang TvOne itu dihentikan karena penolakan sekelompok warga atas dialog yang ditayangkan. Yaitu membahas mengenai kontroversi kebakaran yang belakangan marak terjadi di Jakarta, apakah itu terbakar atau sengaja dibakar. "Khawatir dan pertimbangan keselamatan narasumber akhirnya dialog dihentikan," jelas Toto.
Niatan dialog yang digelar TvOne itu adalah untuk menangkis isu yang beredar mengenai kebakaran yang marak terjadi di Jakarta dan dikaitkan dengan isu Pilkada DKI Jakarta yang akan berlangsung di putaran kedua September 2012.
Sementara itu, politisi PDIP Rieke Diyah Pitaloka yang hadir sebagai salah seorang narasumber membenarkan statusnya sebagai Juru bicara Jokowi. Ia menilai yang terpenting adalah soal perekonomian warga akibat kebakaran, bukan politik.
"Kebetulan saya jadi jubir tim kampanye Jokowi. Ini kan ada isu yang beredar bahwa terkait kebakaran terjadi di tempat tempat pemenangan jokowi, maka kita diwawancara. Kebetulan live TVOne di tempat kebakaran di Jl Gotong Royong Pondok Bambu," ujar Rieke Diyah Pitaloka dalam pesan singkat kepada wartawan, Kamis (23/8/20120).
Tetapi, menurut Rieke, dia tidak mau berburuk sangka soal kebakaran apakah betul di kantong suara Jokowi, karena masih suasana lebaran. Justru yang ia pikirkan adalah akibat dari kebakaran yang membuat perekonomian warga terbengkalai.
"Justru yang kita pikirkan di situ itu sentra industri furniture yang pengiriman barangnya untuk ASEAN. Dan itu perekonomian rakyat yang saya kira harusnya dipertahankan, dan juga membantu perekonomian negara seharusnya. Saya tidak bisa membayangkan orang balik lagi sudah ludes semua dan disitu paling tidak ada tiga ratus tenaga kerja belum ditambah merka yang kerja menjadi penjaga toko dan pengiriman segala macam," tuturnya.
Ia menjelaskan, kericuhan yang terjadi saat berlangsung talkshow dirinya bersama beberapa narasumber di TVOne, terjadi saat di tengah percakapan muncul beberapa orang mengatasnamakan salah satu ormas. Mereka menuduh bahwa ia mengatakan kebakaran terjadi karena dibakar oleh warga.
"Padahal tidak ada satu statment pun dari tim Jokowi untuk mengatakan demikian. Justru kami meminta untuk tidak bersuudzon gitu. Ormas tertentu yang mengatasnamakan mengatakan media brengsek. Saya secara pribadi orang muslim. Mereka meneriakan Allahu akbar ya saya juga bilang Allahu akbar," kata Rieke.
Massa yang datang menurut Rieke lebih dari 20 orang dan mereka sangat emosi, bahkan ada satu orang dari anggota ormas itu yang mendekati dirinya. Sehingga akhirnya acara talkshow yang digelar di lokasi kebakaran itu harus dihentikan.
"Bahwa betul kita ada pertarungan untuk perebutan kekuasaan politik, tetapi kita tidak diajarkan untuk menghalalkan segala cara. Karena saya masih ingat apa yang saya katakan dan saya tidak menuduh warga yang membakar," jelas Rieke
"Saya langsung diminta untuk meninggalkan lokasi, padahal saya ingin berdialog dengan mereka. Kita butuh dialog bukan kekerasan yang harus dilakukan untuk menyikapi perbedaan," imbuhnya.
Di sisi lain, Kepala Media Center Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Kahfi Siregar membenarkan pihaknya diundang untuk menghadiri talkshow oleh TvOne soal kebakaran yang terjadi di Pondok Bambu, Jakarta Timur. Ia menilai, seharusnya acara dibatalkan karena timnya tidak datang.
"Undangan dari TvOne ada tadi pagi kepada kami, tapi tidak ada kewajiban bagi kami untuk hadir karena itu bukan undangan resmi. Dan kami tidak bisa datang karena satu hal," ujar Kahfi Siregar saat dihubungi detikcom, Kamis (23/8/2012).
Namun, Kahfi enggan menjelaskan lebih jauh soal alasan ketidakhadirannya. Menurut Kahfi, seharusnya acara tidak digelar karena timnya tidak datang sehingga tidak cover both side. "Kalau tim saya tidak datang, harusnya acara itu dibatalkan karena tidak cover both side. Atau kalau tidak bisa, mereka insiatif wawancara melalui telepon," tutur Kahfi.
Soal kericuhan yang terjadi, pihaknya membantah keras bahwa warga yang menyerang saat talkshow berlangsung adalah dari tim Foke Nara. Termasuk membantah soal isu kebakaran dilakukan oleh tim Foke.
"Sebagai incumbent pak Fauzi memiliki kepentingan lebih besar dari pihak manapun untuk mencegah kebakaran, jadi tidak ada alasan kalau ada isu tim Fauzi Bowo melakukan pembakaran," tuturnya.
Menurutnya, mungkin ada pihak-pihak yang tidak senang dan mengaitkan hubungan antara kebakaran dan Pilgub DKI. Ia juga menyayangkan soal musibah kebakaran yang cenderung dipolitisasi.
"Musibah kebakaran jangan dipolitisir, itu adalah musibah yang harus diterima apa adanya, dan kami paling berkepentigan untuk mengamankan, yang nuding itu kami bantah salah alamat," kata Kahfi.
Bantahan serupa juga disuarakan Komunitas Intelektual Muda Betawi (KIMB). Mereka menyesalkan pernyataan tim sukses calon Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi)- Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang menuding sejumlah musibah kebakaran sudah direncanakan, dan bertujuan untuk menggemboskan suara pasangan calon Gubernur DKI Jokowi-Ahok.
Ketua KIMB Ramdan Alamsyah, mengatakan, tudingan tersebut sangatlah menyesatkan karena tidak didukung dengan sejumlah bukti yang akurat. "Janganlah menyampaikan fitnah yang belum tentu bisa dibuktikan kebenaranya, kami meminta para tim sukses tidak mencari keuntungan untuk meraih simpati publik, dengan cara-cara yang tidak simpatik," kata Ramdan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (23/8/2012).
Ishak Pardosi

Kobaran Api Sebelum Putaran Dua 
Ditulis Oleh redaksi    
Jumat, 24 Agustus 2012 18:37 

Add this to your website
Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengaku kebakaran di sejumlah lokasi di Jakarta merupakan kantong suara miliknya. Di wilayah tersebut, pria yang kerap disapa Jokowi itu unggul secara mutlak. Ditanya kemungkinan adanya unsur rekayasa dan kesengajaan daerah tersebut dibakar oleh pihak tertentu, Jokowi mengaku pasrah dan enggan berspekulasi siapa pihak yang melakukan hal tersebut.

"JUJUR daerah yang terbakar itu adalah kantong perolehan suara saya, yang pada putaran pertama kemarin memenangkan saya. Ada memang selentingan seperti itu, tetapi buru-buru saya buang," ungkapnya kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/8/2012).
Jokowi mengaku, hingga saat ini dirinya memang belum pernah secara langsung datang menemui warga korban kebakaran tersebut. Namun dia yakin, warga korban kebakaran bisa memahami posisi Jokowi saat ini.
"Saya malah jadi serba salah. Kalau saya datang mengunjungi nanti dikira kampanye, kalau tidak datang kok ya tega nggak datang. Namun saya yakin, warga bisa memahami kesulitan saya ini. Lagipula tim relawan kami sudah datang ke sana,"pungkasnya.
Sebelumnya beredar kabar, rentetan kebakaran di wilayah Jakarta sarat politis menjelang putaran dua Pilgub Jakarta. Apakah ada hubungan antara perolehan suara Foke dan Jokowi di masing-masing wilayah tempat terjadinya kebakaran? Kenapa di tempat suara Jokowi unggul mutlak selalu terjadi kebakaran?
Berdasarkan informasi yang diperoleh, terdapat tujuh wilayah kebakaran yang diketahui basis pendukung Jokowi-Ahok. Pertama, Cideng yang terbakar pada 22 Agustus. Di sana, Jokowi mengantongi suara 55,26 % pada pemilihan Gubernur DKI putaran pertama. Sedangkan Foke hanya mengantongi 26,07%.
Selanjutnya,  di Kapuk Muara, yang juga terbakar pada 22 Agustus. Di sana, Jokowi mengantongi suara 62,49%. Sementara Foke hanya berhasil meraih 25,02%. Ketiga, di Karet Tengsin yang terbakar pada 16 Agustus. Di sana, Jokowi mengantongi suara 39,36%, beda tipis dengan Foke yang memperoleh 36,01%.
Lalu, kebakaran di Pondok Bambu pada 15 Agustus. Di sana, Jokowi mengantongi suara 39,14%. Sedangkan Foke mengantongi 35,66%. Berikutnya, di Glodok yang terbakar pada 12 Agustus. Di sana, Jokowi memperoleh 77,30%, jauh berbeda dengan Foke yang mengantongi 16,63%
Kemudian di Pekojan yang terbakar pada 8 Agustus. Di sana Jokowi mengantongi suara 61,35%, mengungguli Foke yang memperoleh 26,73%. Lalu ada kebakaran di Pinangsia pada 12 Agustus. Di sana Jokowi mengantongi suara sebanyak 56,45%, disusul Foke dengan 33,02%
Kendati demikian, Polda Metro Jaya menepis rumor adanya kebakaran yang disengaja. Pihak kepolisian memastikan maraknya kebakaran di wilayah Jakarta dan sekitarnya, sebagian besar bersifat alami atau tidak disengaja.
"Rumor kesengajaan dalam peristiwa kebakaran, sampai saat ini tidak terbukti," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (24/8/2012).
Rikwanto juga kembali menepis, terkait rumor kebakaran terkait dengan isu Pilgub DKI. Menurutnya, sebagian besar kabakaran di Jakarta bersifat alamiah. "Sampai sekarang belum ada yang melaporkan tentang tindak kesengajaan kebakaran. Dan sebagian besar kebakaran ini bersifat alamiah," ucapnya.
Berdasarkan data kepolisian, penyebab kebakaran di dominasi oleh korsleting listrik, membakar sampah di dekat pemukiman, korek api, dan petasan. Selain itu, bulan ini termasuk dalam musim kemarau.
Ishak Pardosi

Si Jago Merah Murni Independen 
Ditulis Oleh redaksi    
Jumat, 24 Agustus 2012 18:33 

Add this to your website
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menegaskan, musibah kebakaran yang terjadi cukup sering belakangan ini di Jakarta, tidak ada kaitannya dengan Pemilukada. Ia menanggapi munculnya anggapan kebakaran justru terjadi di daerah yang diindikasikan sebagai kantung suara pasangan calon gubernur Jokowi-Ahok.

"JANGAN ngeres pikirannya, baru habis lebaran. Kita kan tunggu hasil investigasi polisi," ujar dia usai menggelar halal bihalal dengan PNS DKI di Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (23/8).
Dia minta segala sesuatu yang terjadi di Jakarta jangan langsung dikaitkan dengan pemilukada. Mengaitkan kebakaran dengan pemilukada, kata dia, adalah tindakan yang tidak manusiawi. Foke meminta keamanan di putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta, harus dijaga. Namun, ia tetap menyiagakan Pemprov DKI dalam menjaga keamanan Kota Jakarta.
Sebelumnya diberitakan, selama bulan puasa ini telah terjadi sekitar delapan kali peristiwa kebakaran. Musibah itu terjadi di Pekojan dan Krendang (Tambora), Taman Sari, Karet Tengsin, Kalideres, dan Cideng (Jakarta Pusat). Kemudian di Pondok Bambu dan yang baru terjadi Rabu (22/8) kemarin, di Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Fauzi Bowo juga menyampaikan rasa keprihatinannya terkait bencana kebakaran yang menimpa sejumlah wilayah DKI Jakarta belakangan ini. Dia pun menegaskan tidak ingin memolitisasi bencana kebakaran.
"Saya sampaikan keprihatinan saya setiap terjadi kebakaran yang melanda. Saya berikan yang menjadi tanggung jawab saya sebagai gubernur," kata pria yang akrab disapa Foke itu usai mengunjungi Mts Al-Khairiyah Kp Bahari/SMK Al-Khairiyah Bahari di Jalan Bahari III A8 No 152 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (24/8/2012).
Foke mengatakan tidak ada keinginan sedikit pun untuk melakukan politisasi menyangkut bencana kebakaran. Hal ini terkait spekulasi yang berkembang bahwa kebakaran yang terjadi secara terus-menerus di wilayah Jakarta dinilai tak wajar. Ia mengajak semua agar menunggu hasil investigasi yang dilakukan pihak kepolisian. "Saya tidak ingin mempolitisir. Kita tunggu hasil investigasi polisi," ujarnya.
Menurut Foke, ada beberapa hal yang penting dilakukan terkait beruntunnya peristiwa kebakaran di Jakarta. Pertama, dengan mencari tahu fakta penyebab kebakaran. Kedua, berupaya menginventarisasi para korban kebakaran. Ketiga, lanjutnya, melakukan penataan terhadap lingkungan yang sesuai dengan kondisi. Tentunya, diupayakan membangun kembali permukiman yang menjadi korban kebakaran. "Seperti yang di Jembatan Besi, kita memperkirakan bisa kembali dibangun," tuturnya.
Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin juga menampik dugaan kesengajaan menyusul kebakaran yang terjadi di permukiman padat di Kecamatan Tambora. Demikian diungkapkan Burhanuddin seusai shalat Jumat di dekat lokasi kebakaran di Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jumat (24/8/2012). "Kalau ada orang yang bilang kebakaran ini disengaja, dia harus jadi ketua rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), lurah, atau camat dulu di sini! Ini benar-benar musibah, bukan sengaja dibakar," katanya.
Jumat (24/8) pagi, kebakaran menghanguskan 66 rumah di RT 1, 7, 8, 9 RW 1 dan RT 6 RW 3, Kelurahan Pekojan. Api diduga muncul karena korsleting atau arus pendek. "Kalau memang sengaja dibakar, tentu pemerintah akan melarang warga membangun lagi rumahnya. Ini semua kami permudah pengurusan izinnya, surat-suratnya, bahkan bantuan juga diberikan. Kalau terbakar lalu kami larang warga bangun rumah lagi dan dibangun bangunan lain, itu baru namanya ada kesengajaan. Ini tidak," kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengimbau agar warga tetap meningkatkan kewaspadaan karena musim kemarau potensi kebakaran tinggi dan memperhatikan peralatan listrik di rumah mereka. Pasalnya, sebagian besar kebakaran disebabkan listrik.
Ishak Pardosihttp://monitorindonesia.com/potret/karikatur.html

Selasa, 28 Agustus 2012

Pelanggaran Pilkada DKI

Rama Bargawa

Rama Bargawa

RAMA BARGAWA, atau yang lebih dikenal dengan nama Rama Parasu, merupakan salah satu tokoh wayang lintas batas, artinya ada dicerita Ramayana dan Mahabarata.

Brahmana yang juga pertapa sakti bertekad menjungkirbalikkan tata nilai dan anggapan masyarakat kala itu yang terlalu mengagungkan golongan ksatria. Bertahun-tahun ia berkelana mengelilingi dunia hanya untuk mencari perkara dan alasan agar dengan kesaktian yang dimilikinya. ia dapat membunuh ksatria sebanyak-banyaknya.

Nama Rama Bargawa diperolehnya karena ia merupakan keturunan Maharesi Bregu yang ternama. la juga dinamakan Rama Parasu. karena senjata andalannya adalah kapak. Parasu berarti kapak. Dengan kapak itu pula ia pernah membunuh ibunya.
Ceritanya begini.
Maharesi Jamadagni adalah ayah Rama Bargawa. Jamadagni menikah dengan Dewi Renuka. seorang wanita yang amat cantik. Dari perkawinan iiu lahirlah lima orang anak lelaki. yaitu Rumawan, Susena. Wasu, Wiswawasu. dan Rama Bargawa.
Suatu hari. Dewi Renuka berbuat serong dengan Prabu Citrarata dari Kerajaan Martikawala. Meskipun penyelewengan ini dirahasiakan, karena ilmu tinggi yang dimilikinya, Begawan Janiadagni bisa tahu apa yang sudah terjadi. Segera dipanggilnya kelima anaknya, dan di hadapan mereka Dewi Renuka diminta mengakui perbuatan selingkuhnya. Setelah wanita cantik itu memberikan pengakuan. Maharesi Jamadagni memerintahkan Rumawan, anaknya yang sulung, untuk membunuh ibunya sebagai hukuman atas perbuatan serongnya. Namun Si Sulung menolak. Begitu pula anak kedua, ketiga, dan keempat. semuanya menolak membunuh ibunya. Karena penolakan perintah itu mereka semua dikutuk Maharesi Jamadagni sehingga berubah akal (gila).
Anak kelima, Rama Bargawa. mclaksanakan perintah ayahnya. Dengan senjata kapak miliknya. ia membunuh ibu yang melahirkannya. Setelah Dewi Renuka tewas. Maharesi Jamadagni berkata pada putra bungsunya: “Rama Bargawa, anakku, karena engkau telah melaksanakan perintah ayahmu dengan baik. maka sekarang engkau boleh mengajukan lima permintaan. Apa pun permintaanmu. akan kupenuhi sedapat-dapatnya.”
Kesempatan itu digunakan Rama Bargawa sebaik-baiknya.
Pertama ia minta agar ibunya dihidupkan kembali. Kedua, agar semua dosanya akibat perbuatan membunuh ibunya bisa terhapus. Ketiga, agar semua saudaranya yang kini telah menjadi gila bisa pulih seperti sediakala. Keempat, agar ibu, saudara-saudaranya. dan ia sendiri lupa akan segala kejadian yang baru saja mereka alami. Dan kelima. Rama Bargawa minta agar ia memiliki kesaktian yang tak ada tandingnya sehingga tidak ada manusia di dunia ini yang sanggup melawannya.
Semua permintaan Rama Bargawa dikabulkan. kecuali yang terakhir. Maharesi Jamadagni mengatakan, Rama Bargawa akan menjadi brahmana sakti yang tidak tertandingi siapa pun kecuali oleh titisan Batara Wisnu, kurang tahu kok ada diskriminasi seperti ini.
Beberapa tahun kemudian Maharesi Jamadagni dan seluruh keluarganya tewas dibunuh secara keji oleh putra-putra Prabu Arjunasasrabahu. raja Maespati. Pada saat peristiwa pembantaian itu terjadi Rama Bargawa sedang pergi berkelana di hutan. Dan. betapa hancur hati Rama Bargawa ketika ia menyaksikan jenazah keluarganya. Sama sekali tidak diduganya. raja yang dihormati dan disanjung rakyat di seluruh negeri telah membiarkan perbuatan aniaya terhadap keluarganya. Saat itu juga Rama Bargawa bersumpah akan membalas kematian ayah ibu dan sekalian saudaranya.
Akibat perbuatannya yang sewenang-wenang itu Batara Wisnu yang semula menitis pada Prabu Arjunasasrubahu meninggalkan badan wadak (jasmani) raja itu dan kembali ke kahyangan. Itulah sebabnya. Rama Bargawa kemudian bisa membalas kematian ayahnya itu dengan niembunuh raja Maespati itu. Dengan panah Bargawatra, Rama Bargawa memenangkan perang tanding di antara mereka berdua. Senjata Cakra yang dilepaskan Prabu Arjuna Sasrabahu. melesat jauh dari sasaran.
Namun kematian Prabu Arjuna Sasrabahu belum memuaskan dendam Rama Bargawa. la berlekad akan membunuh setiap ksatria yang ditemuinya. Baginya. gologan ksatria tidak pantas hidupdi dunia ini karena menurut anggapannya kerja mereka hanya menindas kasta lain.
Cupliakan diatas rasanya persis film Hollywood tentang terbunuhnya orang yang disayangi dan proses balas dendam …. agak klise juga ceritanya.
Sejak itu Rama Bargawa tidak pernah lagi menelap di satu tempat. la selalu mengadakan perjalanan kelana. Bila berjumpa dengan ksatria. siapa saja. ia selalu mencari gara-gara sehingga mereka berkelahi. dan kemudian Rama Bargawa membunuhnya.
Dalam perjalanan kelananya ilu. Rama Bargawa sempal beberapa kali mengajarkan berbagai ilmunya. Yang beruntung dapal berguru padanya. di antaranya adalah Resi Bisma, Resi Drona, Resi Krepa dan Basukarna.
Dewabrata. yang akhirnya lebih terkenal dengan nama Bisma. adalah murid yang paling berhasil dalam mempelajari berbagai ilmu dari Rama Bargawa. Setelah seluruh ilmunya tuntas diajarkan. Rama Parasu memberi nama baru pada Dewabrata. yakni Bisma. yang artinya ‘hebat, luar biasa, mengagumkan, mengerikan’.
Rama Bargawa juga menganjurkan agar Dewabrata alias Bisma segera melepaskan pakaian ksairianya dan menggantinya dengan pakaian brahmana. Jika anjuran ini lidak dilaksanakan. maka Bisma kelak akan mendapat kesulitan dengan wanita.
Anjuran gurunya ilu tidak dilaksanakan oleh Bisnia. Kedudukannya sebagai panglima perang Kerajaan Astina. tidak memungkinkannya mengenakan pakaian brahmana. Dan ramalan Rama Bargawa akhirnya terbukti. Bisma mendapat kesulitan dengan persoalan Dewi Amba. saiah seorang putri Kerajaan Giyantipura yang diboyongnya ke Astina guna dijodohkan dengan adiknya, Citranggada.
Menurut pewayangan. secara tak sengaja Bisma akhirnya membunuh Dewi Amba. Tetapi menurut Kitab Mahabarata. kematian Amba adalah akibat bunuh diri dengan menerjunkan diri ke dalam api unggun yang dibuatnya sendiri.
Sebelum nekad melakukan bunuh diri Dewi Amba sudah berusaha membunuh Bisma dengan cara meminta bantuan pada beberapa orang raja dan ksatria, namun mereka tidak berani menghadapi Bisma yang terkenal amat sakti.
Dewi Amba akhirnya menemui Rama Bargawa. guru Bisma. Sesudah mendengar pengaduan Dewi Amba. brahmana sakti itu bertanya, apakah ketika memboyong Amba ke Astina Bisma mengenakan pakaian ksalria? Amba menjawab. “Ya” Rama Parasu menilai Bisma salah. Karenanya ia datang menjumpai bekas muridnya itu hendak menghukumnya. Namun dalam perang tanding di antara keduanya. Rama Bargawa ternyata tak mampu lagi menandingi kesaktian Bisma.
Kegagalan Rama Parasu membunuh Bisma inilah yang antara lain menyebahkan Dewi Amba putus asa dan kemudian membunuh diri. Demikian menurut Mahabarata.
Murid Rama Burgawa yang terakhir. Basukarna. menyaru sebagai brahmana agar diterima menjadi murid Rama Bargawa. Hal ini terpaksa dilakukan oleh Basukarna karena Rama Bargawa tidak bersedia menerima murid dari golongan ksatria. Namun. setelah banyak iimu yang ia pelajari. Rama Bargawa tahu bahwa Basukarna sebenarnya bukan brahmana. melainkan dari golongan ksatria.
Terbongkarnya rahasia penyamaran Basukarna karena kejadian yang sepele saja:
Suatu ketika. karena terlalu lelah Rama Bargawa jatuh tertidur di pangkuan muridnya. Basukarna. Beberapa waktu setelah sang Guru tidur nyenyak, seekor kalajengking besar merayap ke bawah paha Basukarna yang dijadikan bantal oleh Rama Bargawa. Basukarna sekuat tenaga menahan rasa sakit akibat sengatan ketonggeng itu. la samasekali tidak bergerak walau disiksa rasa sakit yang amat sangat.
Ketika kemudian Rama Bargawa mengetahui apa yang terjadi. segeru ia tahu hahwa Basukarna tentu bukan dari golongan brahmana. Hanya seorang ksatria utama sanggup menahan rasa sakit seperti itu. Rama Bargawa amat murka. la merasa ditipu. Karena itu brahmana sakti itu mengutuknya. Kutukan itu adalah : kelak dalam Baratayuda. pada situasi yang genting. Karna akan lupa segala ilmu yang telah diajarkannya.
Mengenai kematian Rama Bargawa tidak jelas. Sedikitnya liga dua pendapat yang amat herbeda satu sama lain. Ada yang mengatakan Rama Bargawa tewas ketika berhadapan dengan Ramawijaya. Waktu itu. setelah menikah dengan Dewi Sinta. Rama beserta istri serta ayahnya. Prabu Dasarata pulang ke Ayodya. Mereka diiringi oleh prajurit pengawal yang cukup besar jumlahnya.
Dalam perjalanan. terjadi keributan. Rama Bargawa mencegat rombongan itu dan memporak-porandakan barisan prajurit Ayodya. Dengan beringas Rama Bargawa menantang Prabu Dasarata dan Ramawijaya.
Prabu Dasarata dengan lemah lembut mengatakan. tidak pantas bilatnana Rama Bargawa yang sakti itu berperang tanding dengan anaknya yang belum berpengalaman. Namun Rama Bargawa tidak peduli. la tetap mendekati Ramawijaya dan siap menyerang. Melihat hal itu Ramawijaya lalu mengambil gendewanya. memasang anak panah. dan mengarahkannya pada lawannya.
Pada saat ini sadarlah Rama Bargawa bahwa ia berhadapan dengan titisan Wisnu, sebah selama ini tidak seorang pun sanggup mengarahkan senjata pada dirinya. Karena itu Rama Bargawa buru-buru minta maaf alas kelakuannya. dan pergi masuk ke rimba.
Seinentara sebagian dalang menceritakan bahwa pada pencegatan ini terjadi perang tanding antara Ramawijaya dengan Rama Bargawa. Karena Rama Bargawa memang tidak mungkin bisa mengalahkan titisan Batara Wisnu, ketika itu juga Rama Bargawa tewas dan jiwanya merasuk. menyatu dengan Ramawijaya.
Versi ketiga menyebutkan. ketika Rama Bargawa dikalahkan Ramawijaya. ia bukan mati melainkan moksa. Karena tingginya iimu yang dimilikinya, dan karena ia telah menjalani darma secara benar. Rama Bargawa diangkal derajatnya selaraf dengan para dewa. Itulah sebabnya, Rama Parasu alias Rama Bargawa dalam kedudukan sebagai dewa, bersama tiga dewa lainnya, masih tampil mengiringi kepergian Sri Kresna sebagai duta, pada masa menjelang Baratayuda. Ketiga dewa lainnya adalah Batara Narada, Batara Janaka, dan Batara Kanwa.
Ada inkonsistensi dari cerita mengenai Rama Bargawa ini, pertama ternyata 2 diantara murid utamanya itu satria yaitu Bisma dan Karna tetapi tidak dibunuh, hanya dikutuk saja dan kedua sebagai wayang lintas batas kok dia bisa mati melawan Ramawijaya padahal dia juga guru Bisma dan Karna, disini terlihat bahwa cerita Rama Bargawa di Mahabarata “agak” dipaksakan.
Rama Bargawa adalah seorang brahmacarya, tidak pernah kawin sepanjang hidupnya, sehingga ia tidak punya keturunan.
http://topmdi.net/republikwayang/?p=327

Aja Nggege Mangsa

Bothekan




Aja Nggege Mangsa





Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti jangan memburu (mempercepat) musim, saat, atau waktu.



Pepatah aja nggege mangsa sebenarnya lebih ditujukan untuk tindakan atau perbuatan yang amat tergesa-gesa, terburu nafsu, memaksakan diri dan kehendak. Misalnya, oleh karena sangat berambisi untuk menduduki jabatan tertentu orang yang bersangkutan kemudian demikian bernafsu sehingga melakukan tindakan apa pun untuk meraih jabatan itu dalam waktu yang secepat-cepatnya. Tindakan tersebut bahkan sering merupakan tindakan yang tidak terpuji.



Ada pula contoh lain misalnya ada remaja yang belum bisa dikatakan dewasa sudah demikian terburu nafsu ingin dewasa dan berumah tangga. Akhirnya rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus. Ketidakdewasaan membuat mereka tidak mampu dan kuat menangani berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan rumah tangga yang sebelumnya mungkin tidak mereka duga sama sekali.



Contoh lain lagi misalnya, ada orang yang ingin sekali cepat kaya padahal jabatan dan profesinya tidak memungkinkan untuk itu. Orang tersebut kemudian berusaha mencari jalan pintas dengan korupsi, mencuri, menipu, manipulasi, dan bahkan juga dengan mencari pesugihan.



Pepatah aja nggege mangsa sebenarnya ingin mengajarkan kepada orang bahwa segala sesuatu itu ada saatnya. Ada waktunya. Segala sesuatu yang dipaksakan atau dilakukan dengan ketergesa-gesaan sering menimbulkan ketidakbaikan atau bahkan kerusakan. Orang sering mengatakan bahwa segala sesuatunya indah pada waktunya.



a.sartono



Biar tak disebut haji pengabdi setan, ini syaratnya


Biar tak disebut haji pengabdi setan, ini syaratnya


Biar tak disebut haji pengabdi setan, ini syaratnya
ilustrasi
Reporter: Mohamad Hasist



Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin mempersilakan orang berhaji dan umrah berkali-kali. Asalkan, niatnya adalah untuk beribadah.

"Kalau haji dan umrah berkali-kali tidak masalah, asalkan tidak mengabaikan kewajiban di dalam negeri. Contohnya menyantuni fakir miskin, zakat, berumrah berkali-kali boleh-boleh saja," kata Maruf kepada merdeka.com, Jumat (24/8).

Namun, jika haji dan umrah berulangkali itu niatnya buruk dan hanya untuk berwisata maka berdosa. "Meninggalkan kewajiban di dalam negeri seperti zakat dan lain-lain karena mementingkan haji dan umrah itu tidak betul," ujar dia.

Amir mengungkapkan hal ini menanggapi
kritikan dari Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Ali Mustafa Yaqub. Dalam wawancaranya dengan merdeka.com, Ali menyayangkan sudah bergesernya seseorang memahami makna berhaji dan berumrah. Apalagi jika Ramadan tiba, banyak masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong pergi ke Tanah Suci.

Banyak yang tujuannya tidak hanya ibadah. Ada pula yang justru sambil berwisata. "Rasulullah saja tidak pernah mencontohkan pergi umrah saat Ramadan," ujar Ali.

Menurut Ali, tidak ada ayat Alquran dan Hadis yang menyuruh haji berkali-kali. Padahal, masih banyak kewajiban sosial di dalam negeri yang harus dijalankan. Dia menegaskan bolak balik berhaji dan berumrah adalah salah satu produk konsumerisme berbungkus ibadah.

"Saya katakan, sejuta kali kamu berhaji, tetap kamu belum puas. Setan masuknya dari situ kok. Ada yang bilang masih belum sempurna, terus dan terus naik haji. Makanya itulah yang disebut sebagai haji pengabdi setan," kata Ali.
[has]
Jumat, 24 Agustus 2012 07:00:00Wawancara Ali Mustafa Y. (1)

Ramadan bulan konsumerisme


Ramadan bulan konsumerisme
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Mustafa Ali Yaqub. (merdeka.com/Islahuddin)
Reporter: Islahudin



Setiap Ramadan kita jarang menyadari jumlah baliho iklan meningkat drastis jauh dari biasanya. Bahkan, sebelum penentuan awal puasa, iklan-iklan produk kebutuhan shaum dan Lebaran sudah mengudara di radio dan televisi.

Alhasil, seperti biasa, pengeluaran kaum muslim saban puasa selalu menigkat tajam. Mulai dari makanan berlimpah tiap berbuka dan sahur, hingga gemerlap pakaian buat berlebaran.

Menurut Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, perilaku umat Islam sudah bergeser. Bukannya memperbanyak sedekah dan infak, malah menghamburkan fulus buat kesenangan dunia. Setidaknya, dia sudah membuktikan itu dengan makin berkurangnya isi kotak amal masjid ketimbang Ramadan tahun lalu. "Saya juga jadi korban," kata dia menceritakan pengalamannya saat bulan puasa di Kanada.

Berikut penuturan Ali Mustafa Yaqub saat ditemui Islahuddin dari merdeka.com di rumahnya, belakang Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (16/8) siang.

Apakah jumlah mal di Jakarta mempengaruhi menurunnya kedermawanan warga?

Perilaku Ramadan saat ini sudah bergeser. Ramadan itu sudah sebagai alat merangsang kemampuan konsumerisme. Ini bukan merujuk ke mal. Ternyata konsumerisme ini adalah gerakan global, ulah dari para kapitalis. Untuk mengetahui hal ini perlu penelitian lebih jauh. Mengapa meski Ramadan yang digunakan, bukan bulan-bulan lain, Muharam, misalnya. Mungkin ini berlangsung dengan sejarah panjang.

Memang Ramadan adalah bulan infaq. Ketika memberikan infak biasanya orang memberikan barang baru. Dari situ kemudian jadi membeli dan makin banyak membeli barang saat Ramadan, misalnya orang beli sarung atau pakaian. Hal itu kemudian ditangkap oleh pelaku pasar. Akhirnya muncul reklame sebesar-besarnya, iklan-iklan produk luar biasa.

Ramadan digunakan untuk banyak berinfak dan itu sudah dicontohkan oleh Rasulullah. Infak itu boleh dengan uang atau barang, tidak ada yang salah. Orang berinfak dengan barang ada dua nilai di dalamnya. Infaknya masuk dan bisa ada kenangan di dalamnya. Misalnya, membelikan sarung untuk orang lain agar sarung itu bisa digunakan untuk salat dan yang memberikan mendapat pahala. Bisa saja perhitungannya, kalau diberi uang seketika itu juga akan habis. Tapi itu kemudian dimanfaatkan oleh gerakan konsumerisme global itu.

Sejak kapan konsumerisme Ramadan dimulai?

Itu perlu penelitian mulai kapan itu terjadi. Tapi yang jelas Walter Armbrust mempublikasikan penelitiannya pada 2004. Kesimpulan penelitian Walter Armbrust ternyata Ramadan dijadikan sebagai tujuan bulan multiguna gerakan konsumerisme.

Bahkan saya jadi korban. Saya pernah bulan Ramadan di Kanada. Saat itu sedang di air terjun Niagara. Waktu itu sore dan rombongan sedang jalan-jalan. Saat melakukan perjalanan ada poster besar bertuliskan menyediakan menu berbuka puasa, itu hotel. Seketika itu juga saya mengajak rombongan nanti berbuka puasa di hotel itu. Tahu-tahu yang bikin hidangan non-muslim. Setelah itu saya menyadari saya terjerumus pusaran iklan saat itu. Padahal di hotel tempat kami menginap juga menyiapkan menu berbuka, bisa juga memesan makanan halal.

Tidak tahu kenapa, langsung tertarik pada iklan itu. Mungkin kalau tidak mengikuti iklan itu, kami akan berbuka seadanya saja. Tapi karena iklannya bilang menyediakan spesial iftar Ramadan, kami langsung sepakat. Saat itu juga kami sudah jadi korban iklan.

Bahkan, Walter Armbrust mengatakan ahli pemasaran seluruh dunia menunggu Ramadan karena periode bisnis paling penting dalam satu tahun. Itu peningkatan omzetnya jauh lebih besar dari bulan-bulan biasanya. Ramadan mulanya dari perilaku infaq sudah bergeser ke perilaku konsumtif. Ada pergeseran di situ. Kalau infaknya masih oke. Tapi bergser, lebih banyak didominasi oleh unsur konsuntif, bukan kian membesar semangat dan jumlah infaknya.

Apakah gerakan konsumerisme itu membuat turunnya jumlah infak masjid-masjid besar di Jakarta?

Ada tiga masjid bisa dijadikan barometer di Jakarta dalam hal ini. Masjid Istiqlal, Masjid Agung Sunda Kelapa, dan masjid At-Tin. Tahun lalu malam pertama di Masjid At-tin dapat infaq Rp 5 juta, tahun ini Rp 3 juta. Masjid Istiqlal tahun lalu infaq dari kotak amal salat tarawih mencapai Rp 23 juta dan tahun ini pada malam pertama memperoleh Rp 16 juta. Sedangkan Masjid Agung Sunda Kelapa tahun lalu untuk tarawih malam pertama memperoleh Rp 19 juta dan tahun ini Rp 16 juta.

Mengapa ada penurunan seperti itu. Mestinya pada malam pertama Ramadan perolehan infak di situ paling banyak. Banyak kawan mengatakan, mal-mal sekarang lebih ramai dari masjid-masjid saat bulan puasa.

Sejak kapan itu terjadi di Masjid Istiqlal?

Tahun-tahun sebelumnya saya tidak pernah membanding-bandingkan. Saya membandingkan tahun ini saja dengan tahun lalu. Sebelumnya tidak pernah. Terus kemudian saya tanya pengurus tiga masjid itu. Istiqlal, Sunda Kelapa, dan At-tin.

Hanya tanya saja, tidak melakukan penelitian. Tapi ini tiga masjid besar di Jakarta dan bisa dijadikan parameter. Tapi saya tidak menyamakan semuanya, jangan-jangan di tempat lain lebih besar. Paling tidak dari jumlah diperoleh oleh masjid-masjid besar itu bisa menjadi renungan.

Bukankah bersedekah itu bukan dinilai dari ukurannya, tapi keikhlasannya?

Itu tentu. Tapi kalau tidak ada nilainya, seribu rupiah, apa artinya zaman sekarang. Dia bisa membuang uang dua puluh juta, kok sedekahnya hanya seribu saja.

Yang salat waktu itu sekitar 15 ribu orang. Jadi diperkirakan saat itu tiap orang memasukkan infak seribu rupiah plus sedikit saja. Apa arti seribu rupiah saat ini. Kalau berapa pun jumlahnya, terus yang penting ikhlas. Itu bukan ikhlas namanya, tapi semaunya.

Ikhklas itu begini. Saya mampu mengangkat barang 20 kilogram, saya akan angkat. Tapi kalau saya mampunya 20 kilogram tapi kemudian saya angkat 100 kilogram itu pamer atau riya. Kalau saya mampu mengangkat 20 kilogram dan saya angkat hanya dua ons saja itu namanya semaunya. Dia mampu infak sepuluh juta kenapa hanya seribu rupiah, itu bukan ikhlas. Ini perlu kita luruskan dan sayang tidak banyak yang mau meluruskan. Malah ikut larut dalam putaran seperti itu.

Biodata

Prof. Ali Mustafa Yaqub, MA

Tempat/Tanggal Lahir: Batang 2 Maret 1952

Pendidikan

MTs dan MA (SMP-SMA) Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur 1976 (Lulus)

S-1 Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asyari, Jawa Timur (1976) Tidak dilanjutkan karena mendapat beasiswa ke Arab Saudi

S-1 Fakultas Syariah, Universitas Muhammad ibnu Saud, Arab Saudi (1976-1980)

S-2 Tafsir Hadis, Universitas Muhammad ibnu Saud, Arab Saudi (1980-1985)

S-3 Syariah, Universitas Hyderabad, India, di Jakarta (2005-2008)

Karir

Pengajar Institut Ilmu Al-Quran (IIA), Institut Studi Ilmu Al-Quran (ISIQ), Sekolah Tinggi Islam Dakwah (STIDA) Al-Hamidiyah dan UIN Syarif Hidayatullah (sejak 1985-an sampai saat ini)

Pendiri dan pengajar Pondok Pesantren Darussunnah, Jakarta (1997)

Organisasi

Mantan Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Riyadh, Arab Saudi

Sekretaris Jenderal/Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat (sejak 1995)
[fas]
Jumat, 24 Agustus 2012 07:29:00Wawancara Ali Mustafa Y. (2)

Berhaji dan berumrah berulang kali pengabdi setan


Berhaji dan berumrah berulang kali pengabdi setan
Mekkah (Shutterstock/ayazad)
Reporter: Islahudin



Tidak hanya pindah ke pusat-pusat belanja, kalangan atas gandrung berumrah saat Ramadan hingga tembus Lebaran, meski ibadah itu sudah berkali-kali dilakoni. Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Ali Mustafa Yaqub, Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan hal itu. Dia menegaskan bolak balik berhaji dan berumrah adalah salah satu produk konsumerisme berbungkus ibadah.

Berikut penuturan Ali Mustafa Yaqub saat ditemui Islahuddin dari merdeka.com di rumahnya, belakang Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (16/8) siang.

Apa masjid kalah bersaing dengan mal di Jakarta?

Saya tidak mengenal kata bersaing. Yang jelas, mal berhasil menyedot jamaah banyak ke masjid menjadi banyak ke mal. Apalagi mal ada di depan masjid, sekalian. Ini bukan karena malnya. Ini karena faktor konsumtif. Perilaku itu membuat orang lebih banyak ke mal ketimbang ke masjid.

Bagi sosiolog, perubahan perilaku ini sangat menarik untuk diteliti. Lebih parah lagi, konsumerisme itu ada yang dibungkus dalam bentuk ibadah. Misal bentuknya umrah saat Ramadan. Pada 2009, ada 3,6 juta orang umrah ke Makkah. Sekarang mungkin sekitar empat juta orang. Dari jumlah itu, kalau per orang dikenai biaya dua ribu dolar, jumlah uangnya ada delapan miliar.

Jumlah itu terbuang hanya untuk hal-hal tidak wajib dan itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Kalau itu itu wajib mungkin wajar, demikian juga kalau pernah dicontohkan oleh Rasullah, itu tidak masalah. Rasulullah saja tidak pernah mencontohkan pergi umrah saat Ramadan. Saya juga tidak tahu bagaimana pergeseran yang mulanya infak itu hingga menjadi umrah saat Ramadan.

Sekarang banyak masjid membuat brosur Ramadan memasukkan umrah itu sebagai amal ibadah Ramadan. Padahal umrah itu tidak ada kaitannya dengan Ramadan. Di luar Ramadan boleh seperti itu. Tapi memasukkan umrah sebagai amaliyah Ramadan itu sudah punya tujuan lain. Mungkin saja pengurus masjid ingin menjaring jamaah agar dia bisa gratis ke sana. Ini bergesernya pelan-pelan, tidak terasa.

Seperti apa peran ulama dalam hal ini?

Ulama saja jadi korban konsumerisme karena ulamanya tidak mau mempelajari hadis, bagaimana perilaku Rasulullah pada Ramadan. Maka yang penting senang pergi ke Makkah. Bagaimana tidak senang, dia dan istrinya bisa gratis kalau dapat jamaah banyak. Bagaimana tidak senang seperti itu. Maka jamaahnya dirayu untuk pergi umrah saat Ramadan.

Bagaimana dengan teladan dari ulama?

Siapa diteladani kalau dia tidak pernah membaca hadis perilaku nabi. Tidak pernah baca hadis dan syirah. Itulah kendalanya dan akhirnya dia menjadi korban konsumerisme, bahkan ikut terlibat membikin konsumerisme.

Apakah ada pihak membahas hal ini setiap selesai Ramadan?

Setahu saya tidak pernah ada. Siapa mau mengevaluasi. Saya yakin tidak ada. Yang bicara seperti ini juga tidak ada selain saya. Saya punya keinginan kita kembali mengikuti perilaku nabi patut kita contoh. Bagaimana beribadah saat Ramadan, bukan mengumbar nafsu seperti itu. Selain itu agar infaknya lebih digalakkan saat Ramadan. Di bulan lain beliau dermawan, bahkan dilukiskan kedermawanan beliau saat Ramadan itu seperti angin kencang. Kalau sekarang tidak, umat muslim lebih senang umrah saat Ramadan.

Mungkin yang umrah saat Ramadan itu merasa tenang batinnya?

Bukan ketenangan batin, tapi kesenangan batin. Kalau ketenangan bisa dengan qiyamul lail di Masjid Istiqlal di malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadan. Coba Anda baca Republika kemarin ada orang-orang mengikuti kegiatan itu dan mendapatkan ketenangan. Bukan malah ke Makkah. Itu tidak mendapatkan ketenangan, tapi kesenangan.

Makanya diperlukan sekarang adalah ulama-ulama bisa memberikan keteladanan. Dari mana sumber keteladanan itu, ya mengikuti perilaku Rasulullah. Kalau sekarang mengikuti perilaku nafsu dan itu ironis sekali di bulan Ramadan. Mestinya mengekang nafsu, malah mengumbar nafsu.

Saat saya berkunjung ke masjid Sunda Kelapa pada Ramadan, ada orang mendekati saya dan bilang, “Pak Ustad, saya baru pulang dari Makkah.” Saya langsung balas, “Saya tidak tanya.” Dikira ke Makkah saat Ramadan itu bagus. Kalau itu bagus, Rasulullah akan mencontohkan itu. Bila perlu setiap hari akan umrah, bila itu bagus. Yang dicontohkan Rasul justru berinfak sebanyak-banyaknya. Hingga kemudian infak itu dibelokkan ke perilaku konsumtif. Akhirnya yang menonjol konsumtifnya, bukan infaknya.

Menurunnya kedermawanan ini apa juga dipengaruhi oleh turunnya ekonomi negara?

Kalau itu dijadikan parameter mungkin orang tidak akan berbondong-bondong umrah. Anda coba tanya ke Kedutaan Besar Arab Saudi yang umrah dari Indonesia saat Ramadan berapa orang? Kedutaan Arab Saudi mengeluarkan visa pasti sebelum Ramadan. Kalau di luar Ramadan saya pernah diberitahu rata-rata 7.500 orang. Itu dari jumlah stempel paspor umrah diberikan

Kalau faktor ekonomi masalahnya, tentu tidak banyak yang pergi umrah. Ini faktor konsumerisme dibungkus dengan ibadah.

Kenapa itu jarang terdengar?

Saya kadang banyak mengecam. Saya menulis buku Haji Pengabdi Setan, maksudnya untuk orang berhaji ulang. Itu niatnya ikut siapa, sementara kondisi negara masih terpuruk. Indonesia kalau mengikuti indikator PBB, masih ada 117 juta orang miskin. Nabi berkata, “Tidak beriman orang pada malam perutnya kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan.” Berapa juta orang Indonesia masih kelaparan.

Saya tanyakan kepada ustad-ustad yang merekomendasikan haji ulang atau umrah itu. Tidak bisa menjawab, malah dia larut dalam arus konsumerisme itu. Melihat hal ini, perlu ada revolusi moral. Saya kadang merasa sendirian dalam memberitahukan hal ini. Saya sering mengatakan berhaji ulang itu rugi. Saya katakan itu dilawan banyak kalangan dan bilang, “Berhaji kok rugi.”

Coba bandingkan biayanya itu untuk infak sebanyak-banyaknya. Padahal nanti itu jelas ganjarannya, surga bersama nabi. Kita menyantuni anak yatim, jaminannya surga bersama nabi dalam satu kompleks. Coba berhaji, itu kalau mabrur. Itu pun surganya kelas dek, kelas ekonomi.

Ini lebih kepada yang berhaji ulang. Menurut saya, itu bermasalah, sementara kewajibannya masih banyak. Kewajiban itu tidak hanya ibadah, kewajiban sosial juga banyak sekali. Tapi pura-pura buta saja.

Siapa yang diikuti untuk berhaji ulang. Mana ada ayat Alquran dan hadis menyuruh berhaji ulang, sementara kewajiban sosial lain masih banyak. Mau mengikuti Rasulullah, sebutkan hadis yang menyatakan itu, tidak ada, maka kamu hanya mengikuti bisikan dan keinginan nafsu. Meski begitu masih banyak alasannya, ada yang bilang masih belum puas. Saya katakan, sejuta kali kamu berhaji, tetap kamu belum puas. Setan masuknya dari situ kok. Ada yang bilang masih belum sempurna, terus dan terus naik haji. Makanya itulah yang disebut sebagai haji pengabdi setan.

Mulanya mendengar itu, banyak yang menentang, tapi setelah membaca dan memahami yang saya maksud, banyak juga yang mendukung. Opini itu pertama kali saya tulis di Majalah Gatra. Ada Kiai dari Jawa Timur dikasih orang untuk membaca itu dan berkomentar, “Ini apa-apaan, haji penyembah setan.” Sama orang yang memberi opini itu disuruh baca buku saya tentang hal itu, dia bilang, “Pak Kiai, komentarnya nanti saja setelah baca buku ini.” Setalah baca buku itu, dia langsung bilang, “Ini yang saya cari, ayo disalin seratus, bagi ke ulama-ulama Jawa Timur.”

Ini saya amati tidak hanya terjadi di Indonesia, juga di seluruh negara yang ada penduduk muslimnya. Di Amerika juga begitu. Pada 2007 saya di Amerika, acara televisi di sana penuh iklan umrah dan haji, bahkan ada koran khusus iklan dibagikan gratis. Koran itu isinya penuh iklan, terutama iklan haji dan umrah. Itulah yang yang diteliti Walter Armbrust, hal itu terjadi bukan hanya di negara-negara Islam, tapi di negara-negara yang ada orang Islamnya. Itu gencar sekali.

Mestinya masjid juga menjadi sumber kesejahteraan bagi orang miskin?

Mungkin itu ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Paling diberi makan sahur dan berbuka, itu sedikit. Tapi untuk menuntaskan kemiskinan mereka tidak ada program seperti itu.
[fas]
Jumat, 24 Agustus 2012 08:00:00Wawancara Ali Mustafa Y. (3)

Masyarakat belum percaya lembaga zakat


Masyarakat belum percaya lembaga zakat
Potret kemiskinan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Reporter: Islahudin



Dua tahun lalu Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memperkirakan potensi zakat nasional mencapai Rp 100 triliun. Hingga kini pengelolaan dananya belum maksimal, termasuk untuk memberantas kemiskinan.

Berikut penuturan Imam besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Yaqub saat ditemui Islahuddin dari merdeka.com di rumahnya, belakang Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (16/8) siang.

Bagaimana potensi zakat dalam menuntaskan kemiskinan?

Itu masih diributkan. Ini artinya pengelolaan zakat itu belum baik. Saat ini masih banyak orang memberi zakat langsung secara pribadi. Itu menimbulkan masalah, banyak orang mati terinjak-injak untuk memperebutkan itu.

Ini sebabnya macam-macam. Faktor pertama, mungkin tidak percaya pada lembaga amil zakat dan sebagainya. Apalagi lembaga itu dibuat oleh pemerintah, langsung tuduhannya korupsi. Kedua, ada egoisme. Ingin disebut wah kalau bagi-bagi uang, padahal itu kewajiban. Mestinya kewajiban itu tidak usah seperti itu.

Kemarin saya bicara di TV One sama Pak Didin Hafidhuddin (Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional). Saya bilang agar orang membayar zakat pada lembaga diyakininya saja. Eh, malah Pak Didin meminta saya diskusi satu meja. Kita memberi saran, malah ia mengajak diskusi, itu aneh.

Tiap tahun pembicaraan potensi zakat tidak pernah berhenti tampaknya tidak ada perubahan berati dari semua itu?

Pertama zakat itu tidak ada kaitannya dengan Ramadan, kecuali zakat Fitrah. Kedua, zakat itu pengelolaannya masih konsumtif, bukan pengelolaan produktif. Memang ada yang tadinya mustahiq berubah menjadi muzakki, tapi jumlahnya belum signifikan karena itu belum dikelola rapi dan terarah. Jadi 117 juta orang miskin itu tidak pernah berkurang jadinya, mustahiq terus.

Lembaga zakat mana yang baik dalam pengelolaanya?

Saya belum membandingkan karena saya tidak terlibat langsung dalam hal itu. Belum tahu negara mana yang bagus. Di negara lain juga masih ada perusahaan memberikan langsung kepada orang miskin, langsung dengan antrean panjang. Tapi saya tidak tahu sampai terjadi injak menginjak seperti kita tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena kita jumlah mustahiqnya terlalu banyak.

Tahun 2008 saat saya di Amerika, terjadi kematian pembagian zakat di Pasuruan, Jawa Timur. Saya langsung kontak salah satu ulama di sana, apa itu disengaja untuk memicu seperti itu. Tapi, kata kawan-kawan di sana itu murni kecelakaan. Sedih saya mendengar itu (dengan mata berkaca-kaca). Padahal potensi ada.

Baznas itu bisa menerima 1,7 triliun tahun lalu, kata Pak Didin. Kalau sekarang saya tidak tahu secara persis, itu dikemanakan. Tapi kelihatannya kemiskinan di Indonesia itu tidak berkurang. Tetap masih banyak orang miskin. Belum berperan secara optimal.

Kenapa ulama masih saja banyak diam dengan pola pengelolaan zakat saat ini?

Informasi saya dengar, ada sebuah lembaga amil zakat, gaji ketuanya mencapai Rp 35 juta. Padahal dana zakat itu mengalir terus tiap bulan. Itu menjadi pertanyaan. Satu, itu bukti kuat tidak terbantah, badan-badan amil zakat sering memasang iklan di televisi dan itu tidak murah. Belum lagi di koran-koran.

Bukannya itu untuk menarik agar orang berzakat?

Kalau itu benar tujuannya, tidak masalah. Tapi kalau benar informasi kepala amil zakat, gajinya hingga Rp 35 juta, melebihi gaji dirjen di kementerian yang gajinya sampai enam juta. Mungkin saja orang kurang percaya dengan lembaga amil zakat.

Apa anda ragu mendengar hal itu?

Kita tidak perlu pesimistis. Kita kerjakan saja seperti apa dicontohkan nabi. Itu saja prinsip saya. Rasulullah itu tidak hanya ibadah di masjid saja, juga bagaiamana mengelola anak yatim, janda-janda miskin.
[fas]